Suara ini, benar ini adalah suara Lourdes.
Tapi didalam suara ini ada sesautu yang kurang.
Wajah ini, sama persis dengan wajah Lourdes, Vanessa menatapnya begitu lama dan tidak bisa menemukan hal yang tidak sama.
Dia menggunakan sekuat tenaganya untuk mencubit laki-laki ini, lalu meraba-raba wajah laki-laki ini, wajahnya itu menimbulkan bekas merah, dan tidak menunjukkan sedikitpun sisa hasil operasi plastik.
Piak—-
Sebelum Vanessa belum bisa berpikir dengan jelas tentang laki-laki yang memiliki wajah yang sama persis dengan Lourdes, tiba-tiba ia sudah ditarik oleh seseorang.
Dia ditarik kedalam sebuah pelukan yang sangat hangat, laki-laki yang memiliki wajah yang sama persis dengan Lourdes itu sedang menahan rasa sakit mendapat sebuah tamparan yang keras.
Sebuah tamparan saja tidak bisa meredahkan amarahnya, Lourdes pun mengangkat tangannya dan hendak menampar orang itu lagi, tetapi ketika ia baru saja mengangkat tangannya, tangannya sudah dihalangi oleh Vanessa
Dia berteriak: “Kamu sedang ngapain?”
Lourdes pun marah sampai sekujur tubuhnya bergemetaran: “Vanessa, kamu lihat baik-baik laki-laki itu, dia bukan Lourdes, dia jelas-jelas bukan Lourdes.”
Wanita ini masih saja tetap menghalanginya, apakah ia sudah mulai meragukan lagi?
Tadi ia baru saja bilang kalau dia sudah percaya dengannya.
Vanessa mengigit-gigit bibirnya: “Kalau dia bukan Lourdes, emangnya kamu Lourdes?”
Amarah Lourdes langsung membeludak.
Kalau dipikir-pikir gara-gara kehadiran orang palsu inilah Vanessa kembali meragukannya lagi, satu tangannya ia sedang memeluk Vanessa, dan satu tangannya yang lainnya hendak menampar laki-laki itu.
Laki-laki itu bersembunyi dari pukulan Lourdes, lalu bertanya: “Vanessa, laki-laki ini siapa?”
Vanessa melihat ke arah Lourdes yang sedang marah besar ini, kalau saja ia mengatakan satu kalimat lagi yang membuatnya salah paham, bisa-bisa Lourdes menjadi gila.
Karakter Lourdes, Vanessa tahu dengan sangat jelas, kalau saja ia sudah marah, ia akan kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa berpikir dengan benar.
Lalu ia melihat ke arah laki-laki yang palsu itu, ia jelas-jelas tahu laki-laki itu bukan Lourdes, ia pasti ada tujuan tertentu yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain, bisa jadi dibelakangnya ada orang yang ingin menghancurkan keluarga Handaja.
Orang yang ingin menghancurkan keluarga Handaja juga adalah orang yang membuat mereka harus berpisah selama satu tahun lebih, kali ini ia harus bisa menemukan mereka.
Dulu, ia tidak ada cara dan tidak bisa melakukan apa-apa, kali ini ia sudah menemukan satu jalan yang terbuka begitu lebar untuk mencari orang itu, kenapa ia tidak mau langsung menangkapnya dan terus mencari ke akar-akarnya.
Karena ia ingin mencari orang yang ada dibelakangnya, maka Vanessa berpura-pura kalau dia sudah percaya dengan laki-laki ini.
Sekarang cara yang paling baik adalah dengan menenangkan Lourdes dulu, dan membiarkan ia tahu tentang rencananya, tetapi ia tidak bisa memberitahukannya secara langsung dengan kata-kata.
Kali ini ia jelas-jelas dengan melihat kearahnya, Vanessa pun menggunakan kesempatan ini untuk mengedipkan matanya kepadanya untuk mengisyaratkannya untuk tenang.
“Dia itu siapa aku tidak peduli, yang penting kamu sudah kembali sekarang.” Ini adalah jawaban yang diberikan Vanessa kepada kedua laki-laki disana.
Setelah ia mengatakan kata-kata ini, ia mendengar Lourdes menghela nafas dengan sangat keras, karena amarahnya badannya pun sampai mulai bergemeetaran: “Vanessa, kamu………”
Vanessa juga marah: “Aku kenapa?”
Lourdes laki-laki bodoh ini!
Kalau saja anak mereka nanti mewariskan gen dia yang seperti ini, bukannya anak dia akan menjadi bodoh seperti dia?
Walaupun ia berkata kalau dia bodoh, tetapi siapa yang menyuruhnya menyukainya, tidak mungkin karena ia bodoh ia tidak mau menerimanya lagi, Vanessa pun diam-diam mencubitnya.
Kali ini, Lourdes laki-laki bodoh ini masih saja tidak mengerti maksudnya.
Dia bersumpah, dia pasti akan marah.
Atau, mungkin saja Lourdes tidak sebodoh yang ia kira, setelah ia mencubitnya, laki-laki ini harusnya sudah bisa mengeti maksud hatinya.
Lourdes masih saja tetap emosi, laki-laki yang ada didepannya itu menunjukkan wajahnya yang sangat puas, tetapi wajahnya tidak senyum sama sekali, Vanessa sama sekali tidak lupa untuk melihat ekspresi wajah laki-laki itu.
Dia berkata: “Vanessa, ayo kesini, kita pergi dari sini.”
Vanessa menundukkan kepalanya,lalu melihat kearah Lourdes, dia berharap Lourdes mengerti dan membiarkan ia pergi, tetapi Lourdes tetap saja tidak mengerti dan menarik tangannya dan tidak membiarkannya pergi, lalu menciumnya.
“Wu….” Laki-laki ini, dengan tidak bisa menahannya lagi Vanessa menginjak kakinya, tetap ia juga tidak rela, tidak rela untuk menyakitinya, dan membiarkan dia memeluknya.
Setelah ia memeluknya dan menciumnya, Lourdes meraba bibirnya yang baru saja mencium bibirnya Vanessa, lalu dengan puas dia berkata: “Vanessa, hari ini aku sangat puas dengan akting kamu.”
Vanessa pun langsung tercengang dan melihat laki-laki ini, dasar laki-laki bodoh, bagaimana ia bisa menghancurkan rencananya.
Lourdes tidak mempedulikan respond dari Vanessa, hatinya merasa sangat tenang: “Jelas-jelas kamu sudah tahu laki-laki ini bukan Lourdes yang asli, hal belakangan biarkan aku yang ruus, kamu tidak usah khawatir.”
Vanessa pun tidak bisa menahannya dan berkata: “Kamu…….”
Beneran bodoh!
Benar-benar bodoh!
Bodoh sampai tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya lagi!
Lihat saja, wajah laki-laki palsu itu, dari kata-kata yang dikatakan Lourdes ia sudah tahu kalau ia sudah ketahuan.
Vanessa sangat marah dan mengangkat kakinya lalu dengan keras menginjak kaki Lourdes, laki-laki bodoh seperti ini, kalau tidak dibereskan rasanya tidak puas
Lourdes lalu berkata: “Vanessa, aku adalah laki-laki”
Dia tentunya tahu kalau dia adalah laki-laki, dia juga tidak pernah meragukan kekuatannya, kali ini dia memberitahukan dia kalau dia adalah laki-laki buat apa?
Lourdes lalu berkata: “Vanessa, kamu adalah perempuan.”
Dia jelas-jelas tahu kalau dia adalah perempuan, perempuan yang seperti dia tidak sedikit, lagian ia juga tidak pernah meragukan kalau dia adalah perempuan.
Lourdes melihatnya dan berkata: “Kamu tahu tidak?”
Vanessa mengangkat tangannya dan berkata: “Aku tidak tahu, mohon kamu kasih tahu aku!”
Dengan lembut Lourdes berkata: “Aku adalah seorang pria dan kamu adalah pendamping wanitaku. Sekarnag ada laki-laki palsu yang datang mencari masalah denganku, bagaimana aku bisa bersembunyi dibelakang kamu dan menerima oerlindungan darimu. Wanita yang bodoh ini, lain kali lebih nurut sedikit dan berdiri baik-baik dibelakangku dan biarkan aku menjagamu.”
Mereka dari awal sudah berpikir untuk menggunakan cara ini dan mencari dalang dari semu aini.
Tetapi cara ini bisa membahayakan Vanessa, kapan saja mereka bisa melukainya.
Jadi dia rela menghabiskan waktunya sepuluh tahun untuk mencari orang yang ada dibalik layar ini, walaupun kalau saja Vanessa ikut menyelesaikan masalah ini, sepuluh hari saja mereka sudah bisa menemukan dalangnya, ia tetap saja tidak rela melihat dia dalam bahaya.
Lourdes lalu bertanya lagi: “Sudah tahu tidak?”
Kata-kata yang paling indah didunia ini mungkin bukanlah [Aku mencintaimu], tetapi [Aku ada disini, biarkan aku menjagamu , biarkan aku yang menyurus semua masalah ini.]
Vanessa menganggukkan kepalanya, jelas-jelas didalam hatinya ia masih tidak bisa menerimanya, lalu ia tidak bisa menahannya lagi dan menangis: “Kamu laki-laki ini, bagaimana kamu bisa mengatakan kata-kata seperti ini disituasi seperti ini.”
Dia ingin membantunya, ia berencana untuk menggunakan laki-laki palsu ini untuk mendapatkan identitas orang yang ada dibelakang layar, tapi siapa sangkah dua kalimat dari laki-laki bodoh ini sudah menghancurkan semua rencananya.
“Wanita bodoh, jangan nangis! Sisakan sedikit tenagamu untuk nengis dirumah nanti.” Lourdes memeluknya dan langsung berbalik badan dan berjalan kearah laki-laki yang ada didepannya itu.