Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 320 Pingsan Tidak Sadarkan Diri





Setelah selesai mengurusi urusan pribadinya, waktunya sudah habis setengah hari.





Tetapi Carlson masih belum istirahat, di Aces masih ada banyak hal yang tunggu diselesaikan olehnya, menunggu ia memikirkan strategi.





Demi Aces dan demi keluarga Tanjaya, demi Ariella dan anaknya, dia sedetikpun tidak boleh membiarkan dirinya santai.





Terlebih lagi disaat penting sekarang ini, dia harus siap siaga setiap saat, tidak boleh ada kesalahan sedikitpun.





Carlson baru balik ke kantornya, sekertarisnya langsung mengantarkan dokumen-dokumen yang harus dieselesaikan sendiri olehnya.





Carlson mengambil dokumen itu dan membacanya, terus membaca tetapi ia merasa tulisan diatas dokumen itu menjadi samar-samar, kepalanya juga terasa semakin berat.





Carlson langsung menutup kedua matanya, melepas kacamatanya, mengangkat tangannya dan menggosok-gosok pelipisnya, berharap dengan ini kepalanya bisa terasa lebih baik.





Tetapi dua menit sudah berlalu, keadaanya bukan semakin membaik, malahan menjadi semakin parah, ia membuka matanya dan melihat semua pandangan didepannya menjadi buyar.





Selama ini, waktu istirahat untuk dirinya memang sangat singkat, tetapi secapek apapun, kejadian seperti hari ini tidak pernah terjadi, dia juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya?





Carlson meraih telepon yang ada dimejanya dan ingin memanggil sekertarisnya mengantarkan secangkir kopi untuk menyegarkan dirinya.





Tidak kepikiran olehnya bahwa ia tidak dapat meraih telepon yang ada dimejanya, tangannya tidak bertenaga dan terjatuh kebawah, ia berpikir untuk mengangkat tangannya dan meraih teleponnya lagi, tubuhnya yang tinggi dan kuat itu mengarah kedepan, tidak bertenaga dan terlentang diatas meja kerjanya.





Dia mecoba untuk bergerak dan menyadari bahwa ia sama sekali tidak mempunyai tenaga untuk membuka jari-jarinya lagi.





Kenapa bisa seperti ini? Carlson berusaha berpikir kembali, setelah pikir-pikir ia baru ingat. Dia meminum secangkir teh yang diberikan Kakek.





Hari ini setelah ia keluar dari pintu keluar, barang yang dia terima disana hanya secangkir teh itu, kalau bukan Kakek…….





Kepalanya semakin lama terasa semakin berat, Carlson sama sekali tidak bisa berpikir lagi, terlentang diatas meja dan ini pertama kalinya ia merasa badannya tidak bertenaga seperti ini.





Tidak bisa, ia tidak boleh jatuh.





Kalau ia jatuh, apa yang akan terjadi dengan Ariella dan Riella?





Dia penopang untuk mereka berdua, dia harus bangkit berdiri, harus…….





Carlson berjuang menggunakan tenaga terakhir yang masih tersisa, sambil menggigil, ia berusaha untuk duduk, namun, setelah kelemahan tubuhnya mengalahkan kemauannya yang kuat, dan dia pun terjatuh kembali.





Dokdok…………..





Suara ketukan pintu pun terdengar, Henry pun mendorong pintunya dan masuk: “Tuan Carlson——”





Sebelum ia selesai berbicara, ia sudah menyadari ada yang tidak beres dengan Carlson, dia langsung bergegas lari kearahnya: “Tuan Carlson, ada apa dengan anda?”





“Jangan, jangan……Ariella…..” Setelah selesai mengulangi kata-kata ini, Carlson langsung kehilangan semua kesadarannya.





Hanya tiga kata yang dia ucapkan, kalau orang lain, mereka pasti tidak mengerti maksud perkatannya, tapi Henry mengerti.





Apa yang ingin diucapkan Carlson adalah menyuruh mereka untuk jangan memberi tahu Ariella.





Sudah sampai saat yang genting seperti ini, dia sudah terjatuh, tapi ia masih berpikir untuk jangan mengkhawatirkan Ariella……





Henry juga tidak bisa berkata apa-apa dengan perbuatannya, tapi ia tidak punya waktu untuk berpikir banyak, dia harus segera mengantarkan Carlson ke rumah sakit.





Henry menyuruh bawahannya untuk memakai alternatif tercepat untuk mengatarkannya kerumah sakit Aces, setelah selesai dicek, dokter juga tidak bisa manjelaskan apa yang membuat Carlson tiba-tiba terjatuh.





Pernapasan dan detak jantungnya sama sekali tidak ada maslaah, semuanya berjalan seperti orang normal biasanya, tapi ia tetap masih belum sadar.





Tidak bisa bergerak, tidak bisa membuka matanya, tidak bisa berbicara, pokoknya seperti mayat hidup.





………….





Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.





Setelah Ariella dan Riella selesai berlatih Taekwando, mereka pun berjalan-jalan di halaman.





Tempat mereka jalan-jalan tidak jauh dari pintu utama, mereka berpikir kalau Carlson pulang mereka adalah orang pertama yang melihatnya.





Saat senja, Ariella masih menerima sms yang dikirimkan Carlson, ia bilang malam ini dia ada acara makan malam, jadi pulangnya agak malaman.





Ariella tahu dia masih ngobrol dengan orang, jadi lebih baik jangan meneleponnya dan mengganggunya dulu, bagusan dia membawa Riella kecil balik ke rumah dulu dan memandikannya.





Ariella sangat suka memandikan Riella kecil.





Menelanjangi dia dan melihat badannya yang dipenuhi daging, rasanya sangat ingin mengigitnya dengan keras.





Riella sangat senang bermain air, duduk didalam bak mandinya dan bermain dengan gembira, Ariella tidak hati-hati, malah membuat sekujur tubuhnya basah kuyup.





“Riella, jangan main lagi.”





“Mama, Riella masih ingin main.”





Ariella langsung menggendongnya dan dengan lembut berkata: “Riella anak baik, main air terlalu lama bisa flu. Besok masih mau ke sekolah, Riella harus tidur awal, tidur awalan baru bisa menjadi cantik.”





Mata Riella kecil yang dipenuhi dengan air dan jiwa kecilnya itu, dengan lembut bertanya: Mama, Riella menjadi semakin cantik, mama dan papa bagaimana?”





Riella kecil berpikir kalau dia menjadi cantik sendirian, ayah dan ibunya tidak menjadi cantik, maka apakah dia akan menjadi lebih cantik dari papa dan mamanya dimasa depan?





Dia merasa seperti ini tidak baik, dia mau papa dan mama menjadi cantik bersamanya.





“Papa dan mama juga bisa menjadi semakin cantik dong.” Ariella membawa handuk dan membungkus Riella, dengan lembuh membantunya mengeringkan badannya, mengelap kering rambutnya dan mengenakannya baju tidurnya.





“Papa, mama dan Riella sama sama menjadi cantik.”Ariella mencium muka tembem Riella, “Sayang, berbaring dan tidur yah.”





“Riella mau tunggu papa, saya mau memberi tahu papa satu rahasia.”





“Riella ada rahasia apa yang mau dikasih tahu ke papa ?”





Riella menutupi mulut Ariella: “Rahasia, cuman kasih tahu papa saja.”





Ariella mangambil dan mencium-cium tangan Riella kecil, sengaja berbicara dengan nada sedih: “Mama sangat sedih, Riella ada rahasia yang mau dikasih tahu ke papa, tapi tidak kasih tahu mama.”





Melihat ekspresi mamanya yang mau nangis, Riella menjadi gelisah, dan langsung memegang wajah Ariella: “Mama jangan nangis.”





“Tapi Riella tidak mau kasih tahu mama rahasianya.” Ariella berpura-pura mengusap air matanya, dan pura-pura nangis dengan sangat sedih.





“Wa——–” melihat mamanya yang menangis sedih, Riella juga menjadi sedih, tidak bisa menahannya lagi, ia khawatir sampai tidak bisa menahan tangisannya lagi dan menangis dengan keras.





“Riella…..” Kali ini Ariella yang kebingunangan dan langsung memeluk Riella, dengan lembut menepuk-nepuk pundaknya dan menenangkannya, “Sayang, Mama hanya bercanda, Mama tidak menangis.”





“Mama jahat!” Riella mengusap-usap air matanya, di bulu matanya yang panjang masih bergantungan air matanya.





Mama bagaimana bisa membohonginya dan membuatnya ketakutan sampai nangis.





“Benar, Mama jahat, sekarang Riella berbaring, Mama telepon Papa, nanya Papa pulang jam berapa, Riella kecil kita punya rahasia yang mau dikasih tahu ke papa.”





“Baik.” Riella kecil mengangukkan kepalanya.





Ariella berbaring disamping Riella, mengambil handphonenya dan menghubungi Carlson, teleponnya berbunyi terus tetapi tidak ada orang yang mengangkatnya.





Ariella berpikir, mungkin ia masih sibuk tidak mendengar suara handphonenya berbunyi.





Ariella menyimpan handphonenya, dan dengan muka bersalah dan tersenyum pada Riella: “Riella, papa masih sibuk kerja, kamu tidur duluan saja, besok pagi baru kasih papa tahu rahasianya gimana?”





Riella kecil dengan nurut menganggukkan kepalanya: “Riella tidur dulu, Mama selamat malam, Papa selamat malam.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK