“Selama-lamanya tak akan memaafkanku?” Lourdes menangkap tangan Vanessa yang sudah membalikkan badan mau pergi tersebut dan menatapnya dalam-dalam.
“Lepaskan aku!” Vanessa menggeram, ia menahan sakit hatinya, dengan tatapan dingin ia mengatakan dua kata yang sebelumnya tak akan pernah ia ucapkan kepada Lourdes.
Setahun yang lalu, rumah milik keluarga Handaja terbakar ludes, kematian Lourdes tak jelas dan Vanessa selalu menunggunya pulang, menunggunya untuk kembali ke sampingnya, menunggunya untuk menepati janjinya yang dulu ia katakana.
Tapi, apa yang Lourdes lakukan padanya?
Vanessa tak ingin membayangkan karena setiap kali dibayangkan hatinya seperti di tusuk oleh jarum yang dalam, keras, hidup dan sakit.
Apa yang sebenarnya dilakukan Vanessa sehningga Lourdes melakukan hal tersebut untuk membalaskan kepadanya?
Vanessa tak mengerti sama sekali.
“Vanessa, kamu kira kamu siapa? Atas dasar apa kamu tak memaafkan ku?” Lourdes dengan keras memegang pergelangan tangannya, tenaganya sangat kuat.
“Aku siapa? Kamu tanya aku siapa?” Vanessa menggigit bibir, hingga bibirnya terluka, darah keluar dari bibirnya, dia masih dengan kuat menggigit bibirnya, sehingga ia bisa menahan dirinya.
Lourdes bertanya dia siapa?
Dulunya laki-laki mana yang memeluknya dan bersumpah, “Xiaoxi, selamanya kamu tak bisa kabur ke mana-mana lagi, kamu hanya bisa menikah dengan ku Lourdes, jadilah pendamping hidupku.”
Jarak dia berbicara demikian ke Vanessa tak lama, kemudian ia tiba-tiba bertanya dia siapa.
Mungkin Lourdes lupa dia siapa, atau hatinya dari awal sudah berubah?
Dia tak tau, dia hanya tau Lourdes yang dulu tak mungkin menggunakan cara tersebut untuk menyiksanya.
“Vanessa, di tanganmu terdapat darah segar dari belasan nyawa, kamu sudah hutang nyawa dengan belasan nyawa tersebut, kamu kira kamu ingin kabur begitu saja?” Yang jelas bagaimanapun Lourdes pasti akan dibenci olehnya, tak mungkin memaafkannya, maka Lourdes akan tetap berada di sampingnya selamanya, sampai mati pun tak terlepaskan, Lourdes ingin membuatnya merasakan siksayang amat dalam.
Vanessa menggigit gigi dan bertanya, “Aku telah membunuh siapa? Aku hutang nyawa dengan siapa? Kamu bilang dong, bagaimana aku bisa berhutang dengan belasan nyawa!”
“Harus aku bilang? Perlukah aku emngeluarkan bukti, memukul mu hingga mati supaya kamu emngaku?” Lourdes tertawa, Stephan membantunya mencari bukti dan menceritakan kejadian tersebut sekali.
Setiap mendengar perkata, wajah Vanessa memucat, tangannya di pegang erat oleh Lourdes, satu katapun tak keluar dari mulutnya.
Ternyata Lourdes mengira dialah yang menaruh obat di makanan keluarga Handaja, ternyata dialah yang mengkhianati Lourdes dan membunuh satu keluarga tersebut????
Ternyata Lourdes tak pernah sekalipun mempercayainya.
Kalau Lourdes benar-benar mengertinya, meskipun mengerti sedikit saja, Lourdes tak mungkin dengan bodoh mengeluarkan keputusan demikian.
“Wajahmu sangat pucat dan tidak berbicara, apa karena omongan ku benar, kamu sedang mencari alasan untuk membantah ku bukan?” Lourdes berkata dengan sangat santai, tapi sebenarnya tangannya sangat berkeringat.
Lourdes sudah memberikan wanita ini kesempatan, andaikan ia berkata bukan, pasti Lourdes akan mengecek ulang mencari siapa pembunuh yang sebenarnya.
Lourdes sedang menunggunya.
Tapi, Vanessa kemudian tertawa, “Ya benar, aku sedang mencari alasan untuk melarikan diri. Tapi ternyata kamu sudah melihat maksud hatiku, aku juga tak ingin berpura-pura lagi. Kamu benar, kematian keluarga Handaja malam itu, sebenarnya aku lah yang menaruh obat di sayur kalian, kematian keluarga Handaja semuanya adalah ulahku.”
