“Sumpit dimasukkan dari sini, gunakan tenaga, kemudian dagingnya keluar.”
Ariella mengajari dengan serius, setelah sukses, dia dengan bangga melihat muridnya, tapi menyadari muridnya itu tidak sedang mempelajarinya.
Carlson hanya menatapnya, tidak mengalihkan pandangannya, jarak mereka sangat dekat, Ariella bahkan bisa melihat dirinya sendiri di mata Carlson–wajahnya sangat merah dan matanya berkedip.
Ariella malu dilihat seperti itu, bergegas memalingkan kepalanya, berpura-pura tenang kemudian berkata: “Seperti itu …”
Perkataannya belum selesai, Carlson yang tidak bergerak untuk waktu yang lama, tiba-tiba mencium wajahnya sekilas.
Bibir dingin, menempel di wajah yang lembut, hanya sebentar kemudian lepas.
Tapi, itu malah membuatnya panas dan mati rasa, Ariella merasa tempat yang disentuh Carlson tadi seakan ada sesuatu yang terbakar, sangat panas hingga ke tulang.
“Bukannya kamu ingin makan udang?” Ariella memgang wajahnya yang panas, berkata dengan sedikit kesal.
Carlson mengangkat alisnya, bintang di matanya luar biasa menyilaukan, dengan sedikit bangga, Carlson berkata dengan serius: “Kamu lebih lezat.”
Ah, kembali lagi seperti ini yang terlihat serius dan tidak serius. Bahkan dia juga tidak melepaskan Ariella ketika makan.
Ariella melotot sekilas pada Carlson, kembali ke kursinya dengan marah. Ariella yang marah sudah tidak lagi peduli tentang citranya, meraih udang yang ada di piring dan memakannya.
Hanya saja, Ariella masih belum menenangkan perasaannya setelah dicuri cium. Orang yang terkadang serius dan tidak serius di depannya ini, tersenyum sambil menaruh beberapa udang yang sudah dikupas ke hadapan Ariella.
“Kamu makanlah.”
Carlson tersenyum, seakan sedang meminta maaf atas ciuman yang tiba-tiba tadi.
Udang yang sudah dikupas ini benar-benar sangat baik, hingga Ariella benar-benar tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus digunakan untuk menghadapi Carlson, jadi dia hanya bisa mengubur kepalanya dan makan.
Dan Carlson yang ada di samping, tertawa dan diam-diam mengupasnya satu demi satu.
Setelah beberapa saat, Carlson berkata: “Besok, kita akan pergi membeli satu set gaun.”
Ariella memakan udang terakhir, mengerjapkan matanya merasa bingung.
“Aku ingin membawamu menghadiri sebuah jamuan malam.”
“Jamuan malam? Pergi untuk apa?”
Carlson dengan anggun mengambil tisu basah dan menyeka tangannya, lalu menatap lurus ke mata Ariella, tersenyum dan berkata: “Pergi memberitahu mereka bahwa kamu adalah Istriku.”
Ada bintang di mata Carlson, dan Ariella sudah terperangkap di dalamnya.
……
Keesokan harinya, setelah pulang kerja, Ariella bersiap mengikuti Carlson untuk memilih gaun itu.
Karena jamuan dimulai pada pukul 9 malam, jadi sebelum itu, Carlson membawa Ariella pergi ke Restoran Lily dan memesan beberapa makanan untuk mengisi perut.
Tapi Ariella benar-benar tidak memberikan muka untuk Carlson, dia tidak makan sedikitpun, hanya memegang segelas air hangat, meminumnya pelan-pelan.
Di meja makan, Carlson yang sedang makan dengan anggun, menatap Ariella yang hanya minum dengan tidak senang dan berkata: “Tidak makan?”
Ariella memicingkan matanya ke meja yang penuh dengan hidangan lezat, meminum seteguk air hangat, dengan keras kepala berkata: “Tidak lapar.”
“Hmm?” Carlson mengangkat alisnya, tampaknya tidak percaya pada kata-katanya.
Ariella tahu dia tidak bisa menyembunyikannya, hanya menggelengkan kepala dan berkata dengan jujur, “Tidak makan. Gaun itu mengikuti bentuk tubuh, jika aku makan terlalu banyak, lalu perutku buncit dan membutmu malu, apa yang harus kulakukan?”
Mendengar perkataan ini, Carlson tersenyum ringan: “Aku tidak mempermasalahkannya.”
Ini terkait orang lain, apa hubungannya dengannya?
Carlson mengatakannya dengan sangat serius, Ariella tidak bisa menahan senyum dan balik bertanya: “Lalu bagaimana jika aku menjadi jelek dan tua, apa kamu tidak akan mempermasalahkannya?”
