Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 439 Sendirian Menghadapi Situasi Tidak Terduga





Setelah hujan semalam, udara pagi menjadi begitu segar.





Meski tidak terlihat kasat mata, tetapi Carlson tetap sama di setiap paginya.





Ia bangun di pagi hari, terbiasa duduk di samping jendela “membaca” koran, sembari menunggu istri dan anaknya terbangun.





Ariella membuka matanya menatap Carlson yang berbusana rapi terduduk di pinggir jendela, sama seperti bertahun-tahun sebelumnya, hari setelah malam pertamanya, ia terbangun.





Sekarang, matahari yang baru saja terbit menyinari tubuh Carlson dari balik jendela, menutupinya dengan selembar tabir misterius, tenang dan indah.





Carlson bukannya sedang membaca koran, melainkan sudah menjadi kebiasaannya selama belasan tahun, jika saja paginya melewatkan hal ini, harinya serasa kekurangan sesuatu.





Pendengarannya memanglah sangat bagus, dan menjadi semakin baik setelah ia kehilangan penglihatannya, ketika Ariella terbangun dan bergerak sedikit saja, ia mampu mendengarnya.





Ia menoleh, senyumnya merekah tanpa disadari, “Kau sudah bangun.”





“Hm,” Ariella mengangguk, masih ingin berbicara, namun Riella kecil yang tiba-tiba membalikkan badannya sungguh menyita perhatian.





Riella kecil adalah sang pemalas kecil, sangat mudah tertidur, terlebih ketika musim dingin datang, dibutuhkan waktu satu jam untuk merayu hingga ia merangkak keluar dari ranjangnya.





Ariella mencubiti pipinya, berkata dengan lembut, “Ayo bangun, Riella kecil.”





Riella kecil membuka sedikit mata dengan malas menatap ibunya, lalu mengejapkannya kembali, memutarkan badan, dan menenggelamkan lagi kepalanya dalam tidur.





“Sayang, ayo bangun,” Ariella menundukkan kepala, meniupkan angin kecil di sisi telinga Riella kecil menggodanya.





Ia masih belum ingin bangun, ingin melanjutkan tidurnya, bisakah ibunya tidak menyuruhnya untuk bangun?





Ariella bercanda sambil berkata, “Sayang, kau sudah tidur hampir sepuluh jam, kalau masih tidur juga, bisa-bisa abang Hansel tidak sabar menunggumu.”





Mendengar bahwa melanjutkan tidurnya dapat membuat abang Hansel menunggu lama, Riella kecil merangkak sambil memejamkan matanya, dengan wajah tembemnya berkata, “Riella mau bangun.”





Meskipun masih sangat mengantuk dan ingin melanjutkan tidurnya, namun dibandingkan membuat abang Hansel harus menunggu, ia memilih untuk bangun.





Carlson tampak tidak puas, “Lihat anak perempuanmu, mendengar abang Hansel menunggunya, ia langsung merangkak bangun. Ketika Ayahnya yang menunggunya, ia tidak sebersemangat ini.”





Carlson nyaris curiga, apakah ini anak yang dibesarkannya sementara ia menjalankan perannya sebagai Ayah dan Ibu? Baru menginjak empat tahun, namun hati Riella kecil hanya dipenuhi abang Hansel, dimana ia akan memberikan tempat untuk ayahnya?





“Riella yang masih kecil tidak ada tempat untuk Ayah, ada suami di hati Riella besar juga sudah cukup,” ujar Ariella sambil tertawa.





Carlson sebagai lelaki dewasa masih saja cemburu terhadap anak kecil, cemburu ada sesosok kakak yang menemani Riella kecil, menemani di sisinya dan menjaganya, bukankah baik jika Riella kecil bisa bersandar pada seseorang?





Carlson datang menghampiri lalu duduk di sisi keduanya, “Jawaban ini, cukup menyeimbangkan hatiku yang terluka.”





“Riella sayang Ayah,” Riella kecil sudah cukup terbangun untuk ingat bahwa Ayahnya adalah Ayah yang paling ia cintai.





“Hm, anak penurut!” Carlson memeluknya balik dan menciumnya.





Riella kecil memeluk kepala Ayahnya, di depan wajah sang Ayah berujar, “Ayah penurut!”





“Kalian Ayah dan anak yang penurut,” Ariella menggendong Riella kecil, membawanya ke kamar mandi untuk menyikat gigi.





Di atas wastafel tertata tiga gelas sikat gigi, semuanya dengan gambar kartun yang menggemaskan, khusus disediakan untuk mengimbangi kesukaan Riella kecil.





Didalam gelas diletakkan tiga buah sikat gigi, dua yang tinggi, dan dua yang pendek, sungguh menggambarkan ketiganya.





Ariella menyiapkan segelas air untuk Riella kecil, memencet pasta gigi, lalu meletakkan keduanya di tangan Riella kecil.





“Riella, cobalah menyikat gigimu sendiri seperti yang sudah diajarkan Mama.”





Riella kecil mengambil sikat giginya, mengikuti apa yang diajarkan ibunya dan menyikat perlahan, namun karena belum terbiasa, tanpa sengaja ia menusukkannya pada tepi mulutnya.





Sebelum Riella kecil berteriak kesakitan, Ariella gegas menghiburnya, “Riella, tidak apa-apa sakit sedikit, kita kan harus kuat.”





Karena Riella kecil adalah anak satu-satunya, setiap kali Riella kecil terluka hati Ariella tidak akan tega, namun ia harus mengontrol dirinya sendiri tidak boleh terlalu memanjakan Riella kecil, harus melepasnya dan membiarkannya mencoba beberapa hal.





Nantinya ketika mereka tidak ada di sisi Riella kecil, maka ia akan mampu menghadapi segala hal yang tidak terduga.





Mendengar rayuan ibunya, Riella kecil tidak menangis, mengambil sikat giginya dan menyikat gigi dengan polosnya. Meskipun pergerakannya belum lancar, tapi ia tetap berusaha menyelesaikannya.





“Kesayangan kami sungguh hebat!” Ariella buru-buru menyampaikan pujiannya.





Mendengar pujian ibunya, Riella kecil merasa dirinya sungguh hebat, dengan bangganya mendongak, “Riella bisa sikat gigi sendiri.”





“Hm, Riella sangat hebat,” ujar Ariella lembut.





Hanya dengan menatap sepasang Ayah dan anak ini, hati Ariella merasa hangat, merasa puas, jauh lebih bahagia daripada memiliki seluruh dunia.





Setelah kembali bersama keduanya, Ariella selalu membantu Riella kecil menyikat giginya setiap hari, memakaikannya baju yang indah.





Ketika Ariella sibuk memakaikan baju pada Riella kecil, telepon genggam yang diletakkan di meja di sampingnya berbunyi, namun ia tidak segera melihatnya, tetapi merapikan baju yang dikenakan Riella kecil terlebih dahulu, barulah memperhatikan persoalan lainnya.





“Mama, apakah Riella adalah anak yang cantik?” Riella kecil mengusap matanya, masih tidak begitu jelas, namun hal pertama yang diperhatikannya adalah masalah cantik atau tidak.





“Riellaku pasti sangat cantik,” Ariella mengecupnya, lalu memakaikannya sepatu, “Sayang, turunlah dengan Ayah terlebih dahulu untuk sarapan, Mama angkat telepon dulu.”





Carlson mengelus kepala Riella kecil, “Riella, cari dulu abang Hanselmu, Ayah dan Mama sebentar lagi turun menemanimu sarapan.”





“Oke,” Riella kecil mengerti lalu mengangguk, pergi keluar mencari abang Hansel nya dengan patuh.





Melihat Riella kecil keluar kamar, barulah Ariella mengambil teleponnya dan menelepon nomor yang tidak terangkat tadi.





Adalah Dr. Zhang yang tadi meneleponnya, Dr. Zhang membawa kabar baik dari rumah sakit, mereka sudah menemukan racikan yang dapat menyembuhkan virus HDR yang diderita Carlson akibat bekerja terlalu keras.





Mendengar kabar ini, hampir saja Ariella melompat kegirangan.





Mendengar suaranya yang gembira, Carlson tersenyum dengan seksi, tertawa kecil sambil berkata, “Melihat mu seperti ini, orang tidak paham akan mengiramu gila.”





“Ya sudah kalau gila, siapa peduli apa kata mereka,” Ariella jatuh kepelukan Carlson dengan penuh semangat, “Carlson, dokter memberikan kabar baik, mereka sudah menemukan carikan obat untuk menyembuhkan virus HDR.”





Kalau saja obat racikan dokter manjur, mata Carlson pun bisa membaik, pastilah Ariella senang, ingin sekali berlari ke teras atas lalu berteriak kencang, membiarkan seisi dunia tahu bahwa ia sangatlah gembira.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK