Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 160 Khawatir Dengan Pemikiran Sendiri





Perjalanan pulang ke rumah, Carlson tidak berbicara lagi, Ariella juga hanya diam saja.





Ariella memikirkan tentang segala sesuatu dengan rinci.





Carlson pria ini biasanya sangat jarang berbicara, hampir sama sekali tidak pernah berbicara apapun dengan Ariella, namun dia bisa membuat Ariella tenang dan merasa hangat.





Carlson pernah bilang bahwa mereka adalah orang dewasa, yang disebut cinta itu tidak realistis.





Carlson pernah bilang bahwa apapun yang terjadi, tetap tidak boleh berpisah dengan mudah.





Carlson juga pernah bilang bahwa Ariella adalah orang yang ingin dia hidup bersama seumur hidup.





Tidak banyak perkataan manis diucapkan oleh Carlson, jadi setiap perkataan yang diucapkan dia pasti selalu diingat oleh Ariella.





Tidak peduli apabila di antara mereka suka tidak ada perasaan cinta lagi, Ariella tetap percaya bahwa Carlson adalah pria yang dia hidup bersama seumur hidup.





Yang paling dipikirkan oleh Ariella tetap perkataan yang dikatakan oleh kakek Carlson hari ini.





Ariella sangat jelas bahwa kakek Carlson tidak berharap dia sama Carlson karena sejarah kelahiran dia yang begitu tidak enak dipandang.





Kelahiran dia tidak dapat dipilih, lagi pula ibunya juga korban, tidak ada alasan untuk masa lalu yang tidak enak dipandang ini harus ditanggung oleh mereka.





Ariella dapat berkata dengan hati nuraninya bahwa beberapa tahun ini sudah bekerja keras demi





menjalani hidup dengan baik, tidak pernah melukai orang lain sama sekali.Demi apa dia tidak berhak untuk berdiri di samping Carlson?





Demi apa dia tidak boleh melanjutkan hidupnya dengan Carlson?





Demi apa dia tidak boleh mengejar kebahagiaan yang diinginkannya?





Dia akan mempertahankan kebahagiaannya dan suaminya, siapapun tidak berhak untuk menyuruh dia menyerah.





Setelah berpikir dengan baik, hati Ariella menjadi terbuka, dan menghempaskan nafas yang panjang.





“Kenapa?” Carlson memarkirkan mobilnya lalu menatap Ariella.





“Carlson, kamu pernah bilang kalau aku adalah orang yang kamu ingin menjalani hidup bersama, apakah perkataan ini masih berlaku?” Ariella bertanya dan menatapnya.





“Kamu lagi sembarangan pikir apa lagi?” apa yang dikatakan oleh Carlson tentu saja berlaku, tidak tahu apa yang selalu dipikirkan oleh wanita satu ini setiap hari?





“Kamu beritahu aku masih berlaku atau tidak? Walaupun kamu ketemu orang yang kamu suka, kamu juga tidak akan melepaskan tanganku kan? Ariella menarik tangan Carlson sambal bertanya.





“Kamu kan istri aku.” Carlson bahkan sudah menikah dengan Ariella, mana mungkin dia jatuh cinta lagi sama orang lain, walaupun mau suka, pasti juga suka sama Ariella.





“Sudah jadi istri pun masih bisa cerai, setelah cerai kamu bisa menikahi orang lain, kemudian orang lain tersebut jadi istri kamu.” Ariella dengan tidak senang membalasnya.





“Tidak akan.” Carlson mengatakan dua kata tersebut dengan tegas dan langsung turun dari mobil.





“Tidak akan apa?” Ariella pun ikut turun mobil dan tidak berhenti bertanya.





“Aku selamanya hanya ada kamu yang menjadi istriku, tidak akan ada orang lain.” Carlson menatap Ariella dan mengatakannya dengan serius.





“Ya, aku percaya kamu.” Ariella kemudian memeluknya dengan erat, “Seumur hidup ini aku hanya ini bersama kamu.”





Sifat Carlson bukan tipe orang yang gampang untuk menjanjikan sesuatu, jadi sekali dia berjanji, pasti akan ditepati.





Jadi, Ariella tidak perlu khawatir lagi, apalagi memikirkan apa yang dikatakan oleh kakek Carlson, yang penting dia percaya sama Carlson.





Kemudian Ariella menarik tangan Carlson memegang perut kecilnya, “Kamu coba pegang, ada merasakan apa tidak?”





Carlson menaikkan alis matanya, “Kamu kurusan lagi?”





