Carlson terlalu panik hingga tidak berani menelan ludah, dibandingkan semua orang ia lebih berharap dapat mendengar dengan kepala matanya sendiri Ariella mengatakan Aku Bersedia dua kata ini.
Tetapi Ariella tidak menjawab, ia hanya terus menatapi Carlson, tidak mengerti apa yang ada dipikirannya?
Ariella tidak menjawab dalam jangka waktu yang cukup lama, orang dibelakang mulai berbisik.
Carlson membuka mulut ingin berbicara sesuatu, tetapi tangan Ariella bergerak dan melepaskannya dari gandengan sikut tangan Carlson.
Ketika Ariella menarik tangannya, Carlson merasa hatinya seperti ada lubang dan hawa dingin melewati hatinya.
Tiba-tiba disaat ini juga, Ariella memegang erat tangan Carlson, memberikannya senyuman jail dan melihat kearah pastur, dengan tegas berkata: “Aku bersedia!”
Hati Carlson menjadi lega, dibelakang Efa dan Puspita bersorak meramaikan ruangan dan tepuk tangan mulai terdengar.
Pastur melihat kearah Carlson yang sedang menggendong anak: “Carlson, apakah kamu bersedia untuk menjadikan wanita ini sebagai istrimu dan menikah dengannya? Walaupun dalam keadaan sakit ataupun sehat, apapun alasannya, akan tetap mencintainya, menjaganya, menghormatinya, menerimanya, selalu setia sampai akhir hayatnya?”
Carlson tanpa rasa ragu langsung menganggukan kepalanya: “Aku bersedia!”
Tak hanya hari hayatnya, ia bahkan dalam kondisi mati atau hidup ia kan terus bersamanya, menjagannya dan terus mencintainya!
Setelah Carlson menjawabnya, belakang mereka terdengar suara tepuk tangan yang tak berhenti.
Pastur kembali bertanya: “Tuan Tanjaya, Nyonya Yenny, kalian sebagai orang tua dari Carlson, apakah bersedia menjadi saksi pernikahan mereka?”
Ayah Carlson menjawab: “Bersedia!”
Ibu Carlson yang sedari awal terharu menangis, menghapus air matanya, lalu menganggukan kepala: “Tentu saja bersedia!”
Pastur kembali berkata: “Kalau begitu aku akan mengumumkan……”
“Kakek, Anda belum tanya Riella kecil.” Pastur belum selesai berbicara tiba-tiba dipotong oleh suara yang menggemaskan.
“Oh……” Respon pastur juga sangat cepat, lalu dengan wajah serius dan sedikit tersenyum bertanya, “Oriella, apakah kamu bersedia jika ayah dan ibumu kembali bersama menjadi sepasang suami istri?”
Riella kecil menganggukan kepala dengan kuat, “Riella kecil bersedia, Riella kecil mau Ayah dan Ibu selamanya bersama!”
Dibelakang mereka kembali terdengar tepuk tangan yang meriah, ditengah-tengah meriahnya tepuk tangan para tamu, pastur kembali berbicara: “Kalau begitu sekarang aku akan mengumumkan bahwa kedua resmi menjadi suami istri, kedua pengantian bertukar cincin, pengantin pria boleh mencium mempelai wanita.”
Pengantin pria mengendong satu nyamuk yang besar, bahkan melihat mereka dengan mata yang berbinar, bagaimana caranya mencium pengantin wanita?
Mungkin karena sudah lama menjadi suami istri, akhirnya tanpa janjian mereka mencium pipi Riella kecil, satu orang satu sisi.
Ini pernikahan yang langka dimana pengantin pria tidak dapat mencium pengantin wanita, tetapi kebahagian mereka dapat dirasakan oleh orang-orang yang hadir.
Dibawah kesaksian orang banyak, pernikahan Carlson dan Ariella akhirnya berakhir sempurna.
“Ariella……” Disaat ini, dibenak Carlson ia tidak tahu harus berbuat apa, dibenaknya hanya penuh dengan malam pertama mereka.
“En?” Wajah Ariella memerah karena Carlson terus menatapnya, tetapi ia tidak menghindar.
“Resepsi malam ini kita tidak perlu ikut, biarkan Ayah dan Ibu yang menyambut para tamu.” Dia lalu menurunkan Riella kecil, “Riella kecil, pinter, kamu pergi cari bibi kecil ya.”
Oriella diacara pernikahan sudah mendapatkan banyak perhatian, dia juga anak yang pengertian jadi dia tidak lagi manja ke ayah dan ibunya, ia pergi kepelukan bibi kecil nya.
Didepan banyak orang, Carlson lalu mengendong Ariella.
Carlson menggendong Ariella dan pergi, Ayah Carlson dan Ibu Carlson sibuk menjamu para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan, Efa yang bertanggung jawab untuk menjaga Oriella.
Tepat disaat ini, tiba-tiba datanglah satu helikopter, dari dalam helikopter dilepaskan tangga dan muncullah satu laki-laki yang dengan cepat menuruni anak tangga itu.
Dengan cepat, Efa sudah dapat melihat jelas siapa laki-laki itu, dia adalah orang yang sudah mengkhianati dirinya, Darwin.
Efa melihatnya dari jauh, lalu mengendong Riella kecil dan pergi, ia tidak ingin melihatnya, sedikitpun tidak ingi.
Dua hari ini dia baru saja mulai melupakan masalah dia yang mengkhianati dirinya, kedatangannya dia, membuat Efa mengingatkan kembali masalah yang sangat menjijikkan itu.
“Kak, kakak ipar, aku datang telat.” Susah payah dia datang, tujuannya bukan untuk menghadiri pernikahan Carlson, melainkan menangkap Efa.
“Efa serius dengan kamu, kamu harusnya lebih jelas daripada kami. Kadang kalau dia sedang ngambek kamu harus mengalah. Dua orang kalau ingin bersama dengan lama harus saling mengerti.” Ibu Carlson juga mengetahui tujuan kehadiran Darwin sebenaranya, lalu ia menunjuk kearah Efa pergi, “Cepat kejar dia, dan dibicarakan baik-baik kesalahpahaman kalian.”
“Aku mengerti.” Darwin menjawabnya sekilas dan tanpa membuang waktu pergi mengejar Efa.
Darwin memang pernah menjadi anggota militer, jadi ia berjalan dengan cepat, ditambah lagi Efa menggendong Riella kecil, jadi lebih mudah baginya untuk mengejar Efa.
“Kakeeeek!” Riella kecil sudah lama tidak pernah melihat Darwin lagi, dia dengan excited lari ke dalam pelukan Darwin.
“Riella kecil, jangan pedulikan orang jahat.” Efa menggendong Riella kecil lalu memutar balikkan badan pergi ke arah lain, ia bahkan tidak bersedia melihat Darwin walau hanya sekilas.
“Efa, kamu itu ngambekkin apa sih?” Dia sudah jauh-jauh datang dari Kota Pasirbumi untuk menemuinya, dia malah tidak menghiraukannya.
“Darwin, kamu itu ngga mengerti omongan manusia ya? Aku sudah ngomong dengan amat jelas sama kamu, aku sudah ngga suka sama kamu. Kita sudah putus, kita sudah ngga hubungan apapun lagi.” Dia melakukan hal yang begitu menjijikan, melakukan penjelasan saja tidak masih berani nya bilang Efa yang ngambek tidak jelas.
He he he……Efa ketawa dengan sangat dingin, sejak awal hubungan mereka berdua memang sebuah kesalahan besar.
Jelas-jelas dia tidak menyukainya, tetapi Efa lah yang selalu mati-matian mengikutinya, karena rasa kasihan, akhirnya dia mau tidak mau menerimanya.
“Kamu ngomong sekali lagi!” Kalau dia berani sembarang berbicara lagi, dia tidak akan memaafkannya.
“Nona, apakah kalian sedang bertengkat?” Kondisi yang sangat panas ini, kemunculan Rico benar-benar waktu yang tidak tepat.
Melihat Rico, amarah yang sudah ditahan-tahan oleh Darwin akhirnya pun meluap, ia langsung menahan Efa dengan tangannya dan berteriak: “Karena orang ini kembali mencarimu, makanya kamu mau putus sama aku kan!”
Mendengar Darwin yang berteriak padanya, hati Efa dalam sekejam menjadi dingin, dingin sampai ia merasa sekujur tubuhnya bergetar.
Jelas-jelas dia yang melakukan hal yang berengsek, tetapi malah menