Hari ini Keluarga Carlson, Darwin dll beserta semua yang memiliki hubungan baik dengan mereka sudah berkumpul semua, hanya Ferdian yang belum sampai.
Dua hari yang lalu Ferdian pergi minum dan selama itu ia di bar minum hingga mabuk lalu tertidur, bangun lagi, minum hingga mabuk lagi.
Dalam waktu dua sampai tiga hari, Ferdian seperti berubah menjadi sosok orang yang berbeda, tidak lagi seperti ia yang dulu gagah dan ganteng.
Bahkan orang yang mengenalnya sekalipun, kalau melihat sekilas kearahnya saja tidak akan mengenalinya.
“Ferdian, kamu ngga boleh minum lagi, kalau kamu lanjut minum lagi, lama-lama bisa merengut nyawamu.” Ini sudah perkataan Albi yang ke-999 kalinya.
Dia hanya ngomong doang, tetapi tidak benar-benar mencegah Ferdian untuk tidak minum, ia berbicara sambil menuangkan bir kedalam gelas Ferdian.
“Albi, jangan banyak bacot, kamu urus saja sendiri urusanmu, ngga usah ikut campur masalah aku.” Ferdian kembali meneguk satu gelas bir-nya.
Albi kembali menuangkan bir hingga penuh kedalam gelas Ferdian: “Ferdian, kamu ini sebenarnya lagi ada masalah apa? Lihat kamu kayak gini, ngga kaya Ferdian yang aku kenal.”
Ferdian tertawa dingin: “Pernah dengar kasus pembunuhan akhir-akhir ini di Kota Pasirbumi?”
Albi dengan datar menjawab: “Maksud kamu kasus pembunuhan di Pelabuhan? Kasus itu trending topik banget mana mungkin aku ngga tahu.”
Ferdian kembali mengambil botol bir nya dan meneguknya, ia bahkan sudah tidak memerlukan gelas lagi, langsung minum melalui botol: “Menurutmu orang itu mati dengan mengenaskan ngga?”
“Aku sempat melihat foto, seluruh badannya penuh dengan luka, mukanya bahkan agak sedikit hancur……ngga tahu itu pembunuh punya dendam sebesar apa sama korbannya, sampai dengan kejamnya lakuin hal itu.” Albi menggeleng-gelengkan kepala, lalu menghela nafas, “Kalau saja aku keluarga dari sih korban, aku pasti akan menghancurkan kembali tubuh pembunuh itu.”
“Ha ha ha……menghancurkan tubuh korban?” Ferdian tertawa, lalu meneguk kembali isi bir di botol, “Sialan, aku tahu siapa pembunuhnya, tetap aku malah ngga bisa berbuat apa-apa terhadap pembunuhnya.”
“Kamu tahu siapa pembunuhnya?” ekspresi Albi terlihat kaget, lalu berkata, “Ini urusan orang lain, walaupun kamu tahu juga ngga perlu diomongin, umuran kita ini mah ngga ada yang mau urusin urusan orang lain, daripada cari masalah mending kurangin masalah.”
“Kalau urusan orang lain, aku males banget buat urusin……tapi itu adalah ayah aku, korbannya adalah ayah aku.” Ferdian memukul keras dadanya dan berkata, “Aku tahu jelas siapa pembunuhnya, tapi aku ngga bisa berbuat apapun.”
“Apa? Kamu bercanda?” Wajah Albi terkejut, dia membutuhkan banyak waktu hingga dapat tenang kembali, “Paman Fernando bukankah sudah meninggal dari dua puluh tahun yang lalu, korban mana mungkin dia?”
Ferdian mengambil HP dari kantong celananya,dan menaruh dengan kencang diatas meja: “Aku punya bukti! Aku punya bukti Carlson pembunuh dibalik semua ini! Di HP ada video, ada recording, ada semua bukti kalau Carlson pembunuhnya. Carlson brengsek, bermuka dua, ngga tahu dibelakang dia sudah melakukan berapa banyak kejahatan……yang menyesakkan itu aku tahu jelas siapa pembunuh ayahku, tapi aku ngga bisa berbuat apa-apa karena adikku dan keponakanku semua masih berada disampingnya……AHH……”
Ferdian merentangkan tangannya dan melempar semua botol bir yang diatas meja hingga terjatuh dilantai, suara pecahan botol kaca bir berbunyi dengan sangat kencang.
Bar yang sangat berisik, suara musik yang keras, orang yang sedang mengobrol, orang yang sedang minum, tadinya tidak satu pun dari mereka yang memperhatikan keberadaan mereka berdua.
Begitu Ferdian melempar semuanya, dimata orang lain ia sedang membuat keributan, membuat alunan musik berhenti, semua penjaga keamanan langsung mengelilingi.
Tanpa menunggu perkataan Albi, orang-orang yang berdiri tidak jauh dari mereka pun langsung maju kedepan dan mencegah orang lain untuk mendekat, lalu mencari jalan keluar penyelesaian, dalam waktu yang singkat langsung menyelesaikan masalah ini dengan clear.
Setelah orang itu pergi, pelayan kembali memberikan Ferdian satu botol bir, lalu tertawa berkata: “Silahkan diminum dan Anda bebas melempar, orang disebelah sana sudah membayarnya.”
Perusahaan LY dari Group Gerina merupakan perusahaan yang cukup besar di dalam maupun luar negeri, didalam negeri mereka adalah perusahan terbesar kedua setelah Group Aces.
Perusahaan LY milik marga Setiono sangat populer didalam negeri, Keluarga Setiono dari Group Gerina bahkan sering muncul didepan kamera, tidak mungkin tidak ada yang mengenalnya.
Albi walaupun sebagai Tuan Muda dari Keluarga Setiono, ia jarang sekali ikut campur usaha keluarganya karena ia sering berada diluar negeri, sehingga ia jarang muncul didepan media dan jarang ada orang yang mengenalnya.
Berbeda dengan asistennya yang terkenal karena mengikuti Direktur Group Gerina, selalu mewakili Group Gerina untuk berpidato, reputasi namanya melonjak tinggi, semua orang yang mengenalnya akan segan dan lebih menghormatinya.
“Ferdian, kamu sudah sangat mabok, jangan minum lagi, bagaimana kalau aku carikan tempat untuk kamu beristirahat?” Ketika berbicara, Albi mengambil satu botol bir dan menaruhnya disamping tangan Ferdian.
Ferdian sudah sangat mabuk, ia bahkan sudah tidak tahu sedang berbuat apa, hanya tahu ditangannya masih ada bir dan lanjut minum.
Dengan mabok ia dapat melampiaskan dan melupakan segala masalah yang ada, dengan mabok ia tidak perlu melihat orang yang ia tidak ingin lihat.
Ferdian memeluk botol bir-nya, membuat mabok dirinya sendiri, Albi menggunakan sarung tangan sekali pakai dan mengambil HP Ferdian yang ada disamping meja.
Beberapa menit sudah berlalu, layar HP nya sudah terkunci secara otomatis, Albi mengambil tangan Ferdian dan menggunakan sidik jarinya untuk membuka layar HP.
Dia dengan cepat mencari video dan recording yang dibicarakan Ferdian, setelah melihatnya ia tersenyum dengan sangat lebar.
Senyumannya seperti arwah yang keluar dari neraka.
Peperangan ini sudah dia siapkan sejak lama, sudah waktunya ia beraksi.
……
Setelah makan malam bersama, keluarga besar Carlson sudah balik ke Gunung Vandera sejak awal.
Beberapa hari terakhir ini Darwin akan menyambut orang penting dari Negara A, setelah makan siang ia akan kembali ke Kota Pasirbumi untuk mempersiapkannya.
Syuting Efa diundur beberapa hari, jadi masih mempunyai beberapa waktu untuk istirahat dirumah.
Riella kecil terus mengikuti Bibi kecil, malam ini ia tidak tidur bersama kedua orang tuanya, sejak awal ia sudah berada didalam selimut Bibi kecil dan dengan anteng mendengar dongeng yang diceritakan oleh Bibi kecil.
Carlson masih sibuk, siang hari ia sibuk seharian, setelah makan malam ia pun mulai sibuk kembali, akhir-akhir ini ia terlalu sibuk sampai tidak mempunyai waktu untuk berolahraga.
Setelah semua orang pulang, situasi dirumah kembali menjadi sangat tenang, sangking tenangnya Ariella pun menjadi tidak terbiasa dengan suasana yang ada, bahkan Riella kecil yang biasa mencairkan suasana saja pun tidur bersama Bibi kecil-nya.
Sangking bosannya Ariella pun jalan bolak balik dikamar, ia berencana untuk melakukan sesuatu, tetapi tiba-tiba ia menyadari tidak ada hal yang dapat ia lakukan.
Ia tiba-tiba terpikir Puspita yang jauh di Amerika sana, dia segera mengambil HP untuk menelepon Puspita, bulan lalu ketika sedang teleponan dengan Puspita, Puspita berkata ia akan segera kembali, tetapi hingga saat ini ia masih belum kembali dan tidak tahu kapan sebenarnya ia akan kembali.
Ariella baru saja mengambil HP, lalu menerima chat dari Ferdian, isi chat tersebut adalah sebuah video.