“Diam!” Lourdes berteriak.
Wanita busuk ini, sebenarnya dia tau tidak apa yang dia ucapkan?
Sekali lagi dia banyak bicara, dia akan ambil jarum dan jahit mulutnya, supaya dia selamanya tak bicara lagi.
“Aku belum selesai bicara, Tuan Lourdes tak ingin dengar lagi kah?” Vanessa menaikkan bibir, iatertawa terbahak-bahak, “Lourdes a Lourdes, kamu orang bodoh. Hanya seorang perempuan saja bisa di bodohi sana sini, hingga tak kenal diri sendiri siapa.”
“Kau??..” Lourdes dibuatnya kehilangan akal, ia mengangkat tangannya dan menamparnya, tapi ketika ia hampir melakukannya, ia menarik kembali tangannya itu.
Mati kau!
Dia sangat benci terhadapnya!
Bukan membenci Vanessa, tapi membenci dirinya sendiri.
Vanessa wanita brengsek itu mengakui kejahatan yang dia lakukan sendiri, dan Lourdes ternyata tak bisa berbuat jahat terhadapnya.
Lourdes harusnya menyiksa nya hingga mati karena sudah membunuh belasan nyawa, tapi dia tak bisa melakukannya.
Vanessa tertawa, “Pukul lah! Kenapa tidak memukul? Sebuah tamparan membuatku mati, dan kamu bisa membalaskan dendammu terhadap belasan keluargamu, ragu apa lagi?”
“Vanessa, kamu kira aku tak berani!” Lourdes semakin memegang erat tangan Vanessa, sehingga terdengar suara tulang krak krak krak, seperti ingin memecahkan tulangnya.
Vanessa kemudian berkata lagi, “Kamu tuan besar, ada yang tak berani kamu lakukan? Hanya mencubitku hingga mati sebagai balasan atas belasan nyawa yang melayang, itu bukan yang kamu bayangkan kan?”
“Kamu??.. benar-benar harus mati!” Miguel menghempaskan tangannya ke dinding, ia mencekek lehernya Vanessa, “Vanessa, kamu minta aku sekarang pun masih ada waktu.”
“Huh??..Kamu tunggu saja aku meminta mu, tunggu nanti di reinkarnasi berikutnya. “Vanessa menaikkan bibir, menutup matanya.”
Mati, di sini bukanlah hal yang menakutkan baginya.
Sebelumnya, dia sudah ingin mati beberapa kali, setiap kali dia siap untuk mati, tapi setiap kali itu juga ia gagal, semoga kali ini ia berhasil.
“Lourdes, kamu bodohya!” Awalnya hubungan mereka berdua ini Oriella tak ingin ikut campur, tapi kalau tidak ikut campur Kak Vanessa akan di cekek hingga mati, dia tak mungkin tak memberhentkannya.
Tangan Lourdes pun terhenti, tatapan matanya tak jelas lagi.
Oriella berkata, “Bahkan aku orang luar pun bisa mendengar, perkataan marah Kak Vanessa tersebut. Karena tidak dipercaya oleh laki-laki yang ia cintai, dia pun kehilangan harapan, dia ingin mati, tapi kamu malah tidak mendengar. Aku benar-benartak tau, kamu sebenarnya pernah mencintai dia, mengenal dia lebih dalam sebagai seorang manusia atau tidak.”
Lourdes, “????”
Oriella melanjutkan, “Kalau dulu kamu tidak benar-benar mengenalnya, maka sekarang aku minta padamu untuk berhenti dan kenallah dia, ketahui dia apakah benar-benar pantas untuk kamu cintai dan lindungi.”
Perkataan Oriella sungguh masuk akal membuat Lourdes terhenti, ia seperti memikirkan sesuatu dan melepaskan tangannya, “Aku????”
Dia masih tak tau ingin berbicara apa, hanya menundukkan kepala melihat tangan yang ia gunakan untuk mencekik Vanessa, ia berharap Vanessa bicara.
Lourdes ingin Vanessa berkata sepatah kata.
Hanya butuh Vanessa membuatnya percaya padanya, maka Lourdes bersedia mempercayai Vanessa.
Lourdes melepasnya, Vanessa bernafas lega, ia terbatuh-batuk dan berkata, “Oriella, terima kasih atas niat baikmu! Aku tau kamu tak ingin melepaskan aku, inginyang terbaik bagiku, tapi kematian keluarga Handaja itu adalah perbuatanku, aku bersedia bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan.