Carlson memeluk Riella kecil, menyuruhnya menatap matanya, dan berkata dengan sangat serius: “Riella, kau tahu tidak apa yang baru saja kau ucapkan tadi?”
Walaupun Carlson selalu memanjakan anak perempuannya ini, tapi ketika ia berbuat kesalahan, dan harus diberi pengertian ia juga akan memberikan pengertian pada anak ini. Apalagi masalah ini sangat penting.
Mereka semua tak tahu dalam hati Riella kecil, ternyata ia tak pernah menganggap Ariella sebagai ibu kandungnya.
Riella kecil masih mengira ibu kandungnya sudah di atas surga, dan Carlson sebagai ayah harus bertanggung jawab, karena ia tak pernah memikirkannya matang-matang.
Riella kecil mengangkat tangan kecilnya, menyeka air matanya, dan berkata dengan sedih : “Riella mau Ibu kandung ku.”
“Riella, orang yang duduk di depanmu ini lah Ibumu, dia lah yang sudah bersusah payah mengandungmu dan melahirkanmu. Kalau tidak ada dia, juga tak akan ada kamu. Nyawamu ya dia yang memberikannya untukmu, kenapa kau berbicara kata-kata seperti ini dan membuat Ibu sedih?” Carlson memandang Riella kecil, dan dengan sabar menjelaskan padanya, harus membuat nya mengerti logika ini.
Riella kecil terisak dan berkata :”Ibu Riella terbang di atas langit, dia bukan Ibuku.”
Dalam ingatan Riella kecil yang masih terbatas, hal yang paling mengesankan adalah ibunya masih terbang di langit, terbang sampai ke tempat yang tinggi-tinggi sekali.
Riella kecil masih sangat kecil, ada hal yang ia tak bisa ingat, tapi ada hal juga yang ia mengingatnya sangat tajam.
Dia ingat perkataan tantenya kalau Ibu nya sedang terbang di langit, dan ia pasti masih mengingat lagi perkataan-perkataan lain yang diucapkan oleh orang lain.
Dia bisa mengingat 1 kalimat yang diucapkan kakak Aling, kalau Ibu nya ini bukan Ibu kandungnya, dan Ibu palsu ini bisa merebut cinta ayahnya darinya, lalu merampas banyak barang lagi darinya.
Ibunya sekarang adalah kakak yang menyamar, dan menggantikan posisi Ibunya, dan sebenarnya bukan lah Ibu Riella, dan Riella kecil selalu mengingat ucapan ini
Tapi Ibu ini sangat baik sangat baik padanya, dan saking baiknya sampai mungkin ia tahu kalau Ibu palsu ini bisa merebut Ayahnya, tapi Riella kecil masih rela membiarkan ia menjadi Ibunya.
Dan banyak hal kecil hal kecil lainnya yang Riella kecil tak peduli dengannya, karena kalau barang-barang itu tak ada lagi, Ayah akan membelikan untuknya lagi.
Yang ia takutkan hanyalah Ibu palsunya ini merebut Ayahnya, dia hanya punya seorang Ayah, kalau direbut, bagaimana dengannya?
Carlson menaikan alisnya, dan bertanya:” Siapa yang memberitahu padamu kalau Ibumu terbang di langit?”
Mendengar Carlson bertanya pada Riella kecil, Efa mengerutkan lehernya, dan tak sadar mendekat ke dekapan Darwin, kalau sampai kakak nya yang kaku ini marah, ia masih mendapat tempat persembunyian.
Dan sekalinya melihat sikap Efa, Darwin segera menyadari bahwa Efa merasa ini sudah gawat, lalu Darwin memberi tanda pada Efa, dan keduanya menyelinap pergi.
Mereka berdua dibanding siapapun juga lebih terbuka pemikirannya, dalam hal mendidik anak ini, kalau mereka disana hanya akan menambah keributan saja, dan menghilang dari mereka lebih cepat juga lebih baik dan mengurangi masalah.
“Riella, cepat minta maaf pada Ibu, dan katakan kalau kau sudah bersalah.” Ibu Carlson tak tega melihat cucunya menderita, dan ia ingin muncul untuk menjadi penengah.
“Bu, masalah ini kalian tak perlu mengurusnya.” Baru saja ucapan Carlson terucap, dan saat itu Ayah Carlson baru mau membantu cucunya ini dan membuka mulutnya, tapi tak jadi dan menutup kembali mulutnya.
Carlson berkata dengan sangat tegas:”Oriella!”
Ketika Ayahnya mulai galak padanya, Riella kecil pun sedih dan menangis tersedu-seduh :” Ayah jahat! Riella tak mau Ayah!”
Dari kecil sampai besar, Ayah tak pernah berbicara sekeras ini padanya, dan Ayah segalak ini padanya sekarang, pasti Ayah tak cinta lagi padanya.
Dia sedih sekali, tak punya Ibu, dan sekarang bahkan Ayahnya pun tak cinta lagi padanya, semakin ia berpikir, Riella kecil semakin merasa sedih tak karuan.