Ariella kemudian berkata lagi, “Coba rasakan sekali lagi.”Telapak tangan Carlson yang besar tebal dan hangat bergerak dengan perlahan, memikirkan dengan serius apa yang ingin disampaikan oleh Ariella kepadanya, namun pikir sana pikir sini, dia tetap tidak kepikiran dan menggelengkan kepalanya.





“Coba tebak, kalau benar ada hadiahnya.” Ariella tidak menyerah dengan mudah.





“Kamu pikir?” Carlson ingin bercanda dengannya namun kedengarannya juga sangat serius.





Ariella sekejap tahu apa yang dipikirkan oleh Carlson, dan kemudian memukul kepalanya: “Carlson, kenapa reaksi kamu sangat lemot, kita masih komunikasi dengan normal tidak?”





Kenapa ada laki-laki yang bodoh seperti ini, Ariella sudah memberikan petunjuknya, tapi dia masih tidak bisa menebaknya.





Bagaimana kalau nanti sifat anak mereka seperti dia?





Menghadapi satu dungu saja sudah cukup, bagaimana kalau nanti harus menghadapi dungu lainnya, Ariella bisa gila.





“Kalau begitu apa?” Carlson bertanya lagi.





“Di dalam sini sudah ada anak kita.” Ariella memberitahunya dengan bahagia sambil memperhatikan setiap reaksi yang ada pada wajahnya.





“Ya.” Dia hanya menanggapinya seperti itu, lalu menariknya pergi, reaksi Carlson sangat dingin.





“Carlson!!” Ariella sangat ingin menendangnya, inikah reaksi dia ketika mendengar sudah punya anak?





“Makan dulu.” Carlson berkata dengan suaranya yang rendah.





Ariella sudah merasa kesal.





Tidak hanya ingin memukul orang.





Dia juga ingin menggigit orang.





“Aku tidak mau makan.” Ariella melepaskan tangannya dengan marah mengatakannya.





“Tidak boleh tidak makan.” Carlson dengan tegas mengatakannya.





“Aku pokoknya tidak mau makan.” Ariella melangkah maju dan kemudian ditarik oleh Carlson.





“Makan.” Carlson kemudian menambahkan dengan suara yang tak berdaya.





Setelah melihat wajah Carlson, Ariella semakin bete.





Sifat Carlson memang sangat dingin, memangnya berharap dia akan bahagia sampai memeluk Ariella?





Hari ini Bibi Ava mempersiapkan makanan ringan dan bergizi, tidak ada yang tidak bisa dimakan oleh seorang bumil.





Carlson mengambilkan nasi untuk Ariella, kemudian berkata: “Makan yang banyak.”





“Kalau makan banyak pada malam hari bisa gampang gendut.” Meskipun Ariella mengatakan demikian, namun dia tidak berniat untuk makan sedikit.





Sekarang dia bukan satu orang lagi, tetapi dia harus menjaga bayi yang ada di dalam perutnya, makan yang banyak supaya anak mendapatkan nutrisi, dan agar bertumbuh dengan baik.





“Gendutan sedikit lebih baik.” Carlson mengambilkannya sayur lagi.





“Kalau gendut jadi jelek.”





“Tidak masalah.”





“Kamu yakin?”





“Cepat makan.” Carlson tidak peduli Ariella, kemudian lanjut makan lagi.





Setelah makan malam, Ariella kembali ke kamarnya dulu, lalu berbaring di kasur beristirahat.





Carlson tetap seperti biasanya, pergi ke ruang belajar untuk kerja.





Dan pada saat ini, Carlson tidak punya suasana hati untuk bekerja, rokok habis satu per satu, dia masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Ariella barusan.





Dia bilang dia sudah punya anak?





Maksudnya kelak akan punya anak? Atau sudah punya anak?





Pada momen itu, Carlson tidak mengerti suasana hatinya sendiri, jadi dia tidak tanya apa-apa lagi.





Dia khawatir apabila jawaban yang didengarnya berbeda dengan apa yang ingin didengarnya, dia khawatir apabila dia berpikir berlebihan.





Ternyata dia lebih berharap untuk cepat punya anak, kalau begitu meskipun tidak ada perasaan cinta, mereka juga bisa menjalankan hidupnya bersama Ariella lebih lama.





Menghabiskan batang rokok terakhir, Carlson akhirnya bangkit berdiri, kemudian dia pergi mandi, gosok gigi, ganti baju tidur yang bersih, memastikan kalau tidak ada bau asap rokok baru kembali ke kamar tidur.





Dia secara tidak sadar melambatkan langkahnya, dengan perlahan berjalan ke sisi Ariella dan berdiri di samping kasur melihat Ariella yang sedang tidur.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK