Seketika salah satu dari mereka ditembak, sekelompok musuh tersebut menjadi berantakan, sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas.
Tetapi, dengan memberikan waktu untuk mereka berfikir, mereka semua sudah mengetahui, musuh bersembunyi dibawah tebing.
Berfikir ingin membunuh Carlson, hanya ada dua cara.
Cara pertama adalah menangkap Carlson, cara ini sudah dipakai tadi, tetapi sangat mudah diberikan makan peluru oleh Carlson, sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menang.
Cara selanjutnya adalah dengan memancing Carlson, tetapi Carlson jugalah tidak bodoh, dia sudah mengetahui dengan jelas jika dia keluar itu sudah pasti adalah kematian, dia tidak akan mungkin keluar dengan sendirinya.
Carlson tidak akan keluar dengan sendirinya, ditangan mereka juga tidak ada yang bisa mendesak Carlson keluar, beberapa saat ini, mereka tidak mengetahui harus bagaimana.
Sekumpulan orang ini sibuk memikirkan sebuah cara, membunuh musuh terkuat mereka, tetapi memutarkan otak juga tidak terlalu ada gunanya, ditambah lagi mereka hanya mendengar instruksi dari orang lain, mereka sama sekali tidak butuh memutarkan otak mereka.
Teman kamu lihat saya, saya akan melihat kamu, mata yang besar menatap mata yang kecil, mata yang kecil menatap mata yang besar, semua menaruh harapan pada tubuh partner mereka.
Berharap jika partner mereka bisa menemukan cara menyelesaikan masalah.
Melihat sekumpulan orang diatas sana begitu khawatir dan tidak bisa melawan, Carlson yang duduk dibawah gua menjadi lebih tenang.
Ketenangan Carlson membuat Ariella tidak merasa khawatir lagi, tentu saja Carlson bisa melakukannya, Carlson bisa menghadapi semua musuh tersebut, bisa melindungi keselamatan Ariella, bisa menunggu hingga Henry datang menyelamatkan mereka.
Carlson melihat Ariella, tersenyum kepada Ariella, senyumannya membawa sedikit kesombongan, dan juga terdapat beberapa emosi anak-anak, seperti sedang menunggu Ariella memuji Carlson.
Ariella mengangkat jempolnya, menggunaka gerakan bibir dan berkata:”Tuan Carlson, kamu sangatlah hebat!”
Mendapatkan pujian dari Ariella, Carlson seperti seorang anak kecil yang mendapat permen, matanya memberikan senyuman.
Jika ketua musuh tau jika musuh memandang remeh mereka, ditengah kegugupan masih bisa bersikap begitu hangat, musuh pasti akan merasa begitu marah.
“Kakak tertua, suara tembakan itu berasal dari bawah tebing, Carlson pasti berada dibawah.” Salah satu orang diantara mereka melaporkan.
Kakak tertua nya pasti tahu jika mereka berada dibawah, dia hanya tidak mengatakannya saja, hanya belum memikirkan cara bagaimana caranya menghadapi mereka, diam bisa memperpanjang waktu untuk berfikir.
Tetapi adik tanpa nama ini, membicarakan hal yang semua orang tahu tetapi tidak bersedia mengatakannya keluar.
Mereka semua begitu marah, juga bisa membayangkan begitu banyak.
Ketuanya baru saja memikirkan cara, ingin membuat keadaan seolah-olah mereka sudah mundur, membuat Carlson merasa tenang, baru lah nantinya mereka bisa membunuh Carlson.
Siapa yang tahu semua rencana digagalkan oleh ucapan bawahannya, ketua tersebut marah hingga mengepalkan erat tangannya, menatap benci bawahannya yang tidak mengerti hal.
Carlson ini merupakan orang yang penuh perhitungan, meskipun umurnya masih mudah, tetapi pemikirannya sangatlah detail dan teliti, berfikir ingin mengalahkan dia sama sekali bukanlah perkara yang mudah.
Mereka menyergap Carlson dipulau, bahkan Carlson tidak memiliki persiapan apapun, pada awalnya dengan menggunakan beberapa menit saja mereka bisa menghabisi Carlson.
Siapa yang tahu mereka sudah menghabiskan waktu selama ini, bukan hanya tidak bisa membunuh Carlson, tiga rekan mereka masih bisa dibunuh oleh Carlson, kekuatan Carlson, sama sekali tidak bisa diremehkan.
Ketua mereka menatap marah orang yang baru saja mengeluarkan suara, membuat satu gerakan tangan, menyuruh orang yang berbicara tadi pergi melihat kebawah.
Baru saja orang yang melihat kebawah sudah mengantarkan nyawanya sendiri, siapa yang akan turun lagi, pasti tidak akan bisa mempertahankan nyawanya, maka dari itu juga orang yang tadi berbicara tidak bergerak sama sekali.
Karena tidak mendengarkan perintahnya, penjahat itu menggunakan cara yang paling kejam untuk memaksa, ketua tersebut mengarahkan ujung pistol kearah orang yang tadi berbicara.
Orang jahat kecil itu menghembuskan nafas khawatirnya, hatinya merasa sangat marah dan benci, tetapi hanya bisa menyimpannya dalam hati, satu katapun tidak berani dikatakannya.
Dia mengigit giginya, dihadapan semua orang perlahan-lahan berjalan keujung tebing, berdiri dan membalikkan kepalnya melihat ketua, tatapan matanya penuh kebencian.
Semua orang tahu jika dia pergi maka dia memiliki kemungkinan besar untuk bernasib sama seperti orang yang tadi turun, tetapi tidak ada satupun yang menghentikannya.
Jika menghentikannya, maka sama saja menaruh hal tersebut pada dirinya sendiri, orang yang akan kehilangan nyawanya sudah pasti adalah mereka sendiri, demi menyelamatkan nyawa mereka sendiri, tidak ada yang bersedia mengatakannya.
Orang jahat kecil itu menunduk, satu tangannya memegang ranting pohon, tetapi tidak bisa menahannya, hanya bisa menggunakan kedua tangan untuk memgang ranting pohon, karena seperti ini, pistol yang berada ditangannya sekarang sama sekali tidak memiliki kegunaan.
Ketua membawa semua orang berjalan mendekati tebing, semua orang menegeluarkan kepala untuk melihat keadaan tebing.
Karena pintu masuk gua berada di dalam, dari tempat mereka mereka tidak bisa melihat apapun,tetapi orang yang sedang berada diatas ranting pohon bisa melihat semuanya.
Dia memegang ranting pohon, ditangannya terdapat pistol, tetapi sama sekali tidak bisa digunakannya, matanya terbuka lebar-lebar melihat Carlson yang mengarahkan pistol kearahnya, tetapi dia sama sekali tidak berbuat apa-apa.
Hanya jika pistol yang berada ditangan Carlson menembaknya, maka dia sudah pasti akan mati, tetapi melihat Carlson sama sekali tidak menembaknya, hanya tersenyum memandangi dia, menggunakan pistol menunjuk kebawah tebing.
Orang jahat kecil itu melihat kebawah tebing. Pada saat ini gelombang pasang telah meningkat, laut telah menenggelamkan batu yang keras, jika dia bisa melompat sesaat sebelum Carlson menembak, maka dia masih bisa memiliki kesempatan untuk hidup.
Dia memutarkan mata melihat Carlson, tangan Carlson masih saja memegang pistol dan mengarah kepadanya, tetapi tidak terlihat seperti ingin menembak.
Apakah Carlson ingin melepaskannya?
Jika berfikiran seperti itu, maka orang ini memberikan tatapan terima kasih kepada Carlson, dia melepas kedua tangannya, dan melompat menjatuhkan diri kedalam ombak laut.
Carlson dari awal tidak melembutkan hatinya sama sekali, dia tidak menembak, bukan karena ingin melepaskan orang itu, tetapi dia tahu jika diantara mereka sudah terdapat masalah, orang ini menurut Carlson sama sekali tidak memiliki kegunaan apa-apa.
Terlebih lagi, dia mengurangi menembak, bisa membeli hati orang, dan bisa menghemat pelurunya, sekali dayung dua pulau terlampaui.
Pada saat orang itu sudah jatuh, ketua mereka sangatlah marah, dan menembaki laut dua kali tembakan, tidak tahu apakah tembakannya bisa mengenai orang.
“Kamu, turun kebawah.” Waktu yang terbuang di hadapan mereka sudah sangatlah panjang, mereka sama sekali tidak memiliki cara untuk menghadapi Carlson, ketua mereka sangatlah tergesa-gesa, mengambil pistol sembarangan menunjuk orang, menyuruh mereka kembali memeriksa keadaan dibawah sana.
Carlson memiliki pistol ditangannya, tetapi pelurunya pasti tidaklah banyak, mereka memiliki banyak orang disini, menyuruh banyak orang ditembak, menunggu hingga peluru Carlson habis, mereka baru bisa menyergap Carlson, lihat bagaimana Carlson bisa menanganinya.
Mata mereka melihat kedua rekan mereka yang jatuh kelaut, satu sudah pasti mati, satu lagi masih tidak diketahui apakah sudah mati atau masih hidup??. Siapapun tidak ada yang bersedia menjadi orang ketiga.
Orang yang dipilih oleh ketua, terkejut hingga mundur selangkah, berpura-pura jika orang yang ditunjuk bukanlah dirinya, berpura-pura dia tidak melihat apapun.
Tetapi ketua sama sekali tidak memberikan dia kesempatan, dengan ganaas menodongkan pistol ke kepalanya:”jika tidak bersedia turun, maka berdirilah biar aku yang menghabisimu.”
Jika berdiri maka dia sudah pasti akan memakan peluru, jika orang yang ditunjuk turun maka sudah pasti juga akan memakan peluru, keduanya merupakan jalan kematian, sekelompok orang menundukkan kepalanya, tidak berani melihat.