Perkiraan hari kelahiran Ariella adalah dalam beberapa hari ini, sebulan yang lalu, Carlson menyuruhnya untuk melepaskan pekerjaannya dan membiarkan dia istirahat di rumah.
Dalam sebulan ini, Carlson juga melepaskan pekerjaannya kepada bawahannya, dia terus menjaga dan berada di samping Ariella, dia takut kandungannya kenapa-kenapa.
Anak pertama mereka, Riella kecil lahir operasi caesar.
Anak kedua mereka sudah keguguran.
Ini adalah anak ketiga mereka, Carlson terus menemaninya di sampingnya dan menunggu sampai anak mereka terlahir keluar di dunia ini.
Carlson awalnya tidak mau punya anak lagi, bahkan ia sudah melakukan operasi, saat sudah sampai di ruang operasi, tidak tahu kenapa Ariella berani menerobos masuk dan menghalanginya.
Setelah mereka pulang dari bulan madu, Ariella menjadi semakin menjaga tubuhnya, tiap malam ia berharap untuk bisa mengandung sebuah anak lagi untuknya.
Kali itu Carlson berani membelakangi Ariella dan pergi untuk melakukan operasi sendiri, waktu itu Ariella hampir setengah bulan tidak mempedulikannya.
Saat itu, Ariella menerobos masuk ke ruang operasi, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya saja matanya yang berlinangan air mata terus melototinya, Carlson pun tidak bisa melakukan apa-apa dan membatakan operasinya.
” Ibu, Riella sudah datang.” Ariella dengan elmbut melambai-lambaikan tangannya.
Riella kecil langsung lari ke pelukan ibunya, lalu menempelkan telingahnya ke perut ibunya yang besar itu, meniru apa yang dilakukan ayahnya tiap hari, dengan serius ia mendengarnya: ” Ibu, bayi kecil sedang bicara sama Riella kecil.”
” Dia sedang bicara apa sama Riella kecil?” Ariella tersenyum dan bertanya padanya.
Mereka tidak mengecek kelamin bayi mereka, jadi sampai saat ini mereka belum tahu anak ini laki-laki atau perempuan?
” Bayi kecil bilang kakaknya cantik sekali, dia mau cepat-cepat keluar dan melihat kakaknya.” Iya, sebentar lagi ia sudah bisa melihat kakaknya, membayangkan nanti keluarga mereka akan ada dua anak kecil yang merepotkannya, hanya membayangkannya saja sudah membuatnya merasa bahagia.
“Jadi bayi kecil ada pesa apa-apa buat Ibu sama Ayah gak? Ariella tersenyum sambil mengelus-ngelus kepala Riella kecil.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, hanya sebentar beberapa tahun sudah berlalu, sekarang Riella kecil mereka sudah umur sepuluh tahun, anaknya semakin cantik dan semakin lucu.
Bukan hanya cantik, ia juga sangat rama dan pengertian, setiap hari membuat kakek dan neneknya tertawa bahagia, tidak bisa tidak bertemu dengannya sehari pun.
” En, Riella dengar-dengar lagi.” Riella kecil mendengarnya dengan serius lagi, lalu memberitahu ibunya, ” Bayi kecil bilang ia cuman mau bertemu dengan kakaknya.”
” Bayi kecil tidak mau bertemu dengan Ibu, Ibu sedih sekali.” Ariella membuat ekspresinya yang sedih, tetapi ia malah tidak bisa menahan tawanya dan tersenyum lucu.
Bayi kecil belum lahir, Riella kecil sudah mempersiapkan banyak mainan untuknya, katanya buat adiknya nanti.
” Ibu, Riella kerjain Ibu punya, Bayi kecil bilang pertama ia ingin ketemu dengan Ibu, Ibu sudah menderita hamil selama sepuluh bulan.” Lihat saja, ini adalah Riella kecil keluarga mereka, umurnya yang masih kecil, apa yang dikatakannya sudah sangat jelas dan tepat, masih bisa tahu kalau ibunya sudah menderita menghamili adiknya selama sepuluh bulan.
” Ibu…. Riella……” Sebastian juga sudah pulang.
Sekarang dia sudah enam belas tahun, sudah menjadi anak remaja, tingginya 180cm, walaupun ia lebih rendah dari ayahnya, tetapi ia juga sudah termasuk yang paling tinggi diantara teman-temannya.
Terlebih lagi, wajahnya juga tampan, ditambah lagi dia dibesarkan di keluarga Tanjaya, umurnya yang masih kecil, tetapi sudah banyak orang yang tertarik padanya.
“Sebastian, sudah pulang.” Ariella melambaikan tangannya, tertawa, ” Ayo kesini temanin Ibu dan Riella.”
” Kak, sudah pulang.” Riella kecil memanggilnya, ketika abangnya duduk, dia langsung berdiri, ” Ibu, aku pergi lihat Ayah lagi sibuk apa?”
Melihat bayangan Riella kecil pergi, Sebastian yang melihat kejadian itu pun berpikir, anak ini, dia baik terhadap semua orang , tetapi terhadap abangnya dia berperilaku begitu.
Beberapa tahun ini, untuk memperbaik hubungan mereka berdua, dia sudah berusaha keras, tetapi sikap Riella kecil terhadapnya sama sekali tidak berubah.
Ketika berada di depan orang yang lebih tua, untuk mempertahankan sikapnya yang sopan dan pengertian, dia akan memanggil abangnya, tetapi saat bereka berdua saja, dia akan memanggilnya dengan sebutan wey, woy, hoy.
Mungkin, selama ini ia tidak menganggap dia adalah abangnya.
” Sebastian, terima kasih selama ini kamu sudah membiarkan Riella kecil. Kadang-kadang Riella agak sedikit keras kepala, Ibu menggantikannya untuk minta maaf sama kamu!” Semuanya adalah anaknya sendiri, apa yang ada didalam hati anaknya, Ariella yang menjadi ibunya bagaimana bisa tidak tahu.
“Bu, Riella adalah adikku, aku adalah abangnya,bukannya itu adalah suatu keharusan untuk membiarkannya?” Benar, ia terus berkata pada dirinya sendiri, dia adalah abangnya, dia harus mengalah kepadanya.
” Sebastian, kamu adalah anak kita, didalam mata Ibu dan Ayah, kamu dan Riella kecil tidak ada bedanya, jadi kalau kamu ada apa-apa kamu bilang saja, jangan simpan didalam hati.” Ariella dan Carlson selama ini tersu menganggap Sebastian seperti anak kandungnya, mereka juga berharap Sebastian juga menganggap mereka adalah orang tua kandungnya.
Di antara saudara, ada apa-apa semuanya harus diutarakan, jangan membuat Sebastian merasa tertekan.
” Ibu, aku tahu, kamu jangan khawatir.” Selama ini, dimata ayah dan ibu, Sebastian adalah anak yang baik dan pengertian.
” Baik, kalau begitu kamu pergi urus urusan kamu dulu.” Ariella berdiri, tiba-tiba perutnya terasa sakit, lalu ia pun duduk kembali.
” Bu……..”
” Sebastian, kamu pergi panggil Ayah dulu, Ibu sepertinya sudah mau melahirkan.” Jaraknya sampai hari kelahiran yang diperkiraan masih ada satu minggu, apa benar bayi kecilnya sudah tidak sabaran untuk bertemu dengan keluarganya?
” Ariella, jangan bergerak. Aku akan segeran menyuruh suster dokter mengantarmu ke ruang pasien.” Carlson tidak berani meninggalkannya, ia bekerja di ruangan dekat ruang pasien Ariella, jadi kalau Ariella kesakitan dia bisa langsung mengetahuinya.
Dia langsung memanggil dokter, para dokter dan suster yang menangani persalinan Ariella semuanya sudah hadir di ruang pasiennya, hanya menunggu istri direktur perusahaan Aces melahirkan anaknya.
Dokter dan susternya semua sangat profesional, mereka menggunakan alat yang sangat cepat untuk mendorong Ariella ke ruang persalinan.
” Ariella, kamu jangan takut, aku akan terus menemani kamu dan anak kita.” Kali ini, bisa menemani disamping Ariella, dengan mata sendiri melihat ia melahirkan anak mereka ke dunia ini, Carlson merasa senang dan khawatir.
Walaupun sudah melakukan persiapan yang mantap, tapi dia tetap saja khawatir, takut Ariella tidak bisa menahan rasa sakit itu.
Hari itu, ia menyuruh Ariella operasi caesar saja, tetapi Ariella merasa opersai caesar tidak baik buat anaknya, terlebih lagi ada efek samping, jadi mereka memilih untuk lahir normal.
Sudah sampai di ruang persalinan, dokter melihat Carlson: ” Tuan Carlson, mohon anda keluar dulu, ini…..”
Carlson langsung melihat dojternya dengan mata tajam, dokter itu pun langsung terdiam, dia bagaimana bisa lupa kalau Direktur Carlson ini begitu mencintai istrinya.
Membiarkan istrinya menderita didalam sini dan membiarkan dia menunggu diluar, itu adalah hal yang mustahil.