Musim dingin lihat salju, musim panas menikmati keindahan bunga.
Orang-orang yang datang mengunjungi sangat banyak, tidak kalah banyak dengna musim dingin.
Tidak tahu apakah ingatan Carlson yang sangat bagus, atau karena Ariellla yang pernah bawa dia datang, maka dia ingat dengn sangat jelas.
Jalan yang hanya pernah dilewati sekali, tapi setelah beberapa tahun dia masih ingat dengan jelas dimana ada belokan.
Dia menggandeng tangan Ariella, bawa dia ke jalan yang pernah mereka lalui dan pergi ke laut cinta yang mereka pernah datangi.
Musim panas melelahkan es dan salju, air hujan juga banyak, danau kecil yang membeku saat musim dingin sudah meleleh, terlihat seperti mutiara di tengah gunung.
Carlson memeluk Ariella, mencium keningnya, denganlembut berkata: “Ariella, apakah kamu suka tempat ini?””Suka.” Ariella mengangguk dengan keras, dan senyum dengan bahagia, dengan lembut berkata: “Sangat suka! Terima kasih sudah bawa aku ke tempat yang begitu indah.”
Mendengar dia berkata seperti itu, Carlson tertawa dengan pahit, dan mengelus kepalanya.
Ariella yang membawa dia ke tempat seindah ini, bukan dia yang membawanya datang, hanya saja Ariella tidak ingat.
“Kamu yang bawa aku datang saat musim dingin tahun itu.” Carlson menggandeng Ariella dan jalan ke pohon tua, sambil jalan sambil berkata: “Kamu juga memberi tahu aku, danau kecil itu bernama Laut Cinta”
Dia tahu Ariella sudah tidak ingat, dia akan ceritakan pelan-pelan, kalau setelah mendengar itu semua Ariella masih tidak ingat, tidak apa-apa.
Tidak masalah kalau Ariella tidak ingat masa lalu mereka, dia akan ceritakan satu persatu.
Ternyata tempat ini bernama
Itu tidak besar, airnya jernih dan mereka bisa melihat titik ujugnya, seperti cinta, cinta yang asli hanya bisa menampung dua orang, seperti air ini yang begitu manis.
Di saat dia bicara, Carlson sudah bawa Ariella ke depan pohon tua itu, dan mengajak dia jongkok: “Saat itu kamu menemukan sebuah cincin dan memberikannya kepada aku.”
Setelah bicara, Carlson diam-diam melihat Ariella, dia ingin sekali Ariella menjawab dan beritahu dia kalau dia sudah ingat semuanya.
Tepat disini, disaat danau itu masih beku, Ariella memberikan harta karun yang dikuburkan dia dengan ibunya kepada Carlson.
Ariella juga sedang berusaha-berusaha mengingat, tapi dia hanya ingat kalau dia pernah menguburkan sebuah cincin disini.
Dia melihat tangan kiri Carlson, di jari tengahnya ada sebuah cincin yang sudah bermodel lama, cincin itu adalah yang dia kuburkan dengan ibunya.
Dia masih ingat perkataan ibunya, kalau sudah menemukan orang yang benar-benar dicintai dan ingin hidup bersama dengan dia selamanya, berikan cincin ini kepada orang itu.
Ariella tidak ingat memberikan cincin itu kepada Carlson, tapi kalau Carlson memakainya berarti dia mencintai Carlson saat memberikan cincin itu.
Dulu dia pernah meragukan, pernah takut. Tapi setelah kejadian 2 hari ini, semua perasaan itu sudah hilang.
Saat ini Ariella hanya tahu Carlson adalah suami dia, ayah dari anaknya, pria yang dia dulu cintai, dan juga pria yang dia mencintai sekali lagi.
Cinta, benar-benar sesuatu yang ajaib, dia tidak menghilang dengan waktu, malahan menghubungkan satu sama lain dengan erat.
Ariella masuk ke pelukan Carlson dan melingkarkan tangan di pinggang Carlson dan berkata: “Tuan , aku akan memegang kamu dengan erat, tidak akan tinggalkan kamu lagi.”
Tidak peduli siapa yang buat dia lupa ingatan, tidak peduli beberapa menakutkan, dia akan berjuang.
Kali ini dia mau memegang tangan Carlson dengan erat, tidak mau meninggalkan dia lagi.
“Tuan juga akan memegang Nyonya dengan erat, tidak akan melepaskannya lagi.” Carlson berkata.
Carlson mengulurkan tangan, melepaskan cincin itu dan kasih lihat Ariella: “Kamu pernah berkata kalau aku pakai ini berani milikmu, tidak boleh menyesal.””Aku, Apakah aku pernah berkata seperti itu?” Ariella tidak ingat kalau dia akan mengatakan perkataan yang begitu liar. Atau Carlson sedang bercanda?
“Kamu tidak mau tanggung jawab?” Carlson mengerutkan alisnya, seperti asalkan Ariella jawab iya, dia akan lompat ke danau itu.
“Tidak.” Mereka bahkan sudah ada Riella, harus bertanggung jawab, mana bisa dia menyesal?
Carlson memegang tangan Ariella dan mencium balik tangannya, seperti sulap dia mengeluarkan cincin lagi.
“Ariella, ini adalah cincin nikah kita, apakah kamu mau pakaikan aku sekali lagi?” Carlson bertanya dengan hati-hati, takut Ariella menolaknya.
Tahun itu disaat dia pulang kerja dari luar kota, yang tersisa hanya Riella, cincin nikah mereka dan sekotak abu.
“Aku mau.” Apakah masih perlu ditanyakan?
Carlson dengan hati pakaikan cincin itu di jari manis tangan kanan, Ariella lebih kurus dari 3 tahun lalu, jadinya cincin itu agak sedikit longgar.
Carlson berkata lagi: “Ukuran ini sedikit kebesaran, aku nanti suruh orang perbaiki lagi.”
Ariella langsung menahan tangannya, tidak biarkan dia melepaskannya: “Cincin ini milikku, kamu tidak boleh asal melepaskannya.”
Kebesaran sedikit tidak apa-apa, nanti dia makan banyakan saja, yang penting adalah dia percaya akan mitos kalau cincin sudah dipakaikan tidak boleh biarkan dia melepaskannya lagi.
Ariella mengangkat tangannya dan menghela nafas, pura-pura santai berkata: “Rasanya seperti mau menikah lagi, tapi tidak puas karena menikah dengan pria yang sama.”
Ariella hanya bercanda tapi Carlon mengangapnya serius. Dia langsung memeluknya dan mencium dia dengan keras.
Sampai sudah kehabisan nafas baru dia lepaskan, dengan tegas berkata: “Seumur hidup ini, selain aku kamu jangan mengharapkan orang lain.”
“Egois sekali.” Tapi Ariella suka dia yang seperti ini tapi tetap lembut.
Sambil bicara, Ariella tiba-tiba terpikir, dengan kaget berkata: “Carlson, hari ini tanggal berapa?””Tanggal dua.””Tanggal dua?”Sekali mendengar sudah tanggal dua, Ariella sangat stress.
Dia sudah janji akan menemani Riella untuk merayakan hari anak, tapi mereka malah pergi ke Kyoto, anak lain ada orang tua yang menemani mereka, Riella tidak ada, dia pasti sangat sedih.
“Aku percaya dibanding hari anak, Riella lebih peduli apakah mama dia sudah kembali.” Carlson berharap Ariella bisa lebih berani sedikit dan mengakui Riella.Tapi Ariella belum siap.
Walaupun hubungan dia dan Riella tidak buruk, Riella juga ingin dia jadi mamanya, tapi perasaannya tetap berbeda.
Riella masih kecil, mungkin masih belum mengerti perbedaan ibu kandung dan ibut tiri.
Dia ingin Riella mengerti kalau dia adalah ibu kandungnya, bukan ibu tiri.