Mendengar perkataan ini, Carlson sedikit terpana, kemudian mengerutkan kening, benar-benar serius memikirkannya.
Menjadi jelek dan menjadi tua.
Melihat Ariella yang tersenyum dengan cerah, Carlson benar-benar sulit membayangkan Ariella yang berubah menjadi tua dan jelek.
Tapi bagaimana jika benar-benar bertambah tua dan menjadi jelek?
“Kamu tidak menjawab begitu lama, kamu benar-benar mempermasalahkannya bukan?” Melihat Carlson tidak menjawabnya untuk waktu yang lama, Ariella bertanya dengan berpura-pura kecewa.
“Tidak.” Kali ini, Carlson dengan cepat memberikan jawaban, “Aku lebih tua darimu, ketika kamu tuda, aku juga sudah tua.” Carlson diam, kemudian menatap lurus ke mata Ariella dan berkata, “Sangat bagus.”
Sangat bagus
Carlson hanya mengatakan ini, tapi Ariella mengerti makna dalam kata-katanya —
Ketika kamu tua, aku juga menua, jika bisa saling bergantung satu sama lain, itu sangat bagus.
Ariella tersenyum, hatinya hangat, dan dia menjawab sekilas: “Hmm.”
Karena Ariella tidak makan, Carlson juga bergegas menyelesaikan makannya, menarik Ariella, berkendara menuju ke butik.
Sopir yang menyetir, sekitar setengah jam perjalanan, mobil itu diparkir di depan sebuah vila yang tidak ada tanda apa-apa.
Ini adalah villa terpencil tanpa tetangga di sekitarnya. Di kota yang ramai seperti Pasirbumi, sangat jarang ada bangunan tersendiri seperti ini.
Vila ini bergaya Italia Gotik, dengan gaya unik dan kaca jendela yang membentuk dekorasi utama vila.
Tidak ada nama merek di pintu villa, jika tidak ada panduan, tidak mungkin tahu bahwa villa ini adalah sebuah studio pakaian pribadi.
Ariella dulu belajar tentang desain mode, walaupun dia tidak berada di dunia desain lagi dikarenakan masa lalunya, tapi itu adalah hobinya, jadi dia selalu memperhatikan dunia ini.
Studio pakaian yang terkenal di Pasirbumi Ariella mengetahuinya dengan sangat jelas, gaya dari setiap studio juga diingatnya. Namun, dia belum pernah mendengar studio seperti ini.
Sekarang, dia berdiri di depan vila yang eksotis ini, berhenti untuk mengamati, penuh dengan imajinasi.
Carlson menggandeng tangannya dan mendorong pintu villa.
Begitu memasuki pintu, Ariella terkejut dengan dekorasi mewah di dalam ruangan, dia memandang Carlson dengan gelisah. Dekorasi interior yang begitu mewah, harga di sini pasti sangat mahal bukan?
Carlson mengetahui apa yang Ariella pikirkan dalam hatinya, dengan tenang memegang tangan Ariella lebih erat dan dengan lembut berkata: “Tidak apa-apa, tempat ini dibuka oleh temanku.”
Ariella sedikit lebih tenang, ingin mengatakan sesuatu, seorang gadis bule yang mengenakan gaya Gotik menyapanya, dia baru berusia sekitar 17 atau 18 tahun, terlihat seperti boneka yang sangat cantik.
Dia pertama kali membungkuk dengan hormat pada Carlson, posturnya seanggun seorang putri, tidak seperti pelayan. Dia tersenyum dan berkata: “Tuan Carlson, Buongiorno.”
“Buongiorno.” Carlson mengangguk pelan, membalasnya dengan sopan.
Mereka berbicara dalam bahasa Italia, Ariella tidak mengerti, ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan, gadis bule yang cantik itu berbalik dan bersikap dengan sangat sopan padanya, berbicara dengan bahasa Indonesia dengan aksen asing: “Nyonya Carlson, Halo.”
Ariella tersenyum sopan dan tertawa: “Halo!”
Gadis itu tampaknya sangat menyukai Ariella, melihat senyum Ariella yang begitu ceria: “Namaku Julie, hari ini aku akan membawamu untuk melihat pakaian.”
Bahasa Indonesia Julie tidak terlalu lancar, berbicara dengan terbata, tapi dia tersenyum dengan ramah yang membuat orang menyukainya.
Setelah Julie memperkenalkan dirinya, dia memimpin Carlson dan Ariella masuk ke dalam.
Villa ini sangat luas, dindingnya penuh dengan berbagai lukisan terkenal, dan ruangan dalam dipenuhi dengan semua jenis barang dengan pesona sejarah, seluruh villa tidak seperti sebuah studio pakaian, lebih seperti sebuah museum, menunjukkan kedalaman dari pemiliknya.