“Jane, Kamu tahu kamu sedang bicara apa?”
Ekspresi wajah Sebastian tiba-tiba mendingin beberapa derajat, memandangi Jane dengan hening, suara yang diucapkan lebih dingin dan suram.
Sebenarnya wanita ini apakah adalah wanita?Dia malah begitu berani menonton film seperti itu bersama lelaki, dia tidak takut mereka akan melakukan hal apa terhadapnya, atau sudah melakukannya?
“Kamu tidak salah dengar. Aku menontonnya bersama dengan Prince dan lainnya. Tidak hanya menonton, kami masih membahas pemeran pria dan wanita…… Eh……” Pandangan Jane tidak sadar jatuh ke sebuah bagian Sebastian melihat-lihat, “Itu sepertinya……”
Tiba-tiba terpikirkan sesuatu, pipi wajah Jane perlahan memerah tanpa sadar, tidak mudah ada sedikit yang harusnya dirasakan wanita.
Sebastian mengepalkan kepalan tangannya, sekuat tenaga menekan emosinya sendiri: “Seperti apa?”Janetertawa hehe dua kali: “Masih tuan muda Sebastian yang lebih kuat dan macho.”Pandangan mata dan perkataanJane sedang memberitahukan padanya, dia masih membandingkan miliknya dengan orang lain, emosi di dalam dadaSebastian makin membakar makin membara: ” Katakan, kamu sudah melihat berapa banyak?”
“Tidak banyak, juga hanya dua tiga film saja.” Jane sama sekali tidak memperhatikan emosi didalam pandangan Sebastian, masih berkata dengan menggerakan alis.
Tidak banyak!
Juga dua dua film saja!
Bagus!
Sangat bagus!
Kepalan tangan Sebastian dikepal sampai berbunyi gemertak: “Ketiga film semuanya sangat sensual, apakah sudah melihat bagian yang tidak seharusnya dilihat?”
“Kalau bagian yang tidak seharusnya dilihat tidak terlihat, bagaimana masih bisa disebut film romantis.”Jane memandangi dia sekilas, seperti sedang mengatakan dia bodoh, “Tapi sejujurnya, pemeran utama pria tidak setampan kamu.”
Ucapan ini, yang diucapkan Jane adalah kenyataan, membandingkan tampang pemeran utama pria dengan Sebastian, bedanya bukan hanya setingkat, seharusnya beda beberapa tingkat.Kalau Sebastian juga pergi syuting film seperti itu……
Didalam pikiran Jane muncul sebuah gambaran yang bergerak, makin dipikirkan makin membuat darah memanas, dia berpikir jika pemeran utama dalam film yang telah ditontonnya diganti dia, dia pasti akan melihatnya beberapa kali lagi.
Karena lelaki ini, sudah pernah memberitahukan padanya dalam kenyataan, kekuatannya dapat bertahan begitu lama.
Sebastian sambil menahan emosi, terus bertanya: “Tidak hanya menonton, masih berdiskusi dengan lelaki?”
Jane menjawab dengan seharusnya: “Benar, tentu saja menonton bersama berdiskusi bersama. Apa artinya jika seorang diri menonton film seprti ini. Tentu saja harus menarik orang menonton bersama, berdiskusi bersama baru lebih menarik.”
Wanita ini sungguh memuja rasa, dia masih telah melihat rendah dia, emosi didalam dadanya meledak setelah ditahan beberapa lama: “Melihat bagian inti dari film, kalian ada pemikiran melakukan sesuatu kah?”
Reaksi Jane terhenti beberapa detik: “Melakukan apa?”
“Melakukan ini,” Sebastian memperlihatkan kepadanya dengan gerakan.
“Sebastian, kamu sedang apa!” Lelaki ini bukan hanya memeluknya, telapak tangannya sembarangan mengelus tubuhnya tanpa membedakan bagian.
Dia bertanya dengan dingin: “Mereka ada berbuat seperti ini padamu?”
“Sebastian, lepaskan cakarmu dulu, kalau tidak aku tidak sungkan lagi.” Lelaki ini sungguh sakit mental, dia danPrince mereka hanya berdiskusi bersama, mana mungkin sekotor seperti yang dia pikirkan.
Sebastian berkata dengan emosi: “Benar yang kamu katakan. Melihat film seperti itu mudah merusak badan. Disamping badan ada alat yang dapat menyelesaikan kebutuhan fisik, kenapa aku tidak memakainya?”
“Alat?” Kamu sialan menganggap aku adalah alat pelampiasan nafsumu!” Jane mendorong memukulnya, namun tidak bisa terlepas, melihatnya diselimuti ketakutan, ditakuti sampai bergemetaran.Tapi disaat ini Sebastian sudah kehilangan kesadaran, menjadi binatang liar yang menggila, tidak perduli dia bagaimana berontak, masih erat memegangnya di dalam telapak tangannya.