Air mata yang besar-besar seperti mutiara yang terlepas dari benangnya, bertaburan, kesedihannya seperti orang yang dibuang dari seluruh dunia.
Carlson terdiam, dan berkata dengan tegas:”Baiklah, kalau kau tak mau Ayah lagi, lalu siapa yang kau mau ?”
“Riella mau abang Hansel!” Riella kecil menyeka air matanya, dia sangat sedih dan menangis.
Kata Carlson:”Baiklah kau mau abang Hansel kan. Mulai dari sekarang, kalau kau tak tahu dimana letak kesalahanmu, kau tak akan bisa bertemu dengan abang Hansel.”
“Carlson????” Ariella menarik Carlson, dan berbisik pelan :”Kau jangan menakuti anak itu.”
Jawab Carlson :”Dia sudah berumur 4 tahun, Ibu kandungnya sendiri pun ia tak bisa mengenali, dan dia juga bilang tak mau Ayahnya perkataan seperti itu, sebagai ayahnya, aku juga sangat menyesal.”
“Kakek,nenek????” Riella kecil menangis dan berjalan kesana, barusaja ia turun dari kursi, Carlson sudah mengangkatnya dan mendudukannya lagi,” Hari ini siapapun tak bisa melindungimu.”
“Riella tak mau Ayah, tak mau Ayah????” Riella kecil berteriak dan menangis, dia menangis tersedu-sedu.
Melihat Riella kecil menangis begitu tersedu-seduh, Ariella juga tak tega, lalu ia memeluk Riella kecil di dekapannya, dan mencium wajah Riella kecil yang penuh dengan air mata: “Sudah ya jangan menangis lagi Riella, kau tak mau Ibu juga tak apa, kau tak mau ke sekolah, kita tak usah pergi juga tak apa ya, asalkan Riella senang.”
Dia tak ingin lagi memaksa anaknya dari kecil harus lebih hebat dari orang lain, dia hanya ingin anaknya tumbuh besar dengan bahagia, melewati hari-hari dengan riang.
“Ayah tak suka Riella lagi, Riella juga tak mau Ayah????” Riella kecil menangis terus menerus, tubuhnya yang kecil itu terus meronta-ronta.
Ariella memegang kepalanya, dan dengan lembut berkata: “Riella anak kesayangan Ayah, dan kesayangan kita semua, kita pun bahkan belum sempat mencintaimu sebanyak itu, bagaimana mungkin kita tak menginginkanmu.”
“Iya betul, Riella selamanya akan jadi kesayangan kami semua, kakek dan nenek juga sayang padamu.” Ibu Carlson berjalan ke arah Riella kecil, dan memastikan bahwa ia akan selalu mendukung Riella kecil.
Carlson tak berdaya dan menggelengkan kepalanya, sambil berkata :” Sini Riella ke pelukan Ayah.”
Pada akhirnya hatinya pun tetap lembut, dan tak tega melihat anaknya sedih, lebih baik ia mengalah saja.
Jawab Riella kecil:”Peluk Ayah.”
Carlson memeluk Riella kecil, mengambil tissue dan dengan lembut menyeka air matanya, katanya: “Riella, kau anak Ayah, Ayah tak mungkin tak cinta padamu.”
Riella kecil memanyunkan bibirnya, katanya :”Apa Ayah masih sayang Riella?”
“Tentu saja Ayah sayang Riella.” Lalu Carlson mengelus-elus rambutnya, dan berbisik lagi padanya .” Coba kau lihat, Ayah hanya bilang seperti itu saja, kau sudah sedih dan menangis tersedu-sedu. Coba kau pikir lagi, ketika kau bilang kau tak mau Ibu dan Ayah , seberapa sedihnya perasaan Ayah dan Ibu pada saat itu.”
“Ayah, Riella masih tetap mau Ayah.” Lalu ia menyelusupkan kepalanya ke pelukan Ayahnya, dan mengelap air mata serta ingusnya ke baju Ayahnya.
Carlson menjawab lagi :”Riella, ucapan Ayah yang tadi, apa kau sudah mengerti.”
Riella kecil mengangguk, ia mendengar Ayahnya berbicara seprti ini, sepertinya ia mulai paham sedikit.
Lalu desak Carlson sekali lagi :”Coba kau bilang pada Ayah, apa yang sudah kau mengerti?”
“Ibu adalah Ibu kandung Riella, Ayah adalah Ayah Riella, Riella tak boleh membiarkan Ayah dan Ibu sedih.” jawab Riella sambil mengeluarkan kepalanya dan mendongak, melihat Ibu yang ada di sebelahnya, lalu tiba-tiba ada sedikit rasa sungkan padanya.
“Ibu, Riella akan taat, dan menjadi anak yang patuh.” Dia sudah mengerti, Ibunya benar Ibu kandungnya, dan selanjutnya tak akan membuat Ibunya sedih lagi.
“Ehm, jadi kita berdamai saja.” Ariella bergegas kesana, dan memeluk mereka berdua, dia percaya setelah adanya kejadian drama seperti ini, perasaan antara ibu dan anak pasti akan lebih baik lagi ke depannya.