“Nyonya muda, tuan besar ingin bertemu denganmu, dia tidak akan memakan orang, apa yang kamu takutkan?” asisten Dolvin langsung menarik pergelangan tangan Ariella, dengan tenaga kuat menahannya, ingin memaksanya kehadapan tuan besar Tanjaya.
Suara asisten Dolvin, menarik Ariella kembali dari emosinya, dia menggigit bibir, mengangkat tangan dan menampar asisten Dolvin.
Tamparannya ini begitu cepat dan keras, sama sekali diluar dugaan asisten Dolvin, hingga tamparan yang keras itu mengenai wajahnya, dia baru menyadari bahwa dirinya sudah ditampar oleh seorang wanita.
“Kamu—” dia mengangkat tangan dan ingin menampar Ariella, tapi memikirkan posisinya, dia pun menarik kembali tangannya dengan tidak rela.
Ariella mengigit gigi, berusaha menenangkan tubuhnya yang gemetar, dengan cepat emosinya pun semakin stabil, dia melihat asisten Dolvin sejenak, lalu melihat ke arah tuan besar Tanjaya, bertepatan melihat tatapan nya.
Tatapan tuan besar Tanjaya sangat dingin, seolah-olah ingin mendorongnya ke dalam lubang yang tidak dapat kembali lagi baru dia merasa puas.
Melihat orang tua ini, wajah yang dulunya penuh dengan kasih sayang, saat ini semuanya sudah tidak ada, karena di sini hanya ada dirinya, jadi dia tidak perlu berpura-pura.
Dulu dirinya sudah pernah di jebak mereka Ariella juga dengan jelas mengetahui betapa kejamnya 2 orang yang menyembunyikan pisau dibalik senyuman mereka itu.
Merekalah yang menyebabkanya lupa ingatan, merekalah yang membuatnya meninggalkan suaminya, merekalah yang membuat anaknya tidak memiliki ibu setelah dilahirkan.
Memikirkan semua hal yang dilakukan 2 orang ini, Ariella pun ingin menarik tulang rusuk merek dan melepaskan kulit mereka dan membuat mereka kembali dibakar dan dibuat kembali lagi, agar mereka mempelajari prikemanusiaan.
Tapi Ariella sangat mengerti, hanya dengan kemampuannya sendiri, dia tidak bisa melawan mereka berduua.
Pelayan di rumah ini seharusnya sudah disuruh pergi oleh si tua ini, saat ini, di ruang tamu yang begitu besar hanya tersisa mereka bertiga, jika mereka ingin melakukan sesuatu padanya, dia tetap tidak bisa melawan.
Ariella sangat takut, dahinya pun mengeluarkan keringat, tidak boleh melawan, kalau begitu dia hanya bisa menggunakan otak, memikirkan cara untuk membuat mereka berdua pergi.
Asisten Dolvin berkata: “Tuan besar hari ini datang membicarakan perjanjian denganmu.”
“Membicarakan perjanjian denganku?” Ariella tersenyum dingin, berkata, “Aku adalah orang yang bahkan tidak memiliki ingatan, apa yang ingin kalian dapatkan dariku?”
Asisten Dolvin berkata: “Beberapa tahun yang lalu, ibumu seharusnya meninggalkan sesuatu untukmu, itu adalah peninggalan ayahmu untuknya, asalkan kamu memberikan itu pada kami, kedepannya kamu ingin hidup seperti apa, tidak akan ada orang yang mengganggumu lagi.”
“Apa yang kalian inginkan, katakan saja, jangan memainkan tebakan denganku.” Ingatan Ariella tetap belum kembali sepenuhnya, untuk mengingat barang istimewa apa yang ibunya tinggalkan untuknya, dia sama sekali tidak bisa mengingatnya.
Dengan kata lain, walaupun dia ingat, itu adalah hadiah yang ditinggalkan ayahnya untuk ibunya, dia mana mungkin memberikannya pada orang lain, terutama 2 orang yang ada dihadapannya ini.
“Barang yang ibumu berikan padamu, sesuatu yang khusus dia peringati padamu.” asisten Dolvin sambil berkata sambil memeperhatikan tatapan Ariella, ingin mengetahui sesuatu dari tatapannya, tapi dia pun kecewa, di tatapan Ariella, dia hanya melihat kebencian.
Asisten Dolvin masih ingin mengatakan sesuatu, namun dihentikan tuan besar, tuan besar perlahan berdiri, batuk, dan dengan suaranya yang tajam berkata, “Ariella, tidak buru-buru, pikirkanlah pelan-pelan, setelah ingat beritahukan pada kami.”
Dia masih berbicara dengan nada seorang orang tua, jika orang lain mendengarnya, tidak akan ada yang merasa aneh.
Tapi Ariella pun menyadari maksud lain, orang tua ini sedang mengancamnya, asalkan dia memberikan barang yang mereka inginkan, maka semua orang akan hidup dengan baik, kalau tidak, yang mereka miliki adalah waktu untuk perlahan menghabisinya.
Barang yang ditinggalkan ibunya untuknya, apakah ada yang begitu istimewa dan bahkan membuat tuan besar datang mencarinya khusus untuk menyuruhnya mengeluarkan barang itu?
Kakek Tanjaya bangkit dan pergi, tapi begitu mengangkat kepala dia pun melihat Carlson yang tidak tahu sejak kapan berdiri di depan pintu.
Dia tetap memakai baju hitam putih yang sering dia pakai selama 2 tahun ini, kemeja putih dan celana hitam, berdiri tegak, hanya berdiri di sana dan tidak melakukan apapun, tapi auranya yang besar itu membuat orang tidak bisa bernafas.
Carlson memanggil satpam, dengan dingin memerintah, “Tuan besar akan segera pergi, antar tamu. Kamu sudah tua, keadaan tubuhmu tidak baik, lain kali dia yang akan menjagamu, siapa yang tidak menjaga dengan baik, aku akan mempertanyakannya pada orang itu.”
Sudah tua, kesehatan juga tidak baik, ini adalah ucapan pada umumnya, maksud sebenarnya Carlson adalah ingin orang itu memperhatikan tuan besar, lain kali tanpa izinnya tidak boleh membiarkannya masuk.
Jika bukan karena kakek Tanjaya hari ini datang ke rumahnya dan mencari masalah dengan Ariella, Carlson juga tidak akan melakukan ini.
Cara ini sangat berguna, dan juga secara resmi menyatakan pada kakek Tanjaya bahwa hubungan kakek dan cucu mereka sudah berakhir, kedepannya jika bertemu, saling tidak kenal lagi.
“Son, kamu ingin mengontrol gerak-gerikku?” tuan besar dengan dingin mendesah, tersenyum berkata, “Kamu jangan lupa, kamu dibesarkan olehku, aku yang mengajarmu dari kecil, cara kamu melakukan sesuatu aku sangat jelas. Ingin mengontrok gerak gerikku, 20 tahun lagi baru lihat apakah kamu memiliki kemampuan itu atau tidak.”
“Antar tuan besar pulang! Jaga dia baik-baik.” Carlson tidak melihatnya dan langsung berkata.
Saat dia berumur 10 tahun sudah berhubungan dengan dunia luar, dan sekarang sudah sekitar belasan hampir 20 tahun, dia bisa menjadi legenda termuda di dunia bisnis, apakah kakeknya yang lucu itu masih mengira dia mendapatkan reputasi yang begitu tinggi karena dia mengmabil ahli perusahaan Aces?
“Baik baik, kamu sudah dewasa, sudah berani, bisa……uhuk uhukk….” walaupun Carlson sudah bukan pertama kalinya ribut dengannya karena wanita, tapi kakek Tanjaya tetap sangat marah.
Asisten Dolvin langsung memapah tuan besar, dengan khawatir berkata,, “Tuan besar, anda jangan marah, bagaimana jika kesehatanmu memburuk karena ini, maka kamu hanya akan melihat Aces yang kamu perjuangkan dari dulu jatuh ke tangan orang lain.
Ucapan asisten Dolvin ini dikatakan untuk Carlson, tapi Carlson tidak memperdulikannya, melihat mereka dengan tatapan yang bgitu dingin dan tidak berperasaan.
Hingga mereka berdua keluar, Carlson pun melihat Ariella, tatapannya dalam seketika berubah menjadi begitu lembut.
Dia berjalan ke sisi Ariella, lalu memelukknya, dengan lembut berkata, “Ariella, jangan takut, aku akan selalu ada.”
Ariella pun memeluknya dengan erat: “Aku tidak takut, aku sangat senang.”
Carlson tersenyum, dengan lembut berkata, “Kamu yakin sangat senang?”
Ariella memuncungkan mulut berkata, “Aku tidak bodoh, tentu tahu aku sedang senang.”
Senang karena tuan besar membawa asisten Dolvin kemari, saat melihat nya, dia akhirnya mengingat ingatannya yang hilang dan menggabungkan dengan ingatannya yang ada sekarang.