Mengenai segala hal di Sekolah Menengah Mitra Harapan, Ariella sudah lama tidak memikirkannya, sepertinya beberapa tahun yang lalu sudah dihapus dari ingatannya.
Ketika hendak menghapus, tiba-tiba seseorang datang kepadanya dan tiba-tiba menyebutkan masa lalu bersamanya.
Ariella mencoba mengingat kembali teman-teman sekelas yang dia kenal di sekolah. Teman-teman sekelas yang membuatnya masih terkesan tetapi tidak begitu tampan pada saat itu. Jika dia tidak ingat, Pusita pasti mengingatkannya.
“Tidak masalah jika kamu tidak bisa mengingatnya, aku berjanji mulai sekarang, kamu tidak akan pernah melupakanku lagi.” Setelah berbicara, lelaki itu merentangkan lengannya dan menyudutkan Ariella di dinding lift.
Ariella awalnya ingin menghindarinya, tetapi kecepatan lawannya terlalu cepat, ketika dia bersiap untuk melarikan diri, pria itu telah menyudutkannya dengan kuat di antara tubuh yang kuat dan dinding lift.
“Siapa kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?” Ariella menatap tajam mata pria itu, tanpa sadar menjangkau melindungi perut bagian bawah, gugup dan gagap.
Pria itu menundukkan kepalanya dan dengan lembut membelai telinganya dengan bibir, membuat Ariella gemetar dan bulu kuduknya naik.
“Aku ingat kamu dengan sangat jelas, kamu bahkan tidak ingat aku. Katakan padaku, bagaimana aku harus menghukum kamu?” Bibir tipisnya berbisik, dan nafas lembut menyapu telinga Ariella.
“Minggir!” Ariella mendorong dengan keras dan berusaha mendorong pria itu menjauh. Lengan pria itu sekuat tang besar, memegangnya erat-erat dan tidak membiarkannya bergerak.
“Hei …”
Ariella tidak bereaksi lagi, pria itu menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya, lidahnya meluncur lurus ke dalam mulutnya, menciumnya kuat dan cermat, seperti sedang menghitung gigi Ariella satu persatu.
Tangannya dikendalikan oleh pria itu, kaki Ariella masih bisa bergerak, dia menendang kakinya dan mendorong pria itu, tetapi ketika dia beraksi, malah diapit dengan dua kaki oleh pria itu.
Kedua tangan dan kakinya dikendalikan, Ariella tidak dapat bergerak, hanya kepala yang dapat digerakkan.
Dia ingin mendorong pria itu, tetapi pria itu tiba-tiba membuka mulutnya, menahan bibirnya dengan menggigitnya, terlihat darah merah yang keluar, membuat mulut mereka penuh dengan bau darah.
Dingdong–
Lift sudah tiba pada lantai dimana tempat perusahaan Ariella, suara dingdong, pintu lift terbuka, pemandangan didalam lift tidak dapat dihindari dari pandangan orang-orang.
Lelaki itu dengan santai melepaskan Ariella, sudut bibirnya sedikit diangkat, senyumnya terlihat menawan : “Ini karena kamu tidak bisa mengingatku, aku memberimu hadiah pertemuan!”
Mendapatkan kebebasan, Ariella masih tidak dapat mengingatnya, melambaikan tangan dan menampar wajah pria itu : “Minggir!”
Setelah menamparnya, Ariella tidak dapat menahan rasa mualnya, bergegas ke kamar mandi, setelah muntah untuk waktu yang lama, dia baru merasa lebih baik.
Selesai muntah, dia membuka keran air, menampung air dengan kedua tangannya dan berkumur.
Ujung jarinya menyentuh bibir yang baru saja digigit, sakit hingga dia meringis kesakitan, mengangkat kepalanya melihat kecermin betapa memalukan dirinya.
Siapa sebenarnya pria itu?
Dia sama sekali tidak ada kesan tentang pria itu, mengapa pria itu melakukan hal menjijikkan padanya?
Ariella memiliki banyak pertanyaan didalam benaknya, tetapi tidak orang yang bisa memberinya jawaban.
“Ariella, bukankah kamu seatap dengan Tuan Carlson? Siapa pria itu?” Carlson mengantar Ariella pergi bekerja setiap hari, semua orang tahu bahwa dia memiliki hubungan dengan Carlson.
Hari ini, orang-orang perusahaan melihat dia berciuman di lift dengan orang asing lain. Jika masalah ini dibeberkan keluar, tidak tahu betapa tidak enak didengar.
Ariella tidak ingin orang lain salah paham, tidak ingin jadi omongan jelek orang seperti dulu, tetapi setelah buka mulut, dia juga tidak tahu bagaimana menjelaskan?
Siapa yang akan percaya dia tidak kenal dengan pria itu, mereka hanya satu lift, dia hanya ditahan oleh orang dilift dan dicium paksa.
Ketika mengatakan seperti ini, hanya akan jadi lelucon orang-orang.
“Ariella, katakan padaku, aku pasti tidak akan beritahu siapapun.” Rekan kerja yang berdiri di samping Ariella bertanya, adalah rekan kerja baru Ariella bernama Veronika.
Biasanya orang yang tidak akan memberitahu orang lain, tidak akan seperti ini mencari tahu masalah pribadi orang lain yang tidak ada hubungan dengannya.
Melainkan orang yang selalu berkata tidak akan memberitahu orang lain, jika sampai dia tahu maka akan membeberkan ke orang-orang, tidak tahu bumbu apa yang akan mereka tambahkan.
Ariella juga tidak begitu akrab dengan Veronika, dia juga tidak perlu memberitahu masalah pribadinya kepada dia, oleh karena itu Ariella hanya tersenyum, tidak mengatakan apapun.
Ariella tidak berbicara, memandang mata Veronika dia merasa malu.
Veronika dengan sedikit mencela berkata : “Ariella, siapa Tuan Carlson di Aces, kamu tidak mungkin tidak tahu kan? Mendapatkan dia, kamu bisa bahagia seumur hidup hanya dengan tidur saja di tempat tidur.”
Ariella kembali mencuci wajahnya, membasuh bekas darah di bibirnya, setelah dibasuh luka di bibirnya semakin terlihat jelas.
Dia menatap dirinya didalam cermin, malah masih terngiang wajah pria bejat yang menciumnya itu.
Terngiang wajah dan sepasang bola mata yang pupil matanya terlihat dalam tak berdasar, Ariella sontak gemetar.
Veronika masih berbisik di telinganya : “Ariella, kamu masih muda, masih menarik, masih bisa memikat pria. Tetapi jangan lupa, semenawannya kaamu akan ada saatnya menua, saat itu tiba kamu mengandalkan apa untuk memikat pria?”
Veronika berusia sekitar tiga puluh tahun, konon masih lajang, kencan buta berkali-kali, tetapi tidak ada satu pria pun yang bertahan pacaran dengannya lebih dari setengah tahun.
Seperti yang dikatakan, si Veronika sudah pada kondisi sakit jiwa, dia sendiri tidak menemukan pasangan yang cocok untuk menikah, jadi selalu merasa semua pria tidak baik.
Saat hari kerja, Ariella hampir tidak ada persimpangan dengan dia di tempat kerja, diluar kerjaan mereka juga tidak pernah berbicara, semua orang hanya tahu nama.
Ariella juga tidak tahu, bagaimana bisa orang ini jadi prihatin padanya.
Veronika mendengus : “Ariella, sebagai orang yang berpengalaman, aku dengan tulus menyarankan kamu, jangan makan yang di mangkuk, malah memikirkan yang di panci, dan pada zaman kuno wanita yang tidak berpendirian tidak akan berakhir baik.”
“Terima kasih atas kebaikanmu, kehidupan pribadiku, itu urusanku, tidak usah kamu khawatirkan.” Ariella tersenyum padanya, berbalik jalan pergi.
Ariella baru kembali ke kantor, Desy bergegas menghampiri dan berkata : “Ariella, Direktur Billy mencarimu, meminta kamu ke kantornya.”
Desy sedang berbicara, tidak jauh di belakang Ariella tampak Veronika, dengan mimik menghina : “Ariella, jauhi wanita itu, di punya banyak maksud.”
“Tidak peduli apa yang orang lain lakukan, kita hanya melakukan pekerjaan kita dengan baik.” Ariella tersenyum, “Aku pergi ke kantor Direktur Billy dulu.”
Ariella sampai ke kantor Billy, tidak hanya Billy didalam kantor, dia duduk di sebelah pria yang baru saja menciumnya di lift.
Ketika Ariella melangkah masuk ke kantor, tatapannya tertuju padanya.
Tatapannya membuat Ariella berpikir bahwa dia seperti seekor cheetah, ketika dia memandangnya, dia girang seperti seekor cheetah ketika dia melihat mangsanya.