Ariella tidak bisa melawan saat dikontrol Carlson, tidak hanya tidak ada tenaga untuk melawan, tapi bibirnya juga ditahan, dia bahkan tidak bisa bersuara sama sekali.
Ciuman dia sangat kuat, membawa perasaan yang sangat galak.
Ariella bertekad untuk melawan, ingin melepas dari Carlson tapi dia terlalu kuat, ciuman nya begitu kuat, jadi dia tidak bisa lari darinya, hanya bisa mengeluarkan suara kasihan.
Carlson seperti sedang melampiaskan rindu dan sedihnya dalam 3 tahun ini, dicampur dengan sedikit amarah.
Mengapa Ariella tidak ingat dia?Mengapa mau meinggalkan dia sendiri di masa lalu mereka sedangkan Ariella melupakan semuanya.
Carlson melampiaskan semua emosi dalam ciuman itu, ciumannya semakin dalam, semakin galak, sampai ada sedikit darah, dan tangannya mulai tidak tahu diri, masuk ke dalam baju Ariella.
Sedang memanas seperti ini, kulit Ariella malah dingin.
Dia masih berteriak, dan teriakannya lemah dan keras.
Dia masih sedang berusaha melawan, dengan tenaganya yang kecil bagi Carlson, tapi setiap dorongan dia terasa seperti palu yang dipukul ke jantung Carlson, membuat dia tidak bisa tahan lagi.
“Cukup!” Tiba-tiba Carlson berteriak seperti monster.
Sejak kenal Carlson, Ariella tidak pernah dengar Carlson berbicara dengan suara yang begitu keras, jelas-jelas dia sedang berteriak, tapi di dalam suaranya terdengar kesedihan.. Membuat Ariella yang sedang berusaha melawan lupa untuk melawan, hanya bisa menatap Carlson dengan takut, bingung dan sedih.
Carlson juga melihat dia, seperti banyak yang ingin dibicarakan, tapi tidak ada yang keluar dari mulut dia.
Rindu, menginginkan, menyalahkan, menghargai, semua perasaan itu ada di tatapan dia, tapi dia sama sekali tidak bersuara.
Ariela tiba-tiba tidak bisa bernafas, hanya ingin memeluk dia dengan erat, tidak peduli masa lalu atau ketakutan apapun.
Disaat ini juga, Carlson menunduk dan mencium kening dia dengan pelan.
Ariella tidak menolak, nhanya merasakan ciuman yang pindah dari kening, hidung, bibir dan telinga.
“Ariella, lihat aku!”Suara dia yang rendah dan serak terdengar di telinga Ariella.
Tiba-tiba merasa deg-degan.
Ariella tidak tahan dan menjawab “Emm”
“haha..” Pria itu seperti merasa puas dengan yang dia lakukan dan tertawa dengan ringan di samping telinga dia.
Benar-benar seksi sampai membuat muka orang memerah.
Ciuman Carlson menyerang sekali lagi.
Tidak lagi galak, tapi sangat lembut hanya saja tetap ada sisi arogan.
Ariella tidak lagi menolak, hanya melihati dia dan pelan-pelan mengikuti jejaknya.
Lihatlah aku.
Iya aku akan terus melihatmu, mengikuti kamu, sampai akhirat.
Kemeja dibuka, kulit dia yang putih terekspos di udara yang dingin, tapi karena ada tangan Carlson yang hangat, dia tidak lagi merasa kedinginan.
Sebelum datang ke Kyoto dia sudah berpikir banyak, mengenai masa lalu, masa depan, tapi kalau dipikir-pikir itu sangat lucu.Dia menyukai Carlson, tidak peduli masa lalu dan masa depan, tidak peduli apakah ada ingatan… Kalau hidup bisa diulang sekali lagi, dia tetap akan menyukainya.
Kenyataan itu begitu mudah terlihat, dan juga seperti kebenaran.
Tapi apakah begitu saja cukup?
