Dia ingin selalu berada di sisi Carlson, menemaninya tersenyum melihat dunia bisnis, menemaninya mendengar pertemuan orang-orang, diam-diam mengikutinya dari belakang, menemaninya sampai tua????.
Harapan dia ini sebenarnya bisa saja terwujud, tapi dia mengkhianatinya, jadi dia sudah tidak bisa berada di sisinya lagi sama sekali.
Dia jelas-jelas berharap dia bisa hidup baik-baik, berharap dia bisa naik ke tempat yang lebih tinggi lagi, tapi kenapa dia bisa mengkhianatinya?
Dia bisa mendengar perintah dari Sandoro untuk meracuni dia, mungkin kebetulan karena suaminya yang mengecewakan itu kalah judi dan meminta dia duit, mungkin juga di saat ini, Ariella yang sudah “mati” kembali lagi.
Carlson demi mencari Ariella, dia menjadi gila??.. demi Ariella, dia bahkan tidak peduli dengan hidupnya.
Melihat suaminya sendiri, lalu melihat suami orang lain, setelah dibandingkan ketidakseimbangan di hatinya pun mulai naik.
Carlson!
Itu adalah pria yang paling sempurna di hatinya, juga pria yang tidak pernah berpikiran macam-macam dan dia melihat dengan matanya sendiri.
Orang yang tinggi seperti dia, pria yang tidak pernah meremehkan orang lain, bisa-bisanya mencintai wanita yang tidak mencolok seperti itu.
Dia benci Ariella, dia benci Ariella merebut semua perhatian Carlson, dimanapun Ariella berada, pandangan Carlson pun tidak akan tertuju ke orang lain.
Kecemburuan sudah membutakan kedua mata Daiva, dan membuat dia menyakiti orang yang tidak ingin dia sakiti, oleh karena itu dia sudah sama sekali tidak dapat kembali ke sisi Carlson, tidak bisa seperti dulu melakukan sesuatu untuknya.
“Aku dari dulu tidak pernah berpikiran untuk menyakiti dia. Dari dulu tidak pernah.” memikirkan masa lalu, Daiva tertawa, sambil tertawa air mata pun tiba-tiba keluar dari matanya, “Ariella, kamu tidak mengerti, kamu selamanya tidak akan mengerti, apa artinya kamu untuk aku.”
Ariella mengambil kesempatan: “Aku mengakui aku tidak mengerti. Kalau dia itu sangat penting untuk kamu, kenapa kamu tidak mau membantu dia kali ini? Dia bisa melihat dunia ini, bukannya itu harapan kamu?”
“Hehe?? sebenarnya dari awal aku sudah memberinya cara untuk menangkal racun itu, hanya saja dia daru dulu tidak peduli dengan aku, jadi dia tidak memperhatikan caranya.” Daiva tertawa dan menangis, “Kalau yang memberi hadiahnya itu kamu, pasti dia sudah memperhatikannya.”
Ariella bertanya: “Hadiah apa? Hadiahnya dimana?”
Daiva menghapus air matanya dan tertawa, “Ariella, kamu benar-benar mengira dapat dengan mudahnya mendengar apa yang mau kamu dengar?”
Ariella menarik nafas dalam-dalam dan berkata: “Daiva, kamu mau apa?”
“Aku mau?? hehe????” Daiva tertawa, “aku mau apa ya? Aku juga tidak tahu!”
“Daiva, kamu—-” Ariela belum selesai bicara, Daiva memotongnya, “Kantor pusat Group Aces Pasirbumi, di ruang kerjanya, kamu cari hadiah yang aku kasih ke dia, formula obatnya ada di dalam.” “Hadiahnya itu apa?” Ariella menatap Daiva, pandangannya dia stabil seharusnya dia tidak berbohong.
Daiva tertawa: “Hadiahnya apa, kamu sendiri cari saja, yang aku bisa beri tahu hanya itu saja.”
“Terima kasih!” Ariella masih dengan sopannya berterima kasih, dia memutar badannya dan pergi, di belakangnya terdengar suara dari Daiva, “Ibu aku????”
“Kamu tenang saja, aku bukan hanya tidak akan menyakiti dia, setiap bulan aku juga akan lanjut transer uang ke dia menggunakan nama kamu.” bukan Ariella tersentuh oleh Daiva, tapi saat dia melihat wanita tua itu, Ariella juga memikirkan Ibunya sendiri.
Dia baik dengan Ibunya orang lain, dia berharap di dunia satunya orang lain juga baik dengan Ibunya.
Meninggalkan area militer Pasirbumi, Ariella menyetirkan mobilnya bersama dengan Ferdian menuju gedung Group Aces, di tengah jalan dia meminta Ferdian untuk menghubungi Henry, agar sesampainya di gedung Group Aces dia bisa langsung menuju ruang kerja Carlson.
Ruang kerja Carlson berada di lantai tinggi, luas dan terang, berdiri di depan jendelanya dapat melihat area yang paling ramai di Pasirbumi.
Tapi mereka tidak melihatnya, setelah mereka masuk ke ruang kerja Carlson, Ariella meminta Ferdian untuk membantunya mencari barang.
Dia bilang: “Bang, kamu rasa Daiva akan kasih barang apa ke Carlson?”
Ferdian sambil mencari berkata: “Harusnya wanita lebih tahu tentang ini.”
Karena Daiva tidak bersedia untuk memberitahu hadiah apa yang dia kasih, mereka mau tidak mau harus membongkar semua barang di ruang kerja Carlson, berharap ada keberuntungan dan bisa menemukan barang itu.
Setelah membongkar-bongkar, mereka masih juga tidak dapat menemukan barang itu, Ariella sedikit panik, dia khawatir hadiah yang diberi oleh Daiva sudah dibuang ke tong sampah.
Ariella mengangkat kepalanya, dia melihat sekitarnya, pandangannya tertarik oleh gelas di atas rak buku sebelah kirinya.
Gelasnya itu terletak di atas rak buku yang tinggi, di badan gelasnya terdapat tulisan yang tebal dan padat.
Ariella mengambil gelas itu, di bagian bawah gelas terdapat tulisan nama Daiva, dia yakin ini adalah hadiah yang diberi oleh Daiva ke Carlson.
Hadiahnya sudah ditemukan, tapi formula yang dibilang Daiva bagaimana cara menemukannya?
Jangan-jangan tulisan di badan gelas yang berantakan itu adalah formula untuk menangkal virus HDR?
Ariella mencoba membentuk sebuah kata menggunakan beberapa huruf yang bersebelahan, setelah beberapa kali mencoba semuanya tidak ada hubungannya dengan obat.
Atau jangan-jangan Daiva membohongi dia?
Ariella berpikir, kalau Daiva berbohong, dia bisa membuat alasan yang banyak, tidak harus berbicara seperti ini.
“Ariella, sudah ketemu?” Ferdian datang dan bertanya.
Ariella menganggukkan kepalanya: “Di bagian bawah gelasnya ada nama Daiva, seharusnya ini. Aku rasa formula obatnya ada di badan gelas beberapa huruf ini, tapi aku tidak bisa menemukan hubungan antar huruf ini.”
Ferdian berkata: “Jangan panik, asal sudah menemukan petunjuk ini, kalau mau memecahkan huruf-huruf ini tidak susah. Coba aku lihat, siapa tahu aku bisa melihat sesuatu.”
Ferdian mengambil gelasnya dan dilihat sebentar, setelah dilihat-lihat dia juga tidak bisa menemukan petunjuk apapun, lalu dia menghela nafasnya: “Sayang sekali orang yang sangat kuat dan pintar seperti komputer itu tidak bisa melihat, kalau dia bisa melihat mungkin saja dia lihat sekilas dia langsung tahu.”
Ariella berkata: “Kita pulang dulu saja lalu kita berpikir, Daiva itu sebenarnya mau menggunakan huruf-huruf ini untuk memberitahu kita apa?”
Huruf-huruf di badan gelas itu berdempetan, tidak ada dipisahkan dengan tanda baca, jika ingin tahu apa yang ditunjukkan oleh huruf-huruf ini, harus membentuk kata satu per satu, bagi Ariella ini memang sulit.
Ferdian bertanya: “Kamu mau pulang untuk minta bantuan Carlson?”
Ariella menggoyangkan kepalanya: “Kita cari cara menyelesaikannya dulu.”
Ariella tidak berencana untuk memberitahu Carlson tentang formula ini, dia khawatir kalau formula ini palsu dan membuat Carlson kecewa.