Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 229 Menyetujui Undangannya





Pada sore hari Efa mencari Ariella untuk menjemput Riella pulang, Efa juga memanfaatkan waktu di sore hari untuk membantu Kakak Kayu menyusun rencana pengejaran istrinya.





Tentu saja, rencana yang dia pikirkan pasti sederhana dans selalu kasar. Sifatnya saja blak-blakan, kalau suka ya kejar, ada apa lagi yang perlu dipikirkan.





Tetapi, Efa tahu dengan sangat jelas, Kakaknya memiliki sifat pendiam, pasti tidak akan menggunakan cara dari dia, jadi dia juga tidak memberitahunya kepada Carlson, hanya bisa diam-diam menggantikan Carlson menjalankan rencana itu.





Memikirkan rencana yang dia susun, Efa merasa sungguh sempurna, perempuan manapun tidak mampu menangkis jurus yang satu ini.





Nanti ketika berhasil mengembalikan kakak ipar, Kakak Kayu harus ingat membalas budi saja, tidak perlu banyak-banyak, cukup membelikan mobil sport baru saja.





Efa menjulurkan tangan dan mencubit pipi Riella yang tembem, seperti mencubit adonan kue :”Adik kesayangan, Kakak Ariella yang paling kamu sayangi akan kembali ke keluarga ini dengan sangat cepat, nantinya harus berterima kasih kepada bibi kecil ya..”





“Bibi kecil, minta uang..”





“Penggila harta cilik, kamu menginginkan banyak uang untuk apa?”





“Untuk Kakak Ariella.”





Hem..hemm.. asalkan dia punya banyak uang, pasti memberinya ke Kakak Ariella, Kakak Ariella pun bisa menemaninya setiap hari.





“Dasar anak kecil.” Efa menggosol-gosok kepala Riella, berbicara dengan nada cemburu :”Bibi mengasuh kamu bertahun-tahun, masih kalah dengan I… Kakak yang belum pernah mengasuhmu sebelumnya.”





Riella mengedipkan mata, berkata dengan sungguh polos :”Ayah menyukai Kakak Ariella”





Efa menunjuk kepala Riella :” Bocah licik, memangnya kamu saja yang melihat Ayah menyukai Kakak Ariella.”





Riella menganggukkan kepala dengan kuat, dia adalah kesayangan Ayah, adalah buah hati sang Ayah, tentu saja tahu bahwa Ayah menyukai Kakak Ariella.





“Bocah licik, kalau begitu menurutmu apakah Kakek Paman menyukai Bibi?”





“Tidak suka.”





“Kenapa?”





“Kakek paman sukanya dengan Riella.”





“Baiklah, kamu menang deh.”





Efa harus mengakui, kelak di saat Riella besar pastilah sangat hebat, umurnya masih sekecil ini saja sudah pandai perhitungan dengan orang, apalagi besarnya nanti.





“Ayah — —” Melihat Sang Ayah pulang, Riella langsung membuka kedua lengan dengan lebar, Carlson menghampiri dan menunjuk hidungnya dengan tangan :”Tidak menangis di depan Ayah lagi?”





Riella mengedipkan mata, seperti sedang berkata : Ayah, jangan sembarang berbicara, Riella ini anak yang patuh, tidak pernah menangis.





Melihat Riella yang pintar, Qinyu tidak kuat menahan tawanya :”Lain kali Riella boleh dipanggil anak cengeng ya.”





“Ayah, tidak mau..”





“Anak cengeng, nama ini sungguh baik, cocok untuk Riella.” Efa menambahkan.





“Bibi kecil, Riella tidak mau.” Riella berkata dengan sedih, mulai mewek, jika mereka lanjut mengejeknya, dia pasti beneran nangis.





Lagipula Kakak Ariella sedang tidak ada, nangis ya tinggal nangis, dia sama sekali tidak takut dengan semuanya.





Carlson mengelus kepala Riella sambil berkata :”Kalau Riella tidak mau jadi anak cengeng, Riella cepat makan, setelah makan cepat istirahat.”





“Baiklah.” Riella mengiyakan permintaan Ayah.





……





Di malam yang sunyi, tenang hingga hanya suara angin yang terdengar.





Bukan hanya Ariella yang terbaring di ranjang tapi tidak bisa ketiduran, Carlson juga tak kunjung tertidur, setiap waktu dia mendengarkan gerak gerik Ariella di sebelah sana.





Alat penyadap suara ini sungguh canggih, ketika tidak ada suara bisik di sekitar, suara nafas Ariella pun dapat terdengar jelas——- seolah-olah Ariella terbaring di sampingnya.





“Carlson—-”





Tiba-tiba dia mendengar Ariella menyebut namanya, dengan sangat lembut, jauh lebih lembut disaat dia dipanggil “Tuan Carlson” dengan sopan biasanya.





“Riella, tetap saja Riella lebih lucu, sungguh ingin menggendongnya pulang dan mengasuhnya sendiri.”





Sekali lagi terdengar suara lembut dari sisi headset, membuat Carlson langsung terdiam, tentu saja yang benar-benar dirindukan adalah Riella, bukan Ayahnya.





Setelah itu, Carlson mendengar suara tarikan selimut, suara nafas Ariella juga semakin stabil, sepertinya dia telah masuk ke dunia mimpi.





Mendengar Ariella telah tertidur, Carlson menyamping dan mencium buah hati di sampingnya, kemudian tidur dengan tenang.





“Jangan, jangan sentuh perut Aku, jangan——”





Entah berapa lama, dari arah headset muncul suara Ariella yang meronta-ronta, Carlson seketika terjaga :”Ariella.”





Setelah memanggil namanya, Carlson baru menyadari dirinya tidak di samping dia, dia langsung turun dari ranjang berencana ingin menolong dia, juga baru sadar Ariella tidak benaran mengalami masalah, itu hanya mimpi.





Dia mungkin bermimpi kejadian 3 tahun yang lalu, Riella yang belum cukup 9 bulan, dipaksa keluar dari dalam perut Ibunya.





Biarpun dia lupa akan masa lalu, tetapi kejadian separah ini, mungkin akan selalu muncul di setiap mimpi buruknya.





Carlson tidak mempertimbangkan lebih banyak lagi, langsung mengambil handphone dan memanggil nomor Ariella, dari headset dia juga dapat mendengar suara dering handphone itu.





Dengan cepat telepon diangkat, Ariella berbicara dengan suara ketakutan :”Hallo, ini Riella ya?”





“Ini Aku, Carlson!” Mendengar suara dia, Carlson sungguh ingin memeluknya, memberitahunya untuk tidak takut, mulai sekarang tidak ada yang berani menyakitinya lagi, tetapi diantara mereka terdapat tembok pembatas yang tidak dapat dirobohkan.





“Tuan Carlson, sudah begitu malam, apakah Riella mencari Aku karena ada masalah?”





Tetapi dalam waktu puluhan detik dapat terdengar hatinya mulai tenang, Carlson juga bisa memutuskan, dia pasti bukan pertama kali bermimpi seperti ini.





“Bukan Riella mencari kamu, tapi Aku yang ingin mendengar suara kamu.” Pertama kalinya, Carlson berkata langsung tanpa berbelit.





“Tuan Carlson, malam-malam menelpon perempuan yang tidak terlalu akrab sepertinya kurang baik.” Kata-kata Ariella sedikit tidak menyenangkan.





Carlson menarik nafas yang dalam, berkata :”Ariella, besok kita bertemu ya. Tidak ada Riella, hanya kita berdua yang bertemu.”





“Tuan Carlson, ada masalah apa katakana saja sekarang. Menurut Aku kita belum sampai di tahap harus bertemu untuk membicarakan sesuatu.”





“Aku bawa kamu menemui seseorang, setelah bertemu, kamu baru menjawab Aku。”





Ariella:”……”





Carlson lanjut berkata :”Ariella, jangan menganggap Aku orang jahat, Aku juga tidak akan menyakiti kamu, tolong percaya dengan Aku.”





Entah karena suara Carlson terlalu merdu, atau karena dia datang di waktu yang tepat, membuat Ariella seketika lepas dari mimpi buruknya.





Pada akhirnya, entah atas apa alasan Ariella menyetujui pertemuan itu, mengiyakan dia untuk bertemu seseorang.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK