Dalam kebingungan, Carlson yang tertidur lelap itu mendengar suara Ariella, suaranya itu terdengar dari jauh dan makin dekat, semakin lama semakin jelas, semakin lama semakin keras.
Suara yang rendah dan lembut itu sedang memanggil namanya, membawanya keluar dari dunia gelap yang tidak diketahuinya.
Carlson mendengar Ariella manggilnya, mendengar Ariella sedang membicarakan hal mengenai Riella kecil dengannya, mendengar Ariella membicarakan banyak hal mengenai mereka.
Carlson merasakan air mata Ariella yang hangat, menetes setetes demi setets di wajahnya, membuat hatinya sakit.
Seumur hidupnya, hal terakhir yang ingin dilihatnya adalah air mata Ariella, dia berharap bisa membuatnya tersenyum, berharap bisa membawa kebahagiaan padanya.
Carlson berusaha sangat keras ingin menjawab Ariella, ingin mengatakan padanya agar Ariella jangan khawatir, dia akan segera baik-baik saja, tetapi dia tidak dapat mengeluarkan suara, tidak bisa membuka matanya, tidak bisa memberikan pesan apa pun padanya.
Carlson berjuang untuk melawan, berjuang dengan tekad terbesarnya untuk melawan, tapi tampaknya sama sekali tidak berguna, dia masih tidak bisa membuka mulutnya, masih tidak bisa membuka matanya, masih tidak bisa bergerak, dan hanya bisa merasa khawatir dalam hatinya.
Jelas-jelas mengetahui bahwa Ariella khawatir padanya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, perasaan tak berdaya seperti ini sama seperti ketika dia kehilangan Ariella beberapa tahun yang lalu.
Carlson bahkan tidak tahu di mana dirinya berada saat ini, tidak tahu mengapa dia berbaring di sini, tidak tahu mengapa dia tidak bisa berbicara, tidak tahu berapa lama ketidakberdayaan ini akan berlangsung …
Carlson tidak tahu apa-apa dengan jelas, tapi dia tidak menyerah, dia berusaha keras, mencoba membuat sedikit reaksi, dia harus memberitahu Ariella bahwa dirinya baik-baik saja.
Ariella masih terisak-isak pelan, suara tangisnya, air matanya, seperti sebuah cakar yang mencakar hatinya dengan kejam.
“Ariella, jangan menangis!” Carlson mencoba menggerakkan bibirnya, ingin memberitahu Ariella, tapi Carlson masih tidak bisa mengeluarkan suara.
Tapi Ariella yang sedang menangis dengan sedih itu kali ini dia tidak melewatkan sinyal yang Carlson berikan padanya, ketika matanya buram dikarenakan menangis, dia sepertinya melihat bibir Carlson terbuka dengan pelan 2 kali.
Ariella dengan bersemangat meraih tangan Carlson dan berkata: “Carlson, apa kamu mendengarku berbicara?”
Carlson tidak menjawab, tapi Ariella tidak menyerah, dia mengatupkan bibirnya, lanjut berkata: “Jika kamu mendengarku berbicara, kamu buka lagi mulutmu untuk memberitahuku. Tidak masalah jika tidak dapat mengeluarkan suara, gerakkan saja bibirmu, agar aku tahu kamu mendengar perkataanku.”
Ariella begitu berharap Carlson akan memberinya sedikit reaksi, agar dia tahu bahwa tadi dia tidak salah lihat, dan Carlson tadi benar-benar membuka mulutnya.
Setelah mengatakan perkataan ini, Ariella dengan gugup menelan air liurnya, menatap Carlson dengan mata terbuka lebar … Akhirnya, dia menunggu dan melihat Carlson dengan pelan membuka bibirnya.
Meskipun gerakannya sangat pelan, dan juga itu hanya sekilas saja, Ariella masih dapat melihatnya dengan jelas, Carlson memberi respon padanya.
Carlson benar-benar mendengar apa yang dikatakannya, jadi Carlson memberinya respons, agar dirinya tidak terlalu khawatir.
Ariella sangat emosional, membungkukkan tubuhnya dan mencium bibir pucat Carlson dengan lembut: “Carlson, aku tahu kamu mendengarkanku berbicara. Aku akan memanggil Dokter untuk memeriksa kondisimu, jangan khawatir, aku akan selalu menemani di sisimu, kamu tidak akam kenapa-kenapa.”
Carlson memberikan sedikit respons untuk Ariella, Ariella melihat harapan bahwa Carlson tersadar, langsung merasa bahwa dia begitu bahagia seakan memiliki seluruh dunia.
Ariella bergegas memanggil Dokter, memberitahu Dokter mengenai situasi yang baru saja terjadi, Dokter juga sangat emosional setelah mendengarkannya.
Kesadaran yang mereka rujuk tidak selalu berarti bahwa Carlson harus sadar seperti orang normal, Carlson dapat merasakan dunia luar saja itu sudah dianggap sebagai semacam kesadaran.
Carlson dapat memberikan respons pada Ariella, itu dapat membuktikan bahwa Carlson dapat mendengar kata-kata Ariella, ini adalah pertanda baik.
Ibu Carlson yang awalnya sudah pergi untuk beristirahat, ketika mendengar berita itu dia kemudian bergegas datang: “Apa ada kabar baik mengenai Carlson?”
“Ya.” Ariella mengangguk keras, menarik tangan Ibu Carlson, dengan bersemangat berkata, “Bu, Carlson baru saja mendengarku berbicara dengannya, dia menjawabku.”
Ibu Carlson sangat gembira ketika mendengarnya, menari seperti anak kecil: “Baguslah, baguslah, Carlson kita baik-baik saja.”
Sambil berkata, Ibu Carlson tiba-tiba menangis, baguslah jika Carlson mereka baik-baik saja! Benar-benar bagus!
Saat ini, Ayah Carlson baru saja tiba di rumah sakit, melihat Istrinya menangis di luar bangsal rumah sakit, hatinya juga sakit, bergegas menghampiri, menarik Ibu Carlson ke dalam pelukannya, dengan lembut menyeka air matanya: “Kenapa kamu menangis?”
“Suamiku, Carlson baik-baik saja.” Ibu Carlson meringkuk dalam pelukan Ayah Carlson, menyeka air matanya, “Tadi Carlson memberikan respons pada Ariella. Dokter juga mengatakan bahwa ini pertanda baik, dia akan segera bangun.”
Ayah Carlson memeluknya dengan erat, menghela nafas: “Carlson baik-baik saja seharusnya kamu senang, mengapa menangis?”
“Melihat Carlson bisa tersadar, aku bahagia, menangis karena terlalu emosional.” Dulu Ibu Carlson tidak begitu suka menanis, lalu mungkin karena kesehatan yang buruk dan juga Ayah Carlon yang begitu memanjakannya, hingga membuatnya seperti manusia air yang suka menangis.
Ayah Carlson menyeka air mata Ibu Carlson, berkata dengan lembut: “Kamu di sini untuk menemani Carlson, aku punya sesuatu untuk dibicarakan berdua dengan Ariella.”
Ibu Carlson tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk.
“Ariella …” Ayah Carlson memandang Ariella, kemudian berhenti sejenak lalu berkata, “Biarkan Ibumu tetap di sini menemani Carlson, kamu keluar sebentar, ada yang ingin kukatakan padamu.”
“Baik, Ayah.” Ariella mengangguk, dengan patuh mengikuti di belakang Ayah Carlson, ada rasa tidak tenang di dalam hatinya.
Ariella masih ingat dengan jelas, Sandoro yang berpura-pura menjadi Kakek Carlson pernah berbicara berdua dengannya, dia masih ingat betapa kejamnya perkataannya saat itu.
Saat ini, Ayah Carlson ingin berbicara berdua dengannya, apa yang ingin dia katakan padanya? Apa dia ingin agar dirinya meninggalkan Carlson?
Ariella menggelengkan kepalanya, tidak peduli apapun yang terjadi, tidak peduli siapa yang menghentikannya, dia tidak akan pernah meninggalkan Carlson.
Carlson sudah berbicara dengannya, kehidupan mendatang, jalan ke depannya, tidak peduli seberapa besar hambatannya, mereka akan saling membantu untuk melangkah maju bersama.
Ketika Ayah Carlson membuka mulut, Ariella tahu bahwa dirinya terlalu berhati-hati dan berpikiran macam-macam.
Ayah Carlson adalah ayah biologis Carlson, bukan orang lain yang menyamar, Carlson adalah satu-satunya anaknya dan istrinya tercinta, Carlson bisa bahagia, tentu saja itu adalah keinginan terbesar mereka berdua.
Bahkan jika mereka tidak menyukai Ariella, selama putra mereka menyukainya, maka mereka juga akan berkompromi, mereka tidak akan pernah melakukan hal kejam di belakang seperti kakek palsu itu.
Ayah Carlson dengan serius berkata: “Ariella, aku telah bertanya tentang sumber virus HDR dari mulut Sandoro. Dan juga meminta orang untuk menyelidikinya, mengkonfirmasi keaslian sumber virus HDR.”
“Ayah …” Ariella melihat ekspresi Ayah Carlson yang sangat serius, ada kecemasan yang tidak bisa dihindari dalam hatinya, “Katakan apa yang ingin kamu katakan padaku. Aku mampu menanggungnya.”