Setelah Darwin memarkirkan mobil, dia pun melangkah masuk, saat melewati ruang gambar yang tembus pandang, dia pun melihat Oriella sedang duduk di dalam ruangan itu sendirian.
Dia yang begitu mungil duduk di rak gambar, tangannya memegang pensil, dengan serius dan fokus menggambar sesuatu.
Sudah begitu lama tidak melihat Oriella, Darwin juga ingin menggendongnya, membalikkan tubuh dan masuk ke dalam ruangan: “Oriella sayang!”
“Guk guk…” yang menjawabnya bukan Oriella, tapi adalah Mianmian yang tidak bergerak dengan wajah tidak senang dan hanya berbaring di lantai
“Anak bandel, apakah melihat Kakek kamu tidak senang?” dulu saat dia datang, anak ini akan berlari ke arahnya dengan melompat-lompat, ada apa dengannya hari ini?”
“Guk guk….” Mian Mian mengeluarkan suara lagi, dia sangat sedih, namun tidak ada yang mengerti dengan bahasanya.
Tatapan Darwin berpindah dai Mianmian yang terlihat tidak senang ke Oriella, melihat Oriella memegang pensil dan sedang menggambar: “Oriella sayang, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Kakek.” Oriella mengangkat kepala dan memberikan senyuman manis padanya, lalu menundukkan kepala dengan serius menggambar, “Oriella sedang menggambar adik perempuan.”
Pantesan Mian Mian juga tidak bergerak dan terlihat sedih, ternyata dia sedang menjadi model Oriella.
“En?” Darwin mendekati gambarnya, setelah melihat, dia sama sekali tidak melihat kalau yang digambar Oriella adalah Mian Mian.
“Apakah menggambar begitu menyenangkan? Oriella ayo ikut dengan Kakek, Kakek bawa kamu pergi bermain yang lain.” Menurut Darwin, melukis adalah hal yang terlalu tenang, kalau dia ada anak, tidak peduli perempuan atau laki-laki, dia akan mengajari mereka bermain permainan yang menantang.
“Kakek, setelah selesai gambar Oriella akan memberikannya pada Shawn.” Walaupun Oriella tidak terlalu menginginkan Shawn menjadi Abangnya, tapi dia tetap dengan pengertian menyiapkan hadiah untuk Shawn.
Diruangan mainan ada banyak mainannya, asal memilih satu sudah bisa diberikan, tapi Oriella tidak tega, semua itu adalah kesayangannya yang sangat berharga.
Jadi dia menyiapkan hadiah itu sendiri dengan tangannya, selama ini dia sudah belajar menggambar, bukankah bertepatan bisa menggunakannya, hanya saja menyulitkan adik perempuannya.
Untuk sementara kemampuan gambar Oriella, bahkan Mian Mian pun merasa sedih menjadi modelnya, tapi tidak ada cara lain, siapa yang menyuruhnya adalah yang paling kecil di rumah ini, Oriella hanya bisa menjahilinya.
Mian mian adalah seekor anjing Pomeranian, Oriella menggambar mengikutinya, tapi tidak ada orang yang bisa mengenal kalau yang ada di dalam gambar itu adalah Mian Mian.
Kalau harus mengatakan gambar Oriella seperti apa, Darwin hanya merasa lebih mirip dengan kucing.
“Ternyata Oriella sedang menggambar untuk Abang baru yah.” Darwin mengelus kepalanya dan duduk di sisinya, “Oriella gambar saja, setelah selesai, Kakek akan membawamu pergi bermain.”
“Sudah selsai.” Oriella melepaskan pensilnya, melihat gambar yang sudah dia gambar, semakin melihat semakin puas, gambar ini adalah gambar yang paling membuatnya merasa puas dari karya yang dia gambar belakangan ini.
“Sudah selesai?” Darwin dalam hati berpikir, untuk saja Oriella menyuruh Mianmian menjadi modelnya, kalau menyuruh ayahnya menjadi modelnya, mungkin dia akan menggambarkan ayahnya menjadi seekor kucing.
“Kakek, apakah gambar Oriella bagus?” Oriella sangat percaya diri dengan kemampuannya.
“Tentu saja bagus.” Gambar Oriella tentu saja bagus, mana mungkin tidak bagus, tidak peduli gambar ini dibawakan ke setiap orang di keluarga Tanjaya, siapapun akan memuji.
