Ketika Ivander mencoba segala cara di Kota Pasirbumi, dia tidak bisa menemui Carlton dari Group Aces.
Tapi setelah kembali ke sini, orang dari Group Aces malah berinisiatif untuk menghubunginya dan memintanya untuk membawa Nona Ariella untuk menemui Carlton.
Ariella terus berada di Kota Pasirbumi, dikabarkan bahwa Carlton juga berada di Kota Pasirbumi. Hari ini Ariella baru saja kembali di sini dan Carlton juga berada di sini.
Ivander merasa masalah ini tidak mungkin adalah sebuah kebetulan.
Dia menebak, sebenarnya Carlton menyukai Ariella sejak lama, tapi karena Ariella adalah istri bawahannya, dia tidak bisa bertindak di Kota Pasirbumi.
Melihat Ariella sudah meninggalkan Kota Pasirbumi dan datang ke sini, ada kesempatan yang begitu bagus, seorang pria pecinta wanita tidak akan mudah melewatkannya, jadi Carlton sudah pasti akan mengikuti kemari.
Setelah mengikuti kemari, tidak enak baginya untuk membuat janji secara langsung dengan Ariella, jadi dia menggunakan Ivander sebagai penghubung-nya, maka itu akan sangat tepat.
Bahkan jika bawahan Carlton menemukan masalah ini di kemudian hari, dia juga bisa berlagak tidak tahu, hadiah yang dibawa oleh orang lain, dia tidak pernah meminta sumbernya.
Ivander tidak peduli apa yang dilihat Carlton dari Ariella, tidak peduli berapa lama minat Carlton pada Ariella dapat bertahan.
Dia hanya ingat sebuah kalimat, selama dia membawa Ariella secara utuh menemuinya, Carlton akan menyetujui apapun yang diinginkannya.
Tidak banyak yang ingin Ivander lakukan, dia hanya ingin Group Aces bekerja sama dengan Group Primedia, sehingga pemegang saham utama Group Primedia tidak akan lagi meremehkannya, sehingga dia bisa mengambil alih Group Primedia, mengambil alih kekuasaan yang sebenarnya.
Meskipun dia masih memiliki perasaan pada Ariella, tapi dibandingkan dengan Group Aces, Ivander tidak ragu untuk memilih yang terakhir.
……
Rumah Ariella tidak besar, bangunan bertingkat dua lantai, dibandingkan dengan rumah keluarga Ivander, tidak lebih besar dari rumah tempat tinggal para pelayan keluarga Ivander.
Zeesha menyukai tempat ini karena di sini adalah daerah orang kaya, dia merasa tinggal di sini bisa lebih mulia dibandingkan orang biasa lainnya.
Tapi tempat yang hanya begitu kecil, Ariella tidak dapat menemukan Ibunya walaupun sudah mencarinya berkali-kali.
Ariella juga mengerti bahwa dia terlalu impulsif.
Karena Zeesha ingin menariknya kembali, maka dia pasti akan mengirim Ibunya ke tempat lain terlebih dahulu, tidak akan membiarkannya menemuinya.
Mustahil Zeesha akan memberitahunya keberadaan Ibunya, maka Ariella hanya bisa memikirkan cara lain.
Ariella menutup matanya dan menghirup napas dingin, lalu ketika dia membuka matanya, dia melihat cahaya putih melintas di depannya.
Dia memusatkan pandangannya, melihat benda bercahaya tergeletak di rumput beberapa langkah jauhnya dari dirinya.
Ariella mendekat untuk mengambilnya, itu adalah sebuah cincin platinum.
Ariella ingat cincin ini dibelinya untuk Ibunya ketika dia mendapatkan gaji desain pertama kalinya, dalam beberapa tahun terakhir, Ibunya terus memakainya dan tidak pernah dilepaskan, kemarin Ariella masih melihatnya di tangan Ibunya.
Kenapa cincin itu bisa jatuh di sini?
Ariella menyekanya dengan tangannya, jari-jarinya menyeka noda darah.
Apa terjadi sesuatu pada Ibunya?
Ariella panik dikarenakan pemikiran di hatinya ini.
Saat ini, Zeesha kebetulan sedang memimpin Ivander masuk, ketika Ivander melihat Ariella dia tersenyum dengan senang: “Ariella, cepat persiapkan dirimu, aku akan membawamu menemui seseorang.”
Ariella memegang cincin di telapak tangannya, mencoba menahan, tapi akhirnya masih tidka bisa menahan diri untuk tidak bertanya: “Zeesha, di mana ibuku? Di mana kamu menyembunyikannya?”
Ariella percaya bahwa Ibunya disembunyikan oleh Zeesha, bahkan dipukuli, dan dia tidak rela jika hal mengerikan yang keluar dari pikirannya itu benar-benar terjadi.
“Ariella, selama kamu pergi menemui seseorang bersama Tuan muda Ivander, kamu akan dapat melihat Ibumu ketika kamu kembali.” Selama Ivander ingin melakukan sesuatu, Zeesha tidak akan pernah ditanya apa yang ingin dia lakukan, hanya tahu dia akan menyerahkan putrinya saja itu sudah cukup.
“Biarkan aku meneleponnya, selama aku memastikan dia masih baik-baik saja, kalian ingin aku menemui siapa, aku akan pergi menemuinya.” Ariella berkata kemudian menggigit bibirnya dan dengan erat memegang cincin di tangannya.
“Nona, Nyonya sudah meninggal pagi ini.” Seorang pelayan tua yang telah bekerja di rumah Ariella selama lebih dari 10 tahun sudah tidak dapat melihatnya lebih lanjut, jadi dia maju dan mengatakannya.
Zeesha berteriak: “Paman Liang, apa yang kamu bicarakan?”
Paman Liang berani maju dan mengatakannya, sudah pasti dia sudah berencana untuk tidak bekerja di sini lagi, dia menunjuk di posisi di mana Ariella berdiri dan berkata: “Nyonya lompat dari lantai tiga, jatuh di tempat ini dan mati di tempat, jasadnya sudah dikirim ke rumah duka. ”
Lompat dari lantai tiga, jatuh di tempat ini dan mati di tempat, jasadnya sudah dikirim ke rumah duka…
Kalimat itu terngiang dalam pikiran Ariella, terlepas dari ini, dia tidak dapat mendengar suara apa pun lagi, tidak dapat melihat siapa pun …
Hatinya seakan jatuh ke dalam panci minyak mendidih, sakit hingga membuat seluruh tubuhnya seakan terkuras.
Ibunya, kemarin masih tertawa padanya.
Kemarin Ibunya masih berkata padanya, mulai saat ini dia ingin tinggal bersamanya melewati hidup dengan baik, tapi dalam waktu satu malam mereka sudah berbeda dunia, Ariella sudah tidak bisa melihatnya lagi di kemudian hari.
Dan Zeesha, Ayahnya yang baik ini, bahkan tidak mau memberitahunya berita bahwa Ibunya telah meninggal, bahkan memaksanya untuk menyetujui persyaratannya yang lain.
Sebenarnya apa arti istri dan anak baginya?
Apa hanya alat untuk mencapai kekuasaan yang diinginkannya?
Zeesha, Zeesha, dia benar-benar kejam, hatinya bahkan tidak sebaik binatang.
Karena dia begitu tamak akan kekuasaan, kalau begitu Ariella bersumpah, dia pasti akan merusak semua yang dia miliki, sehingga dia tidak akan bisa bangkit lagi.
“Nona…”
“Paman Liang, terima kasih sudah memberitahuku!” Ariella membungkuk dalam pada Paman Liang, kemudian mendongak dan memandang Zeesha.
Ariella tidak menangis, tidak berteriak, hanya menatap Zeesha dalam diam.
Dia menatap Zeesha, menarik sudut bibirnya, jelas-jelas dia sedang tertawa, tapi membuat orang lain merasakan pandangan matanya begitu dingin, membawa rasa dingin yang menusuk tulang.
Zeesha tanpa sadar terpaku, hatinya gelisah, membuka mulut, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Ivander berkata: “Ariella, mengenai masalah Bibi, sudah sewajarnya kamu bersedih. Lagipula, orang yang meninggal tidak mungkin bisa bangkit lagi, kamu pergi dulu denganku untuk menemui seseorang, setelah menemuinya kita akan memberikan pemakaman yang baik untuk Bibi, agar dia bisa eprgi dengan tenang.”
“Menemui siapa?” Tanya Ariella dengan tenang.
“Carlton dari Group Aces.” Ivander tidak ingin menyembunyikannya dari Ariella.
Lagipula, seorang pria jika memiliki status seperti Carlton ini, sepertinya tidak akan ada wanita yang tidak akan memandangnya, di mata Ivander, Ariella tidak terkecuali.
Benar saja, Ariella tersenyum, mengangguk menyetujuinya, sama sekali tidak ada keraguan.
Jika tahu bahwa Ariella akan dengan sangat mudah setuju, Ivander merasa harusnya dia bertindak pada Ariella ketika berada di Kota Pasirbumi, dan dia tidak harus menunggu sampai hari ini untuk dapat menemui Carlton.
Ariella bukannya benar-benar ingin menemui Carlton itu bersama dengan Ivander, tujuan sebenarnya adalah meninggalkan rumah ini dengan menggunakan Ivander, meninggalkan tempat yang dingin dan tidak ada rasa manusiawi ini.
Ibunya, ibunya …
Ketika memikirkan Ibuya, Ariella mengepalkan kedua tangannya, pandangan matanya memancarkan cahaya dingin.
Zeesha, lihat saja nanti!