“Tidak ingin aku menidurimu? Jadi kamu ingin siapa? Ingin pamanku Darwin yang menidurimu?” Rico melihat Efa, melemparkan sebuah bom yang keras.
“Kamu……” Efa tidak menduga Rico akan mengetahui identitasnya, dia pun terkejut, namun dengan cepat tersadar.
Saat Efa ingin mengatakan sesuatu, kebetulan pelayan menghidangkan kopi, Efa pun menelan kembali kata yang ingin dia katakan.
Setelah menghidangkan kopi, pelayan pun langsung pergi.
Yang terhidang di depan mereka adalah 2 cangkir kopi panas, masih mengeluarkan asap, seperti keadaan diantara mereka yang begitu panas.
Tapi, setelah dipotong oleh pelayan secara tidak sengaja itu, Efa pun sudah kembali tenang, dia pun tersenyum pada Rico, berkata, “Aih, kamu begitu cepat sudah mengetahui siapa aku. Aku masing ingin bermain denganmu, begitu cepat sudah ketahuan, sama sekali tidak seru.”
Emangnya kenapa kalau identitasnya diketahui?
Lagian juga bukan hal yang memalukan, hanya saja setelah diketahui, di sisinya harus ditambah lebih banyak pengawal lagi, gerak-geriknya juga akan lebih sulit, mungkin semua pencapaian dari shootingnya akan dikatakan karena hubungannya dengan Aces.
Tapi, saudaranya itu juga tidak begitu mudah, ingin identitasnya terbongkar bukanlah hal yang begitu mudah.
“Nama kecil mu adalah Efa, saat berumur 3 tahun kamu diadopsi keluarga Tanjaya, setelah itu kamu tinggal di Amerika, setiap tahun baru kamu baru akan pulang ke sini dengan keluargamu. Keluarga Tanjaya menganggapmu seperti anak kandung mereka, bahkan lebih menyanyangi mu dari anak kandung mereka.” Rico berkata dengan nada yang hanya bisa terdengar oleh mereka berdua, dengan santai berkata.
“Ya!” Efa dengan tidak peduli menggerakkan bahunya, tersenyum berkata, “Jadi kenapa? Anak seperti aku sangat banyak, kamu mengkhawatirkan apa.”
Efa sering keluar masuk Moonriver, dan juga sering pergi ke daerah tentara di kota Pasirbumi, jika ada yang ingin menyelidiki identitasnya, sebenarnya bukanlah hal yang sulit.
Yang diherankan adalah mereka ingin membongkar identitasnya.
2 tahun yang lalu dia juga bertemu dengan wartawan yang diam-diam memotretnya, tapi barusan memotretnya dan belum sempat mempublikasinya, wartawan itu sudah dibawa pergi dan setelah itu tidak pernah terlihat di kota Pasirbumi lagi.
Seperti saat dulunya dia selalu ingin membuat gosip, bawahan kakaknya akan selalu dengan cepat menghilangkan semua berita itu.
Dia benar-benar kagum dengan bawahan kakaknya, cara mereka bekerja benar-benar hebat.
Pemerintahan dan pengusaha adalah hubungan azas manfaat, ayah Rico ingin menduduki posisi walikota, pasti harus mengembangkan perekonomian kota ini dan juga melindungi keamana dan lain-lain.
2 hal yang paling penting, satunya berada di tangan keluarga Tanjaya, satunya lagi berada di tangan keluarga Sutedjo, keluarga Tanjaya dan Sutedjo adalah 2 keluarga yang perlu dia sanjung, jadi Efa sudah menduga Rico tidak akan berani membeberkan identitasnya.
Mungkin karena dulu Efa diracuni olehnya, lalu dia diselamatkan oleh Darwin, Rico merasa aneh dan menyuruh orang menyelidikinya.
Rico berkata: “Efa, apakah kamu tidak pernah mencurigai identitasmu sendiri? Apakah kamu tidak memikirkan kenapa keluarga Tanjaya begitu baik denganmu?”
“Keluarga Tanjaya adalah keluargaku, kalau mereka tidak baik padaku, apakah mereka harus baik padamu?” ingin merusak hubungannya dengan keluarga bukanlah hal yang mudah.
Si bajingan ini, hari itu tidak berhasil meracuninya, sekarang ingin membuatnya curiga dengan identitasnya sendiri.
Dia Efa apakah kelihatan begitu bodoh?”
Dia hanya lebih sering memerankan orang yang polos, tapi bukan benar-benar bodoh. Kelihatannya kedepannya dia akan bersikeras tidak menerima peran seperti itu lagi.
Efa mengambil kopi dan meneguknya, dalam hati memarahi si banjingan ini, pada saat yang sama juga memikirkan bagaimana menaruh obat di cangkir kopinya, lalu membuatnya meminumnya.
“Ef…”
“Ah~ qie…..”Rico belum berkata, Efa pun bersin, kopi yang ada dimulutnya pun mengenai tubuh Rico.
Efa pun langsung mengambil tisu, meminta maaf, “Tuan Rico, benar-benar maaf, aku tidak sengaja tidak mengontrol dengan baik….aku bantu kamu bersihkan.”
“Tidak perlu.” Rico melambaikan tangan, berkata, “Aku pergi ke toilet dulu, kamu tunggu aku di sini.”
“Baik.” Efa menganggukkan kepala, berkata, “Kalau begitu kamu harus cepat, aku sangat tidak sabar.”
Rico pun pergi, Efa langsung melihat kesekitarnya, saat ini tidak terlalu pagi dan tidak terlalu siang, di toko ini selain mereka juga tidak ada orang lain lagi, dan juga tidak terlihat ada cctv.
Setelah memastikan keadaan sekitar, Efa langsung bersiap-siap untuk memasukkan obat ke cangkir Rico.
Setelah melakukan itu, Efi pun meminum kopinya, pada saat itu dia juga memikirkan berbagai cara menghabisi pria itu.
Tidak lama, Rico yang pergi ke kamar mandi untuk membersihkan bajunya itu pun kembali ke tempat duduknya.
Rico kembali duduk di posisinya dan tidak ada maksud untuk meminum kopinya, Efa melihatnya sejenak dan tersenyum berkata, “Tuan Rico, jujur, barusan aku sengaja melakukan itu padamu.”
Efa sengaja ingin membuat sibajingan ini marah, dia ingin meracuninya dan ingin menghabisinya.
“Aku tahu.”
“Kamu tahu?” tahu apanya, Efa pun menyindirnya, mengira panggilan artis terfavorit nya ini dibeli yah, aktingnya begitu bagus juga diketahui olehnya?
Rico mengambil kopinya, lalu mengerutkan dahi, tapi dengan cepat kembali seperti semula, dan sambil minum kopi sambil berbicara dengan Efa.
Dia lalu berkata, “Efa, apakah kamu tidak pernah memikirkan siapa orangtua kandungmu? Tidak ingin tahu apa perkerjaan mereka dulu? Tidak ingin tahu identitas aslimu?”
“Apa hubungannya denganmu.” Pria ini sudah ikut campur terlalu banyak, benar-benar menjengkelkan.
Ada apa dengan orang tua kandung, mereka bisa meninggalkan dia yang berumur 3 tahun, apakah masih mengharapkan setelah dia dewasa akan kembali mencari mereka?
Dia tidak begitu tidak berterima kasih, ngapain dia mencari masalah untuk dirinya sendiri.
“Ef—”
“Jangan memanggilku dengan begitu dekat, aku dan kamu tidak ada hubungan.” Orang ini minta dipukul yah, apakah harus ditambah dulu agar dia tahu batasnya?
Kalau bukan karena melihat dia sudah meminum kopi, dan sebentar lagi obatnya akan bereaksi, dia tidak mungkin akan mendengarnya mengatakan hal yang omong kosong ini.
Hanya saja sangat aneh, terakhir kali setelah dia meminum bir yang sudah diberi obat dia langsung pingsan, kenapa dia tidak ada reaksi setelah meminumnya, kelihatannya dia masih sangat bersemangat.
Di saat Efa merasa obatnya tidak bereaksi, Rico menggelengkan kepala dan terjatuh di meja.
Efa menyodorkan tangan dan menepuk wajahnya dengan kuat: “Hei, Tuan Rico, kamu tidak apa-apa kan? Apakah minum kopi bisa membuatmu mabuk?”
Tidak ada jawaban!
Bagus, kelihatannya obat sudah bereaksi.
Efa dalam hati tertawa, bajingan, hari ini aku pasti akan memberikan pelajaran padamu.