Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 615 Harus Menunggunya


Melihat telepon yang telah diputuskan di tangannya, hati Ariella kacau.


Bagaimana mungkin dia percaya bahwa Albi baru saja meneleponnya untuk berbicara santai, dan mendengarkan kalimat terakhirnya barusan, selalu merasa dia akan melakukan sesuatu?


Apa yang bisa dilakukan Albi?


Apakah dia akan berurusan dengan Carlson?


Memikirkan Albi berurusan dengan Carlson, Ariella semakin gelisah, dia tidak akan membiarkan Albi melakukan hal yang menyakiti Carlson.


Tidak akan membiarkan Albi menyakiti Carlson!


Tidak akan membiarkan Albi menyakiti Carlson!


Ariella menatap ponsel sambil berbicara sendiri, menelepon kembali nomor telepon yang baru meneleponnya, tetapi ketika dia telepon kembali, dia hanya mendengar suara dingin dari mesin–nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.


Setelah Albi menelepon dia, langsung menonaktifkan ponselnya!


Sebenarnya apa yang sedang direncanakannya?


Ariella khawatir hingga berjalan mengelilingi dalam rumahnya, tidak boleh tidak boleh, bagaimanapun dia tidak boleh membiarkan Albi menyakiti Carlson.


Berpikir sekian lama, Ariella memutuskan untuk menelepon Carlson, agar dia dapat bersiaga, tidak boleh membiarkan si penjahat itu membuat lubang,


Walaupun harus mendengar suara dingin tak berperasaan Carlson, dia akan sakit, tetapi sesakit apapun tidak masalah, asalkan dia baik-baik saja!


Ariella menggigit bibirnya, membalik ke tombol halaman, dan mengetik angka satu per satu yang ada dalam pikiran.


Setelah memasukkan nomor telepon, melihat sederetan nomor yang tidak asing di layar ponsel Ariella mengambil napas dalam-dalam, baru melakukan panggilan, dia menelepon dan bunyi dua kali, disana bahkan tidak mengangkat telepon, dan langsung menolak panggilannya.


Carlson tidak mengangkat teleponnya!


Melihat telepon yang ditolak, Ariella tidak hanya sakit hati, takut dan khawatir.


Bagaimana jika dia belum memberi tahu Carlson dan Albi melakukan sudah sesuatu terhadap Carlson?


Pikiran Ariella sudah menjadi kacau, dan mengkhawatirkan keselamatan Carlson, untuk sesaat, dia tidak tahu harus berbuat apa.


Ketika dia sangat cemas sehingga dia tidak tahu harus berbuat apa, Puspita datang.


Melihat Puspita, Ariella sangat senang seperti melihat penyelamat besar. Dia menarik Puspita dan berkata : “Puspita, kamu tahu di mana Carlson tinggal, kan?”


Carlson tidak mengangkat teleponnya, jadi dia harus pergi mencari Carlson dan memberitahunya tentang hal itu, Albi tidak boleh menyakiti Carlson.


“Ariella, apa yang terjadi antara kamu dan Tuan Carlson? Bolehkah kamu memberitahuku tentang itu?” Puspita memegang tangan Ariella dan berkata dengan sabar.


Barusan Gustin menerima telepon dari Tamara, meminta dia untuk datang melihat Ariella … Ditunjuk untuk melihat Ariella, itu pasti instruksi Carlson.


Puspita benar-benar tidak bisa mengerti, Carlson sangat peduli dengan Ariella, mengapa tidak terus terang sedikit, tetapi malah meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain?


Ariella cemas dan menangis : “Puspita, katakan padaku di mana Carlson? Aku harus menemuinya.”


Terkadang Ariella sangat putus asa, di mana pun dia berada, selama Carlson ingin, dia bisa menemukannya, tetapi bagaimana dengan dia?


Bahkan dia baru saja pergi meninggalkannya, dia tidak mungkin pergi jauh, tetapi ingin menemuinya malah tidak bisa menemukannya.


Selama Carlson tidak membiarkannya menemukannya, dia tidak akan bisa menemukannya.


Ternyata jarak wanita itu dengan tidak hanya sekadar “Grup Aces.”


Tetapi kamu tidak jauh dari aku, tetapi aku tidak dapat menemukan kamu.


“Ariella, aku tahu, tetapi…” Tamara sudah menyampaikan kepada Gustin, meminta mereka jangan membeberkan alamat tempat tinggal Carlson, Puspita tidak bisa mengatakannya.


“Puspita, beri tahu aku!” Kali ini Ariella benar-benar menagis dan cemas, matanya sudah bengkak, matanya penuh dengan air mata.


“Ariella, masalah kamu dan Carlson sebelumnya, kamu benar-benar tidak bisa menceritakannya?” masalah antara Ariella dan Carlson, Puspita pernah menanyakan pada Ariella sekali saat dia baru tiba di New York, Ariella meminta dia memberinya waktu untuk berpikir, setelah itu Puspita tidak pernah lagi menanyakannya.


Kemudian melihat Carlson juga menyusul kemari, dan dia tinggal di sebelah Ariella, berpikir bahwa dua orang akan segera baikan, tetapi ini sudah lebih dari sebulan, dan mereka berdua tidak hanya tidak menunjukkan tanda-tanda berbaikan, tetapi hubungan itu tampaknya makin lama semakin kaku.


“Puspita, setelah aku menemukannya, aku akan memberitahumu, oke? Aku mohon, aku mohon, katakan padaku, di mana Carlson?” Ariella sangkin cemas sampai bicarapun suaranya hampir hilang, dia mengisap hidungnya, menyeka air mata, “Puspita, tolong beri tahu aku!”


Dia harus menemukannya, harus menemukannya, tidak peduli dengan cara apa pun.


“Ariella, apa yang kamu bilang?” Jantung Puspita terasa sakit ketika dia mendengar nada suara Ariella yang hampir putus asa.


Dia menarik Ariella untuk memandang dari jendela dan berkata : “Tuan Carlson tinggal di sebelahmu, dia tinggal dimana tempat kalian menetap pada hari ketiga ketika kamu pertama kali datang ke New York.”


“Tepat di sebelah?” Ariella tahu bahwa Carlson bertemu Riella setiap hari, mengetahui bahwa Carlson ada di New York, tetapi tidak tahu bahwa Carlson sangat dekat dengan mereka.


“Ya,” Puspita mengangguk.


“Puspita, terima kasih!” Dapatkan jawaban positif dari Puspita, Ariella bergegas kesana, dan Puspita ingin memintanya pelan-pelan pun belum sempat.


Ariella bergegas ke perkarangan sebelah dan melihat ke pintu yang tertutup … Dia hampir setiap hari melewati tempat ini ketika pergi membeli sayur, tetapi dia tidak tahu bahwa orang yang tinggal di sini adalah Carlson.


Menarik napas dalam-dalam, Ariella mengangkat tangannya dan menekan bel pintu, sekali, dua kali, tiga kali dan empat kali … Setelah sepuluh kali atau lebih, orang di dalam tidak menanggapi sama sekali.


Carlson ada di dalam, tetapi dia tidak menanggapi, dan itu membuktikan apa yang baru saja dia katakan, dia tidak ingin Ariella muncul di depan mereka ayah dan anak.


Dengan membunyikan bel pintu tidak ditanggapi Carlson, Ariella mengambil ponsel lagi dan tanpa putus asa menghubungi nomor telepon Carlson, kali ini baru bunyi, telepon diputus dari sana.


Langit masih turun salju, suhunya sangat rendah, berdiri di tengah es salju, napas yang dikeluarkan pun tampaknya bisa membeku.


Ariella sangat takut dingin, dulu berdiri di atas tanah bersalju sebentar, dia sudah tidak tahan, tetapi hari ini dia seperti tidak tahu dingin.


Dia meneleponnya dan tidak diangkat, dia juga mengirim pesan teks ke Carlson.


Dia yang tangannya bergemetar dan mengetik satu kalimat – [Carlson, buka pintunya, aku hanya mengucapkan dua kalimat kepada kamu, dua kalimat saja, tidak akan menunda waktumu terlalu banyak.]


Setelah pesan teks dikirim, sebanyak yang sebelumnya, jawabannya adalah tidak ada jawaban.


Tetapi Ariella tidak mundur, dia harus menunggu sampai Carlson membuka pintu, harus memberi tahu dia dalam bahaya, oleh karena itu tidak peduli sedingin apa, tidak peduli berdiri berapa lama, dia tetap harus sampaikan padanya.


“Ariella, sedang turun salju, kamu berdiri disana, kalau sakit bagaimana?” Puspita mengejarnya, mencoba membujuknya untuk pulang.


“Puspita, masa kelahiranmu sudah hampir tiba kan.” Ariella mengalihkan pembicaraan.


“Iya. Anak beruang ini sungguh pintar memilih waktu, mungkin ingin ikut tahun baru, memilih hari-hari saat Imlek.” sambil berbicara, Puspita pun tersadar, “Ariella, aku sedang membicarakan kamu, kamu ikut aku pulang dulu.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK