Carlson sangat mencintai putrinya, tidak ada yang tidak bisa ia lakukan untuk membahagiakan putirnya.
Carlson mengabaikan tatapan semua orang, lalu dengan tenang ia mengeluarkan handphone dari kantongnya, ketika ia melihat nomor telepon yang tertera di layar handphonenya, raut wajahnya yang tadinya acuh tak acuh tiba-tiba berubah menjadi serius dalam sekejap.
Dengan tangannya ia mengisyaratkan kepada semua orang untuk diam, lalu mengangkat teleponnya: “Ariella?”
Suara Ariella yang lembut itu pun terdengar dari teleponnya: “Carlson, baru saja pimpinan perusahaan PM langsung menghubungi aku dan meminta aku untuk kembali bekerja.”
“Emang ada masalah ini?” Carlson sudah lupa kalau ia pernah memerintah bawahannya untuk menghubungi Ariella dan memintanya kembali bekerja di perusahaan PM.
Ariella tidak tahu kalau Carlson sedang meeting, dengan senang ia mengangguk-ngangukkan kepalanya: “Iya, direkturnya sendiri yang langsung menghubungi aku. Belakangan ini juga aku tidak ada kerjaan, jadi aku sudah langsung mengiyakannya. Sebentar lagi aku akan pergi kesana lihat-lihat.”
Meskipun perusahaan PM adalah merek yang memproduksi pakaian dalam, tidak terlalu cocok dengan design gaun pesta yang dibuat Ariella, tapi perusahaan ini selalu menjadi pemimpin merek pakaian dalam, ini juga bisa membantu untuk perkembangannya di masa depan.
Sudah tinggal begitu lama di rumah, tidak ada kerjaan, ia pasti bisa merasa suntuk, asalkan Ariella bahagia, Carlson juga turut merasa bahagia. Carlson juga tidak ingin mengurungnya dirumah, membiarkan ia menjadi ibu rumah tangga.
“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti malam yah!” Selesai bicara, Ariella pun menutup teleponnya.
Saat Ariella mau menutup teleponnya, Carlson berkata: “Ariella, perusahaan PM dan Aces jaraknya tidak begitu jauh, nanti biar aku temanin kamu kesana.”
Setelah mendengar Presiden mau pergi, rekan kerjanya yang ada disana mulai merasa risau: “Pak Carlson, bolehkah jangan pergi begitu saja, kamu masih menghadiri pertemuan penting, kalau kamu pergi, kita semua mau bagaimana?”
Setelah menutup teleponnya, Carlson melihat kearah jam, lalu berkata: “Lanjutkan saja, kita usahakan pertemuan ini diselesaikan dalam waktu setengah jam.”
Maka penjelasan pertemuan itu langsung dipercepat, mereka berusaha untuk menyelesaikan pertemuan itu dengan sukses dalam waktu setengah jam.
…………
Ketika menghubungi Carlson, Ariella tidak tahu bahwa Carlson sedang menghadiri pertemuan yang sangat penting, Carlson bilang mau menemaninya, Ariella juga langsung mengiyakannya saja.
Setelah menutup teleponnya, Ariella berdiri disamping jendela dan memandang ke taman bunga yang ada dibawah. Riella kecil mengambil kapas dan sedang bermain dengan sangat ceria dengan kakek dan neneknya. Melihat Riella kecil sudah mulai aktif, lompat sana lompat sini seperti dulu, Ariella pun tidak bisa menahan kebahagiannya.
Ada kakek dan nenek Riella kecil yang membantu menjaganya, jadi Ariella juga bisa keluar dengan tenang.
Ariella kembali kekemarnya, duduk didepan cermin riasnya, dan memberikan sedikit dadanan natural di wajahnya.
Tapi, Ariella mengangkat kepalanya dan melihat dirinya sendiri yang sedang mengerutkan kening didalam cermin, sepertinya terlihat tidak bahagia.
Apakah ia tidak bahagia?
Bisa mendampingi Carlson dan Riella kecil disisinya, masih bisa belajar desain baju dengan Ivan……bukan seharusnya ia merasa bahagia baru benar?
Ariella dengan serius memeriksa dirinya yang ada didalam cermin, mukanya yang ada didalam cermin terlihat sedikit kurus, warna wajah dan tatapannya terlihat sedikit kelelahan, kalau dilihat seperti orang yang sangat kecapekan.
Melihat dirinya yang ada didalam cermin, Ariella hampir tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Wanita yang terlihat seperti wanita yang memiliki beban hidup yang sangat berat didalam hatinya dan kecapekan itu apakah benar adalah dirinya?
Kecapekan?
Ariella tidak merasa capek?
Atau ia memang sudah lelah.
Ariella menarik nafas dalam-dalam, dengan perlahan mengeluarkan sebuah senyuman manis dari bibirnya, lalu memberitahukan pada dirinya sendiri— Semangat Ariella, semuanya akan baik-baik saja!
