Asteria telah tinggal di kota Milan selama tiga tahun, dia terbiasa dengan ritme dan lingkungan hidup kota itu, dia sangat menyukai suasana kota itu, dan dia tidak ingin kembali ke Cina.
Tapi ayahnya sangat baik padanya dan sudah berkorban banyak untuknya.
Ibunya meninggal muda, dan ayahnya demi merawatnya, juga tidak menikah lagi dapat dikatakan bahwa semua pikirannya dalam hidupnya dihabiskan untuknya.
Untuk merawatnya, sang ayah hampir menyerahkan hidupnya kepadanya, menaruh semua harapan kepadanya, dan memberinya cukup ruang dan kepercayaan untuk membiarkannya menunjukkan bakatnya di bidang yang dia sukai.
Kebaikan seperti ini, Asteria tidak bisa membalasnya sampai kapanpun, jadi sekarang ketika ayahnya sudah tua dan ingin kembali ke tempat dia dilahirkan, dia tidak punya alasan untuk tidak menemaninya.
Untungnya, sifat dari pekerjaannya lumayan fleksibel, cukup beri dia komputer, pena, dan draft, dia bisa menyelesaikan pekerjaannya di mana saja.
Ketika pesawat tiba di Bandara Internasional Pasirbumi, pada pukul dua siang. Ketika pesawat mendarat, Zeesha tersenyum dan memandang Asteria. sambil berbisik, “Ariella, apakah kamu punya sedikit kesan tentang tempat ini?”
“Ya.” Asteria mengangguk.
“Ada?” Zeesha kaget.
Asteria tersenyum sedikit, dengan manja berkata: “Bandara yang pernah aku kunjungi semuanya seperti ini, pejalan kaki datang dan pergi, selain penuh dengan orang masih penuh dengan orang.”
Zeesha menghela nafas, tidak bisa menahan nafas lega dan menepuk kepala Ariella: “Dasar, anak ini juga bercanda denganku.”
Di kota Pasirbumi ini, Asteria tidak mengenal tempat ini. Rumput dan pohon di sekitar, terasa sangat asing baginya, dan rasa asing ini membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.
Jadi, setelah dia selesai menata barangnya di rumah, dia pamit untuk keluar kepada Zeesha, dan mengambil ranselnya, siap untuk berkelana selama sehari, untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan dan orang di sekitarnya.
Italia adalah kota yang sangat romantis di mana orang merasa seperti mereka menikmati hidup, bukan seperti tempat kerja.
Tetapi ritme di Kota Pasirbumi terasa sangat cepat. Ketika duduk di restoran, banyak orang yang makan buru-buru. Setelah makan, mereka harus buru-buru bekerja.
Ini adalah kesimpulan yang didapatkan Asteria setelah berkelana seharian.
Namun, penghijauan Kota Pasirbumi tidak buruk, misalnya taman di mana dia berada, bunga-bunga bermekaran, penuh dengan suasana musim semi, pengunjung di taman sangat banyak, banyak pasangan yang berpelukan sambil menikmati bunga musim semi, dan banyak orangtua yang membawa anak-anak mereka menikmati kehangatan musim semi.
Ketika Asteria berjalan dengan langkah kaki ringan untuk mengamati kota ini, tiba-tiba seseorang menarik sudut pakaiannya.
Kekuatannya tidak besar, sangat lembut, seperti anak kucing yang sedang menggaruk.
Langkah Asteria terhenti dan dia melihat ke belakang.
Dia cuma melihat seorang gadis kecil berumur sekitar tiga tahun. Gadis ini sangat cantik. Sepasang matanya yang besar seperti giok, sangat jernih, tetapi juga seperti bintang yang berkedip-kedip, sangat menyilaukan. Dan mukanya bahkan lebih indah, rambutnya terikat gaya ekor kuda ganda yang sangat lucu, entah penampilan ataupun auranya akan melihat setiap orang yang melihatnya menyukainya.
Asteria memandangi perempuan kecil itu dan menatapnya sekilas … tidak tahu mengapa, dia merasa bahwa anak itu sedikit mirip dengannya.
“Kakak, bisakah kamu membantu aku?”
Melihat kakak yang cantik itu sedang melamun, perempuan kecil yang lucu itu tidak bisa menahan diri dan mengoyang-goyang sudut pakaian Asteria, mulutnya yang lembut cemberut.
Dia begitu imut, bagaimana mungkin kakak boleh mengabaikannya? Jangan-jangan kuncir kuda ganda yang diikat Ayahnya tidak manis?
Ketika memikirkan itu, perempuan kecil itu makin cemberut dan mulutnya membengkak, matanya yang besar dan jernih, menatap Asteria terus menerus, dan dia mengeluarkan tampang seperti akan menangis jika Asteria mengabaikannya lagi.
