Walaupun ia sedih Abang Hansel tidak pernah muncul, tetapi ia juga tidak tega jika harus marah dengan Abang Hansel, akhirnya ia hanya terus memakai kalung pemberiannya dileher.
Tangan mungilnya mengorek kantong bajunya, mengeluarkan kalung dan berkata: “Kalung yang dikasih Abang Hansel, aku selalu memakainya.”
“En.” Hansel menganggukkan kepalanya, mengambil kalung dan memakaikannya dileher Riella kecil, “Kalung ini adalah pemberian kado ulang tahun dari Abang Hansel untuk Riella, kalung ini akan menggantikan Kakak utnuk menemani Riella. Tunggu kamu sudah dewasa, bawa kalung ini untuk mencari Abang Hansel ya?”
“Tetapi Riella tidak bisa dewasa!” Riella kecil lalu memingkemkan bibirnya dan akan segera menangis, karena sudah lewat lama, dia masih seorang anak kecil, tidak tumbuh dewasa.
Dia sudah mengikuti kata ibu, makan tiga sekali sehari dengan tepat waktu, makan dengan kenyang, tetapi waktu sudah berlalu cukup lama, dia masih seorang anak kecil.
Dia tidak habis pikir, orang dirumah adalah orang dewasa, kenapa hanya dia sendiri yang masih anak kecil?
Apakah karena dia terlalu lucu?
“Siapa bilang Riella tidak bisa tumbuh dewasa?” Hansel melepaskan pelukan Riella, lalu menggunakan tangannya untuk mengukur tinggi badan Riella, “Menurut Abang Hansel kamu bertambah tinggi.”
“Beneran Riella ada bertambah tinggi?” Mendengar Abang Hansel berkata bahwa ia bertambah tinggi, Riella kecil tiba-tiba merasa kalau ia memang bertambah tinggi, seperti melihat harapan bertumbuh tinggi semakin besar.
“Tentu saja beneran!” Hansel mengulurkan tangan dan mencubit gemas wajah Riella kecil, “Riella aku ngga hanya tumbuh tinggi, tapi makin cantik dan makin lucu.”
Mendengar Abang Hansel memujinya, wajah Riella kecil berkesipu malu.
Dia memeluk erat Abang Hansel, dan berbicara dengan gemas disamping wajah Hansel: “Abang Hansel, Riella suka kamu.”
Suka suara Abang Hansel saat berbicara, suka tampang Abang Hansel yang seperti ini, suka Abang Hansel yang selalu menemaninya, suka segalanya dari Abang Hansel……
Suara lembut Riella kecil yang terdengarn ditelinga Abang Hansel membuatnya merasa nyaman.
Anak ini seperti malaikat penyelamat baginya, dibandingkan melindungi banyak orang, ia lebih ingin tetap tinggal disamping Riella, menemaninya tumbuh dewasa dan tidak ingin melewati satu pun hal yang ada dikehidupan anak ini.
Tetapi ia tidak bisa dan tidak boleh.
Kedatangannya kali ini ke Pasirbumi adalah kunjungan negara, tidak mudah baginya untuk meluangkan sedikit waktu untuk bertemu Riella kecil.
“Abang Hansel, abang suka Riella ngga?” Melihat Abang Hansel bengong, Riella kecil mendongkan kepala dan dengan matanya yang berkaca-kaca menatap Hansel.
“Tentu saja Abang Hansel menyukai Riella.” Anak yang selucu ini, siapapun yang bertemu dengannya pasti akan terasa gemas.
“Aku tahu itu.” Riella kecil berkata dengan sedikit sombong.
Dia menghitung dengan jarinya, kakek nenek menyukainya, ayah ibu menyukainya, Bibi kecil Kakek juga menyukainya.
Semua orang menyukainya, tentu saja Abang Hansel juga akan menyukainya.
Melihat Riella yang begitu gemas, Hansel tidak tahan untuk tidak menciumnya, lalu mencium pipinya dan jidatnya: Abang Hansel kasih satu ciuman untukmu, kasih kamu satu lagi ciuman.”
“Riella mau cium Abang Hansel lagi.” Riella kecil berdiri, memegang wajahnya, lalu menciumnya dan meninggalkan jejak air liur.
Hansel memeluk Riella kecil, memegang lembut kepalanya: “Riella, Abang Hansel masih ada urusan, kamu harus baik-baik ya, ngga boleh nangis lagi.”