Keluarga Tanjaya memang begitu tidak berprinsip begitu menyayangi Oriella, asalkan adalah gambar Oriella, pasti adalah nomor 1 di dunia.
“Kakek memang paling baik, Oriella suka Kakek.” Oriella memalingkan kepala melihat Mian Mian masih berbaring, “Adik, pergilah bermain.”
“Guk guk gukk….” akhirnya bebas, Mian Mian langsung berlari pergi.
Dia tidak ingin berdiam 1 menit lagi, sangat takut Oriella menyuruhnya menjadi model.
“Ayo, Kakek bawa kamu pergi memberikan hadiah.” Darwin menganggkatnya begitu tinggi, membiarkannya duduk di bahunya.
Memikirkan dirinya adalah pemimpin tertara, Oriella adalah orang pertama yang beruntung bisa naik di pundaknya.
Semua orang sudah lengkap, tatapan semua orang pun mengarah pada bintang hari ini, Sebastian.
Oriella secara langsung memberikan hadiahnya pada Abangnya: “Sebastian, ini adalah hadiah dari adik Oriella, kamu tidak boleh tidak menyukainya yah.”
Karena dalam hati terus menolak Abang ini, cara bicara Oriella juga sedikit galak dan lantang.
“Terima kasih adik, aku sangat suka!” Sebastian menerima gambar Oriella, dengan senang berkata.
“Sebastian, lain kali kamu adalah bagian dari keluarga kami, kakek dan nenek berharap kamu tumbuh besar dengan sehat dan bahagia.” Ibu Tanjaya memberikan jimat giok padanya, berharap Sebastian tumbuh besar dengan sehat
Giok ini dibeli ayah Tanjaya beberapa tahun lalu saat pergi berlibur di Myanmar, awalnya untuk koleksi, tapi direbut oleh ibu Tanjaya untuk dibuat menjadi jimat.
Harga giok ini berlipat ganda, ibu Tanjaya ingin memberikan ini pada cucu terbesarnya, ayah Tanjaya tidak mengatakan apapun dan menyetujuinya.
Selama puluhan tahun, ayah Tanjaya hanya memegang satu prinsip, asalkan istri senang saja.
“Terima kasih kakek! Terima kasih nenek! Sebastian sangat suka!” Sebastian memakai hadiah yang diberikan kakek dan nenek, dengan manis berkata.
“Sebastian, ini adalah hadiah yang bibi siapkan untukmu.” Efa memberikan satu set komik conan yang disukai anak laki-laki, dia tebak Sebastian pasti akan suka.”
“Terima kasih bibi!” harga barang tinggi atau tidak, Sebastian sama sekali tidak tahu, dia hanya tahu kalau bibinya memberikan hadiah yang selalu dia inginkan, tapi ayah dan ibunya tidak rela membelikan untuknya.
Ibunya selalu mengatakan, satu set komik ratusan ribu, adalah gaji 1 bulan dia dan ayah. Jadi setiap kali dia hanya melihat komik itu dari luar toko buku dan melamun.
Darwin malah tidak mempersiapkan apapun, menurutnya, dia dan Efa adalah satu keluarga, yang diberikan Efa itu berarti apa yang dia berikan juga.
Carlson dan Ariella juga mempersiapkan hadiah untuk Sebastian, adalah mendesign ruangan Sebastian menjadi seperti yang dia suka, dan mempersiapkan banyak baju baru untuknya, hal yang seharusnya dilakukan orang tua untuk anaknya, mereka pun berusaha untuk melakukan yang terbaik.
Setelah selesai memberikan hadiah, Sebastian juga sambil menerima hadiah sambil mengenali mereka.
Ariella menyerahkan Oriella pada Sebastian, mengelus kepala mereka berdua, “Sebastian, Oriella sayang, kedepannya kalian berdua adalah kakak beradik, harus saling mencintai dan saling membantu yah.”
Sebastian dengan pengertian berkata: “Ibu dan ayah tenang saja, Sebastian akan menjaga adik baik-baik.”
Oriella tidak ingin berbicara, karena di dalam hatinya hanya ada abang Hansel, dan masih belum bisa menerima Sebastian sebagai Abangnya.
“Riella, kamu?” Ariella bertanya.
Oriella mengedipkan matanya yang indah, dalam hati merasa sedih tapi tetap dengan pengertian menganggukkan kepala.