“Sebastian !, jangan!” Dia berteriak, tapi tidak berguna, dia seperti hari itu di dalam ruang belajar, tidak menghiraukan keinginannya.
……
Hujan, kembali turun lagi. Awan mendung menghalangi matahari, cuaca suram, seperti suasana didalam hati Jane saat ini, sama sekali tidak bisa lagi melihat matahari yang indah.
Dia berendam didalam bak mandi, air sudah dingin dari tadi, namun dia seperti tidak merasakannya, sekali demi sekali lagi tidak berhenti membersihkan diri sendiri.
Suaranya yang seperti suara iblis berdengung di sebelah telinganya: “Jane, tidak perduli kamu bersedia atau tidak, kamu adalah wanitaku. Jaga baik-baik tubuhmu, kalau kamu berani membiarkan orang lain menyentuhnya, aku akan memotong tangan mereka.”
Dia masih berkata: “Jane, nama yang tertulis sebagai pasanganmu di akta nikah adalah namaku, aku meniduri kamu itu sah didepan hukum.”
Akta nikah sialan!
Jane menggigit gigi dengan penuh benci, benci sampai ingin merobek lelaki menjijikkan itu, namun selain membersihkan diri disini, dia justru tidka bisa berbuat apa-apa.
Peng—-
Pintu, tiba-tiba dibuka seseorang. Jane terkejut sampai bergemetar dingin, namun tidak berdaya sampai tidak bisa menutupi dirinya sendiri.
Lagipula yang harusnya tidak dilihat sudah dilihat olehnya, lagipula yang tidak seharusnya dilakukan sudah dipaksa dilakukan kepadanya, didepan matanya, dia masih ada apa lagi yang harus disembunyikan.
Sebastian berjalan masuk kedalam, tidak berkata langsung mengambil dia keluar dari dalam air, menggendong dia yang tanpa sehelai benang pun berjalan masuk kedalam kamar.
Dia meletakkannya diatas ranjang, menarik selimut menutupinya, lalu memalingkan badannya berjalan keluar, saat kembali masuk, didalam tangannya ada segelas air: “Minumlah obatnya.”
Huh……
Obat kontrasepsi.
Sama seperti sebelumnya. Seorang yang tidak tahu mengontrol nafsunya sendiri, orang rendahan yang selesai melakukan masih takut bertanggung jawab, jangan katakan dia tidak tahu berapa besar bahaya bagi wanita yang terlalu banyak minum obat kontrasepsi.
Jane mengambil gelas air dan menghabiskannya dalam sekali teguk, masih membalikkan gelas diperlihatkan padanya, membuktikan dia minum sampai bersih, tidak tersisa setetes pun.
Sebastian mengerutkan alis, menjulurkan tangan mengambil gelas, saat dia menjulurkan tangan bersiap mau mengambil gelas, Jane menaikkan tangan melempar, gelas membentur badannya, lalu jatuh ke atas lantai, masih bagus lantai dikamar tidur dilapisi karpet yang tebal, gelas tidak pecah.
“Kamu……” Sebastian ingin berkata sesuatu, namun apapun tidak keluar dari mulutnya, memungut gelasnya dari atas lantai, memutarkan badannya berjalan keluar.
Sebastian duduk didalam ruang tamu, menyalakan sebatang rokok menghisapnya beberapa kali.
Bukan hanya dia yang tertakuti, sampai dia sendiri juga tidak tahu mengapa kali ini bisa kehilangan kontrol.
Dulu, dia tidak menghiraukan perasaanya memaksa menginginkan dia, karena dalam pengaruh obat, sampai dia melihatnya menjadi orang yang lain.Namun kali ini, dia sangat sadar, dia tahu itu adalah dia.
Tahu orang yang dipeluknya adalah dia, tahu orang yang dicintainya adalah dia, tahu orang yang berontak dengan kesakitan didalam pelukannya adalah dia…… Namun dia masih tidak mengontrol dirinya sendiri.
Tidak tahu sejak kapan, pengaruh dia terhadapnya menjadi begitu besar?
Kesadaran ini, membuat Sebastian terkejut, juga membuat dia merasa pantas ditertawakan.
Dia terus mengira didalam hatinya hanya bisa memuat seorang wanita, tidak bisa lagi memuat wanita lain, namun dalam waktu beberapa bulan mengenal Jane, dia justru perlahan mempengaruhi dia.
Tiga bulan yang lalu, pertemuan yang tidak sengaja yang dikira kecelakaan mobil, tanpa sengaja bertemu seorang gadis, seorang gadis yang ada hubungan dengan Oriella.