Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 110 Tertanam Di Hatimu





Bagi Group Primedia dan Zeesha, Carlton Group Aces adalah satu-satunya yang bisa menolong mereka, asalkan Carlton bersedia buka suara, krisis Group Primedia akan segera tertolong, dan yang bisa mendapatkan penolong mereka satu-satunya hanyalah Elisa, mereka meletakkan semua harapan pada Elisa.





Di luar ruangan Elisa yang mendengar percakapan mereka berdua itu mengulum senyuman dingin di wajahnya. Laki-laki yang sedang bercakap-cakap itu adalah papanya dan laki-laki yang dia harapkan seumur hidupnya dan terlebih seorang ayah dari anaknya yang telah tiada. Kedua laki-laki ini adalah keluarga terdekat yang Elisa miliki dan sekarang mereka sedang merundingkan cara untuk membuatnya melakukan hal seperti itu. Elisa mengepalkan kedua tangannya dan berusaha agar senyumannya terlihat natural kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan. Elisa menatap Ivander dan tersenyum lembut, “Kamu sudah datang, Ivander.”





“Hmm” jawab Ivander sambil mendongak menatap Elisa.





Hari ini Elisa mengenakan coat panjang berwarna pink, di dalamnya dia mengenakan rok musim dingin, ketika Ivander merangkul pinggangnya ekspresi malu-malu di wajah Elisa itu sangatlah membuat orang terpesona.





Ivander bangkit berdiri kemudian dia mencubit pelan pinggang Elisa dan berbisik pelan di telinga Elisa,” tubuhmu ini memang diciptakan untuk laki-laki.”





“Ivander….” Elisa menekankan kedua tangannya pada dada Ivander dan dia degnan suara malu-malu menyebut nama Ivander.





“Lihat bagaimana tuan Ivander akan memperlakukanmu hari ini,” ucap Ivander sambil menggendong Elisa pergi dari ruang tamu menuju ke kamar di lantai dua tanpa memperdulikan Zeesha yang duduk di sofa.





……





Di dalam kantor sementara hotel, Daiva memegang sebuh file dan berjalan menuju ke arah Carlson ingin menyampaikan kabar yang beredar,” direktur Carlson, ada isu yang bereda di bagian barat….”





Belum selesai Daiva menyelesaikan perkataannya , melihat bibi Chen membawa nampan makanan pergi Carlson segera memotong dan bertanya pada bibi Chen, “Apa dia sudah makan?”





Bibi Chen menggelengkan kepala, “Tuan muda, nyonya muda hanya memakan dua sendok bubur kemudian memuntahkan semuanya.”





Carlson sama sekali tidak memiliki hati untuk menggubris Daiva, dia segera bangkit berdiri dan sambil berjalan dia berkata,” pergilah mempersiapkan makanan yang bisa menimbulkan selera makan dan nanti kirimkan ke kamar ya.”





Melihat Carlson yang pergi dari situ Daiva hanya bisa menghela nafas tidak berdaya. Carlson sudah menerima kedudukan Group Aces ini selama 6 tahun dan pekerjaan merupakan prioritas di dalam hidupnya tidak pernah ada hal apapun yang bisa menunda dia bekerja. Akan tetapi sekarang hanya karena Ariella dia tidak menghiraukan pekerjaannya, apakah sekarang dia hanya menginginkan perempuan itu dan tidak menginginkan lagi kedudukannya ini? Untungnya beberapa tahun ini semua pekerja yang bekerja bersamanya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan, jika dia melakukan sedikit kesalahan bawahannya pun bisa membantunya memeperbaiki.





Carlson berjalan masuk ke dalam kamar kemudian melihat Ariella yang duduk di pinggir jendela, matanya memandang jauh ke depan, ketenangannya itu terlihat seakan dia bisa hilang kapan saja.





“Ariella….” Carlson berjalan ke arah Ariella dan kemudian merangkulnya, dia tidak berekasi sedikitpun dia masih tetap diam memandang keajuhan.





Carlson memutar pelan kepala Ariella agar menatapnya kemudian berkata,”Ariella apa yang sedang kamu pikirkan, coba katakan padaku.”





“Aaa…..” Ariella baru merasakan kehadiran Carlson di sana kemudian dia tersenyum, “Kamu sudah kembali.”





“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Carlson lembut.





“Tidak ada,” jawab Ariella lembut sambil tersenyum.





Sudah 2 hari dan dia masih tidak ingin mengatakannya hal ini membuat Carson khawatir dan dia merasa tidak berdaya tidak tahu harus bagaimana menghadapi Ariella.





“Temani aku makan ya?” lanjut Carlson.





Ariella menggeleng dan menjawab, “Aku tidak lapar.”





2 hari ini Ariella sama sekali tidak memiliki selera makan, jika memaksanya untuk makan dia pasti akan memuntahkan makanannya. Carlson sudah memikirkan banyak cara akan tetapi Ariella masih mengunci rapat hatinya dan tidak membiarkan Carlson mendekatinya dan masuk.





“Kalau begitu temani aku makan dan setelah aku selesai makan aku ajak kamu temui seseorang,” ucap Carlson sambil menggendongnya menuju ke ruang makan.





“Aku tidak ingin pergi keluar,” jawab Ariella masih dengan tatapan yang lembut dan senyum merekah di wajahnya.





Akan tetapi kali ini dia tidak ingin mendengarkan Ariella lagi, dia ingin mencarikan sebuah tempat bagi Ariella untuk menumpahkan segala isi hatinya, jika terus menerus seperti ini itu tidak sehat dan tidak baik bagi Ariella. Carlson membawa Ariella menemui temannya, temannya ini merupakan Psikolog ternama di Kota Pasirbumi, dia bernama Ferdian.





Ferdian berusia 30 tahun dan tingginya kira-kira sekitar 180 cm, karena dia sangat kurus jadi dia terlihat lebih tinggi dari itu.





“Abraham, sudah lama tidak bertemu!” Ketika mendapat telpon dari Carlson dia tidak terkejut akan tetapi ketika Carlson datang membawa seorang perempuan bersamanya Ferdian merasa sedikit terkejut.





Carlson mengangguk dan menyapa,”Hai.”





Tatapan mata Ferdian tertuju pada Ariella dan terdapat tatapan yang kacau yang tidak bisa dijelasan kemudian dia berkata, “Dasar bocak tengik, akhirnya kamu memiliki pacar juga ya.”





Carlson menjawab dengan serius, “Dia bukan pacarku, dia istriku.”





“Istrimu?” jawab Ferdian terkejut, “Aku mengira seumur hidup ini kamu hanya akan mengurusi pekerjaannya ternyata kamu sekarang sudah melamar seorang istri dan tidak kuduga gerakanmu cepat juga ya.”





Carlson tidak menanggapi perkataan Ferdian itu.





Ferdian menatap Ariella dan berkata,”Nyonya Carlson, halo, apa kabar!”





Ariella hanya mengangguk dan tertawa lembut,”dokter, apa kabar!”





“Jangan panggil aku dokter, aku hanyalah seorang yang menjual chicken soup,” jawab Ferdian sambil tertawa, bisa terdengar nada bercanda dari suaranya dan hal itu membuat orang di sekitarnya merasa akrab.





“Jadi, apakah anda bersedia berbincang-bincang sendiri bersamaku?” Carlson sudah menjelaskan semuanya pada Ferdian di telpon mengenai kondisi Ariella, dia tahu waktu Carlson tidaklah banyak jadi dia tidak lagi berbasa basi.





Ariella memandang Carlson sejenak, Carlson menganggukkan kepalanya memberikan isyrat pada Ariella untuk tenang. Ariella mengangguk dan dia mengikuti Ferdian masuk ke dalam ruang periksa.





Ferdian mempersilahkan Ariella duduk kemudian menyeduh segelah teh untuknya dan berkata,” Nyonya Carlson, anggap saja sebagai orang yang tidak anda kenal, terserah anda ingin berbicara apa denganku, semuanya bisa anda bicarakan.”





“Kamu tadi memanggil Carlson dengan sebutan Abraham?” Ariella mendengar Ferdian memanggil Carlson dengan sebutan itu, dan hal itu membuatnya merasa tidak nyaman karena Elisa juga memanggil Carlson dengan panggilan yang sama.





“Itu nama panggilan dia, kami semua di sekolah memanggilnya dengan sebutan itu,” Ferdian tertawa dan lanjut berkata,” nyonya Carlson jika aku tidak salah ingat papa anda adalah Zeesha.”





Mendengar nama Zeesha disebut Ariella secara otomatis menarik nafas dalam dan panjang kemudian dia mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas paha dan tatapan matanya berubah sadis. Di dalam pikirannya yang ada hanyalah mamanya, mengingat Zeesha dia juga mengingat keluarga Ivander. Mamanya telah meninggal sekarang dan mereka masih bisa menjalani hidup dengan baik. Semuanya masih sama seperti dulu ketika mamanya masih ada dan semuanya tidak berubah setelah mamanya tiada. Group Primedia, Zeesha, mereka semua bisa hidup dengan baik hanya karena dirinya dan mamanya meninggal dengan mengenaskan, dia pasti akan menemukan cara agar mereka menerima balasan setimpal.





Melihat reaksi Ariella itu Ferdian lanjut berkata sambil menatap mata Ariella, “Ada beberapa orang dan beberapa hal jika kamu tidak mencabutnya dari hatimu mereka selamanya tidak akan pernah pergi dari hatimu.”





Seketika itu juga Ariella bertanya, “Mencabutnya? Bagaimana caraku mencabutnya?”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK