“Ariella, laki-laki tadi pacar kamu?”
Sesampainya di kamar pasien, yang dilihat adalah muka Ayah yang khawatir, Ariella hanya bisa jujur dan menganggukkan kepala :”Dialah Ayah dari anak kecil yang dulu pernah Aku ceritakan.”
“Ariella——” Zeesha melihat Ariella seolah ingin berbicara tapi terhenti, kelihatan seperti banyak yang ingin disampaikan tapi tidak berdaya.
“Ayah, kalau ada yang mau dibicarakan, bicarakan saja.” Ariella membantu Zeesha berdiri, sambil berjalan sambil berkata :”Aku putri kamu, memangnya masih ada yang tidak boleh dibicarakan dengan Aku?”
Zeesha mengelus kepala Ariella, menghelas nafas dengan panjang :”Ibu kamu pergi begitu cepat, yang tersisa hanyalah kita berdua memperjuangkan hidup, jika ada masalah apapun pada kamu, Ayah mungkin tidak akan bisa hidup lagi.”
Ariella berkata :”Ayah, kenapa ayah mengatakan kalimat seperti ini. Aku tidak akan kenapa-napa, akan selalu patuh dan menemani Ayah.”
“Ayah tahu kamu anak yang baik, tetapi——” Zeesha menggelengkan kepala, dan menghela nafas panjang lagi, “Laki-laki itu adalah keluarga dari Grup Aces, Grup Aces sebesar itu punya dia, dunia Aku dan dia sungguh berbeda.
“Ayah, Aku tahu, Aku bisa mempertimbangkan semuanya.” Ariella menggangguk, dalam hatinya terasa sakit sejenak, ada rasa yang tidak bisa dia ungkapkan.
Begitu cepat mengiyakan Carlson untuk mengejarnya, selain karena rasa penasaran dia, pertimbangan terbesar dia adalah Riella, hanya karena dia menyayangi Riella.
Carlson tiba-tiba berkata ingin mengejarnya, hal ini memang cukup tiba-tiba, tiba-tiba hingga tidak ada persiapan apapun dalam diri Ariella.
Ariella dan Carlson hanya pernah bertemu beberapa kali, Ariella sangat mengerti kenapa Carlson ingin mengejarnya, dia juga menganggapnya kesenangan sementara. Setelah Carlson berpikir jelas, bahwa Ariella bukanlah istrinya, Carlson pasti akan lepas tangan.
“Ariella, kamu belum menangkap maksud Ayah.” Zeesha berdiri, melihat Ariella, berkata dengan suara berat :”Anakku, pelan atau lambat Ayah akan meninggalkan kamu, harus ada seorang lelaki yang menemani kamu berjalan di masa depan. Siapapun itu, Aku hanya berharap kamu membuka mata dengan lebar, lihat baik-baik apakah dia beneran baik dengan kamu.”
Ariella mengerti kecemasan Ayahnya, dan mengiyakan perkataannya, tetapi tidak berbicara lagi setelah itu.
Setelah makan malam Ariella berlari mengelilingi lapangan di bawah gedung……sejak sakit parahnya sembuh, dia selalu rajin berolahraga, setiap kali keringat membasahi tubuh, dan dia akan merasa jauh lebih segar setelah itu, seolah-olah beban pikiran juga ikut dibuang lewat keringat.
Jujur saja, kata-kata Zeesha selalu terbayang di benak Ariella, seluruh isi otaknya sekarang adalah lelaki gagah itu, saat memejamkan mata langsung terbayang matanya yang menyimpan beribu bintang, seperti kembali ke masa lalu, tetapi tetap tidak bernoda, membayangkan kedekatan mereka berdua.
Tetapi……bukankah perasaan ini bukan miliknya?
Ariella merasa rumit, dia sendiri pun tidak mampu menjelaskan kenapa dia begitu bimbang, hingga jogging pun menjadi tidak fokus.
Di tengah kepasrahannya, dia lebih baik pulang rumah, memutuskan untuk mandi saja.
Berdiri di depan kaca kamar mandi, melihat ada garis bekas luka di bagian perutnya, Ariella langsung menggunakan tangan mencoba meraba.
Dia juga tidak tahu asal usul adanya garis bekas ini.
Dia pernah menanyakan kepada Ayah, Ayahnya hanya menghela nafas tanpa berkata apapun, setelah itu dia tak pernah menanyakannya lagi.
Tiba-tiba, Ariella mengingat perkataan Carlson kepadanya hari ini, dia mengatakan istrinya mengalami kecelakaan parah dan memintanya menjaga anak mereka.
Kalau begitu berarti Riella tidak dilahirkan secara normal, tetapi caesar.
Kalau begitu dia dan Riella……
Ariella langsung menggelengkan kepala, otaknya sudah bocor kali ya, mana mungkin Riella ada hubungan dengannya.
Sampai di kamar, handphone di lemari berbunyi, Ariella berjalan mendekati, ternyata telepon dari Carlson.
Melihat nomor telepon di layar handphone, dia sedikit mengerutkan alis, menunggu sebentar dan barulah mengangkat telepon :”Kamu ada masalah apa?”
“Kakak, kamu tidak senang Riella meneleponmu?
Suara Riella yang halus lembut terdengar dari telepon, Ariella langsung tersenyum, suaranya langsung berubah seketika :”Kakak sedang memikirkan Riella, kemudian Riella langsung menelepon Kakak , Kakak sangat senang nih.”
Suara Ariella saat mengangkat telepon tidak selembut ini, anak yang cerdik ini pasti bisa mendengarnya, dia mengira Kakaknya tidak senang ditelepon, hampir saja mulai bersedih.
Tetapi setelah mendengar Kakak Ariella berkata demikian, Riella langsung tersenyum :”Kakak, Riella makan sangat banyak strawberry, sangat kenyang sekarang.”
“Riella, jangan hanya makan strawberry, juga harus makan nasi dan sayur, begitu baru bisa tumbuh dengan cantik.” Mendengar suara Riella, Ariella bisa membayangkan dia sedang terbaring di ranjang, mengelus perut kecilnya, sama lucunya dengan anak kecil pada umumnya.
Jika Riella saat ini ada di pelukannya, alangkah baiknya!
“Tetapi…tetapi..” Riella mulai mewek, sangat bingung dan sangat kasihan, memakan strawberry tidak bisa membuat orang cantik, tetapi dia sangat suka memakannya……
Melihat Riella bimbang hingga hampir menangis, Carlson menggendong Riella :”Kalau begitu Riella ingin cantik atau makan strawberry ?”
“Riella ingin menjadi cantik, juga suka makan strawberry.”
“Riella boleh makan strawberry, tapi juga harus makan nasi dan sayur ya, begitu akan menjadi jauh lebih cantik.” Mendengar perbincangan Ayah dan anak, muka Ariella pun seketika menjadi lebih cerah dan tersenyum.
“Iya,iya, Riella patuh.”
“Baiklah, Riella cepat pergi tidur.” Carlson mengambil handphone Riella, “Biarkan Ayah dan Kakak berbicara sebentar.
Riella menggunakan matai indahnya menatap Carlson dengan galak.
Waa.. waa, kenapa Ayah begini, dia masih ingin membicarakan banyak hal dengan Kakak, kenapa Ayah malah merebut handphonenya.
Ariella :”……”
Dia hanya ingin berbicara dengan Riella, tidak ingin berbicara dengan Ayahnya, kemudian memohon Tuan Carlson memberikan handphone itu kepada Riella.
Carlson sama sekali tidak menyadari ketidakpuasan Ariella dan Riella, berkata dengan egois :”Ariella, besok kita makan siang sama-sama ya.”
“Apakah ada Riella? Ariella bertanya.
Jika ada Riella dia mau, jika tidak ada Riella, dia sama sekali tidak mempertimbangkannya.”
Carlson melihat anak yang bersandar di badannya, berkata dengan pelan :”Riella, besok siang makan sama Ayah ya?”
“Riella tidak mau makan dengan Ayah.” Riella memberikan ekspresi sombong ke Ayahnya.
Ayah sedikitpun tidak patuh, sudah mengambil handphonenya, membuat dia tidak bisa berbicara dengan Kakak Ariella, besok dia mau meminta Kakak Lingling membawanya bertemu Kakak Ariella, ingin makan siang dengan Kakak.
Mendengar Riella tidak bersedia, Carlson seketika merasa senang, pemukul nyamuk sungguh mengerti, tetapi dari arah telepon Ariella malah berkata : “Riella tidak datang, kalau begitu lupakan saja.”