Gunung Kabut Cinta.
Ternyata Nina yang masih terbaring lemah di tempat tidur mendengar kabar bahwa Lourdes menyuruhnya pergi, ia langsung bangkit dan membelalak mata tak percaya menatap Stephan, “Paman Stephan, kamu kayaknya salah deh?”
“Bagaimana bisa salah.” Stephan menggelengkan kepala, ia menghembuskan nafas, “Nina, dengarkan paman yah, yang bukan milik kepunyaanmu jangan terlalu banyak berharap.”
“Apa yang di maksud dengan banyak berharap? Aku dari kecil sudah mengernal Tuan, sementara Shen itu berapa lama mengenal Tuan? Jelasjelas wanita yang tak punya malu itu yang merebut punyaku, kenapa aku yang harus merelakannya?” Nina mengira Lourdes seharusnya adalah miliknya, Vanessa yang tiba-tiba masuk dan merusak segalanya.
Kalau bukan Vanessa wanita itu yang masuk, mungkin saja ia dari awal sudah menikah dengan Lourdes,mungkin saja mereka sudah punya anak yang sedang main mahjong.
Jelas jelas Vanessa wanita kurang ajar itu yang muncul di depan Lourdes, mencuri perhatian dia, membuat matanya tidak melihat kehadiran orang lain.
Stephan kembali menjawab, “Ya benar Vanessa itu terakhir-terakhir baru mengenal Tuan, tapi tuan mencintai dia, kamu bisa merubah apa?”
Nina menjawabnya, “Asal wanita itu di musnahkan, asal kan dunia ini tak ada dia, maka tuan cepat atau lambat akan melihat aku. Asal kasi dia waktu sedikit pasti dia akan mneyadari kelebihan ku. Dia harus tau, aku adalah wanita yang selalu menemani dia dari dulu hingga sekarang.”
Nina masih bergumam dengan hal itu, Stephan mendengarnya bimbang, dia tak enak membantah, hanya bisa mengganti topic, “Nina, silahkan berberes, segera meninggalkan tempat ini, dengan begini akan lebih baik, jangan banyak bermimpi di siang bolong.”
Nina tak rela, “Paman, tuan mengapa menyuruhku pergi? Sejak kecil aku tumbuh bersama keluarga Handaja, aku sudah bersama dia 20 tahun, aku bisa dengan mudah pergi kah?”
Stephan kembali menggelengkan kepala dan mengehembuskan nafas, “Kamu pernah melakukan apa? Vanessa, perempuan itu di hati tuan sangat berarti, kita semua sangat mengerti. Kamu ingin menghilangkan dia, maka kamu harus menanggung akibat di akhirnya.”
Nina kesal matanya mulai merah, “Paman, hal itu aku melakukannya dengan sangat detil, tidak meninggalkan bukti, darimana Tuan tau aku yang melakukannya?”
Stephan melihat Nina, ia khawatir, tentu saja ia yang melihat anak itu dari kecil hingga dewasa, iapun berkata, “Tuan orang yang seperti apa, kamu juga tau. Terutama hal seperti ini dia tentu saja mengkhawatirkan Vanessa wanita itu, menurutmu dia bisa tau kah? Kalau misalnya dia sudah taupun, bagaimana dia bisa memaafkanmu.”
Melihat Stephan sangat menyuruh dia pergi seperti itu, Nina emosi, “Jangan jangan kamu demi terus berada di samping tuan, sengaja memberitaukan masalah ini kepada tuan? Paman, kamu yang melihatku bertumbuh, bagaimana kamu bisa mnejualku?”
Ia tak menerima kenyataan tersebut, ia langsung meneriaki Stephan, seperti Lourdes menyuruh nya pergi tidak ada hubungannya dengan dirinya, semua adalah perbuatan Stephan.
Dia semakin emosi, dan berkata demikian, ia lupa Stephan adalah orang satu-satunya yang berdiri di pihaknya, kalau misalnya Stephan pun tak mendukung dia, apapun yang di kerjakannya tak bisa dilakukan.
Mendnegar ia berteriak-teriak seperti itu, Stephan mengernyitkan alis, tapi karena ia sendiri yang melihat anak itu bertumbuh dari kecil hingga besar, maka dia memilih tidak memperhitungkan hal tersebut.
Dia berkata, “Nina, kamu berberes dan pergilah, kalau kamu ribut sekali lagi, tuan akan menyuruh orang untuk mengusirmu.”
“Kamu sedang mengancamku?” Nina menggeram, ia mengambil jaket, membalikkan badan dan pergi keluar, dengan kecepatan tinggi dan Stephan tidak bisa menghalanginya, karena dia sudah meninggalkan kamar.
Umur Stephan jauh lebih tua dari Nina, ia lebih mengerti tuan muda mereka, kalau misalnya masalah tersebut sampai ke tangannya, hukuman yang dia berikan tentu saja sangat fatal.
Nina berbuat salah sekali, tuan mereka masih terlihat dia sangat setia dan tidak memperhitungkan karena ia sudah sekian lama bersama keluarga Handaja.
Hal ini terjadi kedua kalinya dan Tuan sudah mengetahuninya, kalau tidak segera dibereskan Nina, takutnya orang itu yang lupa akan pengenalan mereka terhadap Lourdes yang keji.
Stephan sudah berumur, ia bisa mengerti bahwa tuan mereka kali ini harus membereskan Nina, tapi Nina masih mengira, asalkan diri sendiri tidak menakui maka tuan mereka seperti terdahulu membiarkan nya saja.
Sampai dia menyerobot ke ruang baca Lourdes, ia menatap ke arah Lourdes dengan sangat menusuk, Nina baru mengetahui kali ini dia melakukan kesalahan besar.
“Tuan, aku??.. aku??.” Dia terbata-bata setiap kata tidak bisa keluar dari bibirnya, dia tidak seharusnya berbuat gegabah demikian, tapi seharusnya berfikir dengan bijak bagaimana mengajaknya bicara.
Tapi sudah terjadi, dia tak bisa mundur, asal dia bertahan dengan keras kepala menggertakan gigi, dia akan memiliki kesempatan untuk terus berada di sampingnya.
“Bilang lah.” Mungkin melihat Nina dari kecil hingga dewasa, sudah bekerja dengannya lama sekali, Lourdes memberinya kesempatan untuk menjelaskan.
“Tuan, aku tak ingin pergi, aku ingin terus berada di sampingmu menjagamu.” Nina langsung berlutut di depannya, saat itu dia baru terfikir untuk melakukannya, dan hanya ada cara itu saja.
Lourdes yang melihatnya melakukan demikian tidak berkata apa-apa, karena apapun yang di katakana, keputusannya tidak akan berubah.
Nina sedikit mengangkat kepala, ia melihatnya, dan berkata, “Tuan, aku sudah berada di sampingmu bertahun tahun, makananmu aku yang jaga, kalau aku pergi, siapapun yang mengurusi hal ini aku tak tenang, tolong berikan aku kesempatan sekali ini.”
“Maksud mu adalah aku tidak boleh menyuruh mu pergi?” Lourdes mengangkat bibir, ia terlihat sedang tersenyum tapi senyumnya itu sangat dingin.
Nina terdiam dan berkata, “Tuan, maksudku bukan itu??..”
Lourdes membuka mulut, “Stephan suruh orang antar dia pergi.”
Stephan mendengar perintah tersebut, mendorong pintu dan ketika menyuruh Nina pergi, Nina menghempaskan tangannya dan langsung berada di samping Lourdes berteriak, “Tuan, tak bisa, aku tak bisa??.. aku cinta padamu, aku ingin menikah denganmu, kenapa kau memperlakukan ku dengan kejam seperti ini!”
Kesabaranya sudah hilang, Nina tidak menimbang terlalu banyak, ia langsung mengatakan keluar apa yang ada dihatinya.
“Kamu cinta aku, tapi aku tak cinta dengan mu. Selamanya tak akan. Kamu jangan terlalu banyak berharap.” Perkataan Lourdes sangat tenang, tenang tapi snagat menusuk perasaan dan juga menghancurkan pemikiran Nina selamanya. Nina lelah bersujud di itu, ia ingin menangis tapi tak bisa keluar, di kepala nya keluar nama itu Vanessa??.
Lourdes berkata, “Pergi, jangan biarkan dia datang kembali.”
Nina ternyata ada maksud lain terhadapnya, maka perempuan ini pasti karena cemburu dengan Vanessa yang terluka makanya melakukan demikian, Lourdes tentu saja akan menghilangkannya selamanya.