Henry dan Daiva sudah ikut dengan Carlson kira-kira sepuluh tahun, bisa dibilang mereka adalah bawahannya yang paling penting untuknya.
Kalau saja Henry mengkhianati Carlson, orang dibelakang semua ini pasti Kakek.
Daiva sudah ikut dengan Carlson dalam waktu yang panjang, hanya karena keuntungan melakukan pengkhianatan terhatap Carlson sepertinya agak sulit dipercaya.
Kalau saja orang itu adalah Kakek keluarga Tanjaya, maka sudah benar.
Daiva bisa jadi adalah orang Kakek yang sengaja diutus untuk berada disamping Carlson, mungkin saja Kakek menggunakan emosinya dan membiarkan Daiva untuk mengkhianatinya.
Tidak peduli karena alasan apa, Ariella tidak akan campur tangan, ia cuman tahu lain kali ia harus menghalangi Daiva, sama sekali tidak boleh membiarkannya bermain dibelakang Carlson.
Daiva punya masalah, jadi gimana dengan Henry?
Ariella curi-curi untuk menatap Henry.
Kedua tangannya berada dibelakang tubuhnya, ia terus mondar mandir disana, dimuka seperti tertulis kata—–Khawatir.
Melalui teleponnya dengan Henry, dan ditambah lagi dengan penilaainnya terhadap Henry, Ariella merasa tidak ada yang salah dengan Henry.
Henry tidak masalah, jadi masih boleh terus menggunakannya, tapi bagaimana dengan Daiva?
Ariella hanya berspekulasi bahwa Daiva ada yang tidak benar dengan Daiva, tapi tidak ada bukti yang menyatakan kalau ia tidak benar, jadi sampai saat ini ia masih tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Daiva.
Terlebih Daiva juga adalah orang lama.
Kalau ia berlaku tidak adil terhadap Daiva, ini juga akan mempengaruhi nama baik Carlson, jadi Ariella memilih untuk tidak berbuat apa-apa dulu terhadap Daiva.
Pekerjaan Aces, Ariella memerintah Henry untuk balik dan menyampaikan sebuah informasi, memerintahkan agar anak buah Carlson untuk bekerja sebaik-baiknya saja itu sudah cukup.
Aces adalah sebuah perusahaan yang sangat besar, orang hebat yang ada dibawah Carlson juga tidak dapat terhitung lagi, Carlson bermalas-malasan sebentar juga pekerjaanya akan berjalan dengan baik.
Buat Aces pekerjaan yang paling penting dari Carlson adalah ia menstabilkan perasaan orang, kalau dia baik-baik, semua orang akan merasa tenang.
Carlson dalam masalah, semua bawahannya akan berpikir sembarangan, hati mereka tidak tenang, perkerjaan mereka secara otomatis akan terbengkalai.
Jadi, Ariella memerintahkan Herry untuk mencari cara untuk menutupi kondisi Tuan Carlson, sama sekali tidak boleh tersebar satu kata pun.
Apa yang disetujui oleh Ariella, sebelumnya Henry juga pernah kepikiran, seorang Ariella yang awalnya tidak pernah ikut campur urusan pekerjaan Carlson, bisa tetap tenang dalam keadaan seperti ini dan membuat keputusan yang tepat, benar-benar membuat orang salut padanya.
Apa yang dilakukan Ariella, Henry sangat setuju, setelah medapatkan tugasnya, ia langusng pergi dan menjalankan tugasnya.
Tersisa Daiva, Ariella tersenyum padanya dan berkata: “Sekertaris Daiva, Tuan Carlson disini ada aku sudah cukup, saya liburkan kau beberapa hari, kamu pulang dan istirahat lah baik-baik.”
Daiva menjawab: “Nona Ariella…….”
Ariella memotongnya: “Saya adalah istri Carlson.”
Saya adalah istri Carlson. Tolong panggil saya Nyonya. Jangan hanya memanggil saya Nona. Ini adalah kesopanan yang paling mendasar.
Daiva mengepalkan tangannya, lalu berkaya: “Nyonya Ariella, Tuan Carlson sedang sakit, waktu seperti ini sangat membutuhkan orang, bagaimana saya boleh libur.”
“Saya bilang saya liburkan kamu, kamu pulang istirahat. Tuan Carlson ada saya yang jagain, kamu tidak usah khawatir.”Biasanya Ariella sangat sungkan, tapi kali ini ia sangat berhati-hati dan sama sekali tidak menyisahkan muka untuk Daiva.
Ariella ini, sejak kapan menjadi begitu sulit untuk menghadapinya?
Daiva tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tapi ia juga tidak berani membuang muka, dengan sangat tidak rela ia meninggalkan tempat itu.
Setelah mereka semua sudah pergi, Ariella baru mulai merasa lega.
Apa yang terjadi di Aces ia sama sekali tidak tahu apa-apa, dia cuman bisa membiarkan Henry yang mengurusnya, berharap waktu Carlson siuman, tidak terjadi apa-apa dengan Aces.
Saat ini, ia tidak bisa menggoyangkan Daiva, ia juga tidak tenang melepasan masalah ini padanya, jadi dengan cara memberikan liburan kepada Daiva adalah pilihan yang terbaik.
Tapi dibandingkan dengan Aces, apa yang lebih dikhawatirkan Ariella adalah tubuh Carlson.
Racun yang tidak berwarna dan berasa, tidak bisa membunuh, tetapi membuat orang itu lumpuh dan koma dalam waktu yang sangat panjang.
Setelah terpikir racun yang ada di Carlson, Ariella tidak bisa menahannya dan mulai bergetar, hatinya terasa sangat sakit.
Orang yang meracuninya itu siapa?
Apa tujuannya?
Bukan mau menghabiskan nyawanya, jadi tujuan mereka pasti adalah Aces, atau apakah dia sendiri atau Riella kecil.
Ariella benar-benar tidak tahu.
Sampai saat ini, dokter masih belum bisa menemukan obat untuk menawarkan racunnya, yang artinya tidak ada orang yang tahu kapan Carlson akan siuman.
Ariella kembali ke ruang pasien, ia lalu duduk disamping kasur Carlson, dan mengusap wajahnya, dengan lembut memanggil namanya: “Carlson—”
“Aku tahu kamu tidak bisa menyetujuinya, tapi tidak apa-apa, kamu dengar, aku akan memberitahukannya padamu.” Dia menggenggam tangan Carlson, tersenyum lembut, “Kamu pasti tidak tahu apa perasaan aku saat pertama kali bertemu denganmu.”
“Saat pertama aku melihatmu, aku berpikir, didunia ini kenapa bisa ada orang yang begitu tampan. Saat itu jantungku berdebar dengan sangat kencang, tapi bagusnya muka aku tidak memerah, kamu harusnya tidak melihatnya kan.”
“Saat kita dijodohkan hari itu, saat kamu mengatakan selamat tinggal padaku, aku pikir kita selamanya tidak akan bertemu lagi………tapi tidak disangka, setelah beberapa hari kamu masih mengajakku untuk kencan, bahkan membahas tentang pendaftaran pernikahan.”
“Pada saat itu aku sangat terkejut, tapi aku juga tidak tahu kenapa begitu cepat aku sudah mengiyakan kamu……atau ini adalah apa yang orang bilang jodoh.”
“Aku pasti sudah mengumpulkan keberuntungan selama beberapa generasi, baru bisa mendapatkan keuntungan untuk menjadi suami istri denganmu, tapi bisa jadi keberuntungan aku masih belum cukup, jadi pernikahan kita bisa terjadi hal seperti ini.”
“Carlson, jangan lepaskan tanganku, bolehkah? Erat-erat menggenggamku, kita sama-sama berjalan terus kedepan, tidak peduli jalan didepan seberapa hancur, kamu harus tetap memegang erat aku dan Riella?”
“Riella kemarin malam bilang padaku, ia mau menunggu papa pulang, ia ada rahasia yang mau diberi tahu kepada papa, kamu pasti tidak rela membiarkan Riella menunggu begitu lama.’
Sambil berbicara, ia juga tidak tahu apa yang terjadi, air matanya terus keluar dari matanya tanpa henti.
“Carlson—-” Ariella menggusap air matanya dengan kasar, bersandar didadanya dan menangis sekuat tenaganya, “Kami dasar bejat, kamu kenapa bisa begini menakuti aku. Kamu tahu atau tidak, aku sangat takut.”
Dia sangat takut kehilangan Carlson, ia takut hari dimana dia membuka matanya dan tidak bisa bertemu dengan Carlson lagi………
Dia sangat-sangat takut, tapi didepan orang lain, ia harus kuat, sekarang hanya ada dia dan Carlson, jadi ia tidak bisa mengontrol perasaannya.
Dia sangat berharap tiba-tiba Carlson menggenggam tangannya, mengusap-usap kepalanya, lalu berkata: “Ariella, jangan nangis lagi, aku berada disampingmu, jangan takut!”
Tapi ia tidak mendapatkan apa yang ia harapkan, ia sudah nagis begitu lama, Carlson masih terbaring dengan tenang, seperti sama sekali tidak bisa merasakan perasaan Ariella.
Ariella mengusap air matanya lagi, dan menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk tersenyum: “Carlson, kamu jangan takut, aku akan menemanimu, selamanya akan menemanimu!”