Ariella mengulurkan tangan, menahan leher Carlson dengan erat- Nafas mereka sudah begitu menempel, jelas-jelas sudah sangat intimidasi, tapi dia tetap merasa tidak cukup.
Masih tidak cukup, masih ingin lebih dekat lagi, ingin masuk ke dalam hati dia, ingin mengetahui masa alu dia, dan lebih ingin lagi bersama dengan dia selamanya.
Cuaca musim panas yang begitu panas seperti ingin melelehkan orang.
Ariella memeluk Carlson dengan erat, membiarkan dia membawanya keatas langit, tiba-tiba dia berkata: “Carlson, aku menyukai kamu.,”Benar-benar sangat suka!
Dia tidak berani bayangkan hidupnya tanpa Carlson.
Jawaban dia bukan suara Carlson, melainkan gerakan Carlson yang semakin intens.
….
Malam hari sudah mulai pergi dan olahraga dalam ruangan itu baru mulai.
TIdak tahu setelah beberapa lama, seperti sudah beberapa abad, tapi terasa singkat.
Saat Ariella merasa tulangnya sudah mau patah, setelah semua itu baru ada ketenangan.
Dia sangat lelah, sangat ngantuk, sekalinya dia tutup mata dia bisa berdengkur, tapi dia tidak biarkan diri sendiri tidur, dia masih ingin dengar suara detak jantung Carlson yang cepat, ingin bicara dengannya dan mendengar suaranya.
Carlson memeluknya , dengan pelan menepuk punggung dia, lalu mencium keningnya: “Apakah kamu lelah?”Ya sudah pasti lelah!Hampir saja mati, tulang seperti mau patah, dia tidak pernah merasa begitu lelah.
Tetapi pertanyaan memalukan seperti ini, bagaimana dia bisa jawab?Pria ini sungguh jahat, biasa terlihat begitu elegam, tapi setelah lepas baju dia seperti serigala kelaparan.
Carlson menunduk dan ke depan mata dia, bertanya: “Ariella, kalau kamu tidak bicara berarti kamu lelah?”Ariella tengkurap di dada dia, dan menggelengkan kepala, dengan pelan berkata: “Tidak.””Tidak lelah?””Dasar jahat!”Ariella dengan keras mencubit dia, sebenarnya pria ini ingin lakukan apa? Terus menanyakan pertanyaan seperti itu, apakah dia tidak tahu kalau dia sangat malu?”Ariella…””Iya?”
“Tidak apa-apa, cepat tidur.” Carlson menepuk punggung dia, seperti sedang menyuruh anak kecil tidur.Ariella juga memang sudah sangat lelah, tidak lama kemudian dia tertidur di pelukannya.
Carlson melihat wajah tertidurnya, ada kelembutan yang tidak bisa dijelaskan, masih bisa memiliki dia, masih bisa tidur dengan peluk dia seperti ini, sungguh indah!
Dia sudah menunggu 3 tahun lebih, akhirnya Ariella kembali, akhirnya dia bisa menyayangi dia.
Akhirnya merasakan Ariella benar-benar di samping dia.
Detik ini dia baru yakin kalau Ariella milik dia sudah kembali.
Tadi dia mendengar kalau Ariella berkata menyukai dia.
Saat itu dia belum menjawabnya.
Karena perkataan itu membuat dia panas, dia sudah tidak tahu bagaimana menjawab dengan omongan, sehingga dia menggunakan tubuh.
“Ariella, kamu bilang kamu suka aku, dan sejak kapan aku tidak.”
Dia tidak tahu seberapa dia menyukai Ariella, tapi dia yakin dunia dia tidak bisa tidak ada Ariella.
“Carlson, aku akan berusaha, aku pasti akan berusaha.”
Ariella mengigau, Carlson lalu tidak bisa menahan diri untuk memeluknya lebih erat, dengan lembut dan rasa berslah berkata: “Dasar bodoh!”Jelas-jelas bisa bergantung ke dia, tapi Ariella tidak mau bilang.