Asteria tiba-tiba gugup ditatap oleh perempuan kecil itu, dan dia dengan cepat mengalihkan pikirannya. Dia berlutut di samping perempuan kecil, tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh dan mencubit wajah kecil perempuan kecil itu, dan bertanya dengan lembut: “Teman kecil, kamu kenapa? Apa yang kamu ingin kakak lakukan untuk Kamu? Dimana ayah dan ibumu? ”
Setelah itu, Asteria melihat sekeliling lagi, anak perempuan sekecil itu, mengapa tidak ada orang dewasa yang mengawasinya, bagaimana jika dia dibawa pergi oleh orang jahat?
“Ayah sedang bekerja, ibuku sedang terbang di langit!” Perempuan kecil menjawab dengan lugu.
Terbang di langit?
Seketika Asteria kaget … Apakah ini cara lain untuk bilang naik pesawat?
“Lalu kamu di sini sendirian?”Asteria bertanya lagi.
“Tidak,” Perempuan kecil itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum polos, “Bukankah kakak sedang menemani Riella di sini!”
“…”
Perempuan kecil itu tertawa dengan sangat polos, tetapi malah membuat Asteria sedikit sakit kepala, Sepertinya anak itu benar-benar tidak tahu situasinya, Orang yang merawatnya tidak tahu ada di mana, Bagaimana mungkin dia rela meninggalkan anak yang begitu cantik sendirian di luar …
Saat dia sedang berpikir, Perempuan kecil tiba-tiba memegang tangan Asteria, tangannya sangat kecil, hanya cukup untuk memegang salah satu jarinya,dan dia menggoyangkannya lagi, sepertinya ingin menarik perhatian dari kakak yang cantik ini.
Asteria tidak bisa menahan diri dan tersenyum padanya, menatap wajahnya yang imut, dan tidak bisa menahan diri lagi untuk mencubitnya. Dia ingin menanyakan informasi lain dengannya, tetapi dia mendengar Perempuan kecil dan berkata: “Cubit sekali seratus ribu! ”
Asteria kaget.
“Kata Ayah, sekali cubit seratus ribu!”Perempuan kecil menjelaskan dengan sabar.
Melihat dirinya yang tampak serius, Asteria akhirnya bereaksi, dan perempuan kecil itu berkata … mencubit sekali, seratus ribu.
Ayah anak ini, pasti kekurangan uang, sampai mengajari anaknya kata-kata seperti ini.
“Tapi kakak tidak punya uang!” Asteria bercanda dengannya.
“Kalau begitu kakak bantu aku.”
“Baiklah, apa yang kamu ingin aku bantu?”
Dia sepertinya tiba-tiba teringat hal penting. Wajah kecil perempuan kecil itu yang penuh dengan senyuman yang penuh semangat, tiba-tiba hilang. Dan dengan sedih berkata: “Adik Riella berdarah dan akan mati.”
Asteria melihat Perempuan kecil itu sangat serius, dan terkejut sambil berkata: “Di mana, bawa kakak kesana.”
Perempuan kecil itu mengangkat tangannya dan menunjuk ke kejauhan, dan hanya terlihat seekor anjing Pomeranian yang berwarna putih salju itu berbaring di bawah pohon.
“Adikmu adalah dia?”
Perempuan kecil mengangguk dengan sekuat tenaga , dan matanya yang besar itu tiba-tiba penuh dengan air: “Ya, ya, adik sakit, apakah dia juga akan terbang ke langit?”
Asteria seketika terpaku kaget … Ternyata terbang ke langit, artinya adalah, mati.
“Tidak akan.” Asteria menghiburnya. “Ayo, kakak pergi menyelamatkannya.”
Setelah mengatakan itu, dia menggandeng perempuan kecil itu ke sisi anjing pom yang terbaring.
Anak anjing itu merasa ada seseorang mendekat, mengendusnya, menggoyang-goyangkan ekornya dengan gembira, dan berteriak pada Nyonya kecilnya itu, tidak tahu apa yang ingin ia ungkapkan.
Perempuan kecil berkata, “Mianmian, tenanglah, kakak akan bantu menyembuhkanmu.”
“Guk guk guk -”
Asteria memeriksa anak anjing itu sebentar dan melihat ada luka sekitar 3 centimeter di kaki anak anjing itu, yang jelas tampak seperti tergores oleh kawat.Setelah berpikir sebentar, dia mengeluarkan handsaplast yang disimpan dalam tasnya dan dengan hati-hati menempelkannya pada anjingnya.
“Teman kecil, apakah kamu tadi bilang kalau namamu adalah Riella?”
“Ya! Bagus kan?”
“Bagus … kakak diam-diam memberitahu kamu, nama panggilan kakak juga Riella.”