………….
Ariella pun keluar dari rumahnya dan menyuruh supir untuk mengantarkannya.
Karena Perusahaan PM dan Aces berdekatan, Ariella menyuruh supirnya untuk pergi ke Aces dulu untuk menjemput Carlson.
Saat sudah sampai, Ariella baru saja mau mengambil handphonenya dan menghubungi Carlson, dia sudah melihat Carlson yang berlari kearah mereka, supir itu tersenyum dan berkata: “Direktur Billy memang selalu merindukan anda setiap saat.”
Ariella bergeser kedalam dan membiarkan Carlson duduk: “Kenapa? Kamu cemburu?”
“Iya, saya cemburu.”Carlson langsung mengakuinya.
“Sering cemburu, emangnya tidak merasa capek? “Ariella tahu jelas sifat Carlson, sombong dan otoriter, kalau orang lain menatapnya agak lama saja, dia pun bisa cemburu.
Carlson tersenyum dan mengusap-usap kepala Ariella: “Kalau kamu tidak membiarkan aku cemburu, yah aku tidak capek.”
“Pak Carlson, anda tenang saja, aku sudah menjadi ibu dari anakmu, siapa pun tidak bisa merampas aku dari kamu.” Mereka berdua sudah menjadi pasangan suami istri selama ini, mereka sudah ada di hati masing-masing, siapa lagi yang bisa merampasnya.
Ariella berpikir begitu didalam hatinya, ia berharap Carlson juga berpikir demikian, jadi siapa pun tidak bisa menghancurkan hubungan mereka.
“Ok, saya sudah bisa tenang.”Tenang memang tenang, tetapi melihat orang yang santun dan lembut terhadap Ariella, ia masih saja tidak bisa menahan dirinya untuk tidak cemburu.
Meskipun kalau dipikir-pikir lagi, orang lain bersikap sopan dan lembut terharap istrinya, itu sebenarnya menandakan bahwa istrinya bukan orang yang biasa, tapi kalau bahas tentang Ariella, Carlson sangat pelit, lebih pelit dari laki-laki biasa.
Hanya beberapa menit, mereka sudah sampai di Perushaan PM, setelah turun dari mobil, Ariella membantu Carlson merapikan kemejanya, lalu berkata: “Sudah, kamu sudah menemani aku datang kesini, kamu balik dan urus urusan kamu dulu. Aku lihat-lihat dulu, harusnya sebentar saja sudah bisa selesai.”
Carlson langsung menarik tangan Ariella: “Biar aku temenin kamu masuk kedalam.”
Ariella tersenyum: “Pak Carlson, aku bukan lagi anak tiga tahun, kerja saja mau kamu temenin, ini buat orang lain berpikir aku itu anak yang masih disuapin ibunya.”
“Orang lain mau berpikir apa itu urusan mereka, pokoknya aku mau menemanin kamu.”Apa yang dipikirkan orang lain tidak pernah diambil pusing oleh Carlson.
Dia hanya ingin menemani Ariella di sisinya, menemaninya mengerjakan semua yang ingin ia kerjakan, ngapain urusin apa yang dipikirkan orang lain.
“Pak Carlson, bukannya tadi pagi kamu bilang masih ada yang harus diurus dikantor?”Ariella berkata: “Kamu tidak urus pekerjaanmu, temenin aku disini, apa benar-benar tidak apa-apa?”
Carlson berkata: “Pekerjaan aku sudah selesai.”
Pertemuan tadi siang, Carlson dengan cepat sudah menyelesaikannya. Jam makan siangnya masih ada sisa sedikit waktu.
Sebenarnya untuk Carlson, tidak ada hal yang lebih penting dari menemani istrinya.
“Kalau begitu kamu tunggu aku di hall bawah, kalau kamu temenin aku masuk, orang lain bakalan berpikiran kalau aku tidak bisa mengurus urusan aku sendiri.” Ariella masih terus berpikir kalau kerja ditemanin suaminya sedikit tidak cocok, dia mau pergi kerja bukan pacaran.
Terlebih lagi, Ariella tidak percaya pekerjaan Carlson sudah selesai semua, sekarang bilang sudah selesai, nanti malam pasti masih saja lembur di ruang kerjanya.
Tiap malam lembur sampai tengah malam, dia juga tidak tahu apa karena perbedaan waktu, disini malam tapi di Amerika sana masih pagi, jadi dia sering lembur dan meeting sampai malam.
Tiap malam melihatnya lembur sampai tengah malam, apa karena perbedaan waktu, Carlson di Aces selalu meeting menggunakan Video call sampai malam-malam?
“Baik, aku tunggu kamu di hall bawah.” Carlson mengusap-usap kepala Ariella, “Pergi sana.”
Carlson sebenarnya tidak peduli apa yang dikatakan orang lain, tetapi ia tidak ingin Ariella menanggung gosip dari orang-orang sana dan mempengaruhi hidupnya.