“Abang Hansel, ngga boleh pergi, Riella ngga mau kakak pergi.” Riella kecil memeluk Abang Hansel, hatinya sangat takut.
“Riella yang pinter, tadi Abang Hansel sudah ngomong sama kamu, kamu harus ingat. Tunggu kamu sudah dewasa, jangan lupa bawa kalung pemberian Kakak untuk mencari Kakak.” Hansel memeluk Riella kecil sambil dengan sabar menjelaskan kepada Riella kecil.
“Abang Hansel bohongin Riella?” Riella kecil bukan tidak mempercayai Abang Hansel, tetapi ia khawatir Abang Hansel menghilang lagi.
“Abang Hansel ngga mungkin bohongin Riella.” Hansel memegang tangan kecil Riella kecil, “Kalau gitu kita janji, janji tidak akan berubah.”
Hansel mengajak Riella kecil berkata: “Janji, seratus tahun tidak boleh berubah!”
Perjanjian antara mereka berdua berakhir dengan perjanjian yang seperti ini, tetapi tidak peduli lewat berapa tahun, ataupun hingga Riella kecil beranjak dewasa dan lupa wajah Abang Hansel, mereka tidak akan melupakan perjanjian diantara keduanya.
“Kalau abang pergi, Riella tidak boleh menangis lagi.” Hansel menyuruh Riella kecil untuk kembali berbaring, dan memakaikannya selimut, “Riella cepat tidur.”
“Abang Hansel……” meskipun sudah berjanji tidak akan menangis lagi, tetapi melihat Abang Hansel akan segera pergi, Riella masih tidak bisa tahan untuk tidak sedih.
“Riella pintar, harus nurut ya!” Hansel memegang lembut kepalanya, lalu memaksakan diri untuk pergi.
Kalau ia masih disini untuk beberapa waktu lagi, hati dia akan lemah, dan tanpa memikirkan apapun ia akan memilih berada disampingnya, menjaganya, dan menemaninya.
“Abang Hansel……”
Setelah pintu kamar tertutup, Riella kecil tidak peduli dengan perkataan Hansel, langsung beranjak turun dari kasur dan mengejar Abang Hansel.
Tetapi ketika ia berlalu ke ruang tamu, Sebastian menghalanginya: “Riella, kata Bibi kecil diluar ada orang jahat, tidak boleh keluar.”
“Riella mau pergi cari Abang Hansel, bukan mau cari orang jahat.” Riella kecil melototi Sebastian dan berteriak kembali.
“Abang tadi sudah bilang, dia sibuk ada urusan.” Semua pembicaraan mereka dikamar, Sebastian mendengar semuanya, tetapi ia mengerti dan tidak ingin menggangu mereka.
Benar, Abang Hansel mau pergi menyelesaikan urusan yang penting dan memintanya ketika sudah dewasa pergi mencarinya……memikirkan kata-kata Hansel ini, Riella kecil lalu memegang kalung yang dipakainya dileher, itu adalah satu-satunya barang untuk dapat mencari Abang Hansel.
Dia harus cepat dewasa, setelah dewasa ia dapat pergi mencari Abang Hansel dengan kalung ini dan tidak akan membiarkan Abang Hansel pergi dari sampingnya lagi.
Diluar pintu, Hansel sudah tidak mendengar tangis Riella kecil, dengan tenang menghela nafas dan pergi.
Dia mengerti, Riella kecil hanya terlalu terbiasa dengan kehadirannya, tidak rela dia pergi, karena kepergiannya tidak lama sehingga Riella masih mengingatnya.
Nanti ketika waktu sudah berlalu lama, bertahun-tahun, puluhan tahun, dia sudah dewasa, disaat itu, pasti banyak orang yang ingin melindunginya, bahkan ia akan melupakan Abang Hansel yang telah menemaninya melewati masa indah.
Walaupun tahu jelas anak kecil mudah melupakan sesuatu, tetapi memikirkan Riella kecil yang akan melupakannya suatu saat nanti, hati Hansel sangat sakit dan pedih.
Dia menggelengkan kepala sambil tersenyum, lalu berkata dalam hati: “Sampai jumpa Riella! Tidak peduli apakah kamu masih akan mengingatku, kamu harus tumbuh sehat dan bahagia.”
Setelah menghela nafas, Hansel menenangkan emosinya, ketika muncul didepan orang banyak, dia adalah pangeran ketiga dari Negara A bukan lagi Abang Hansel-nya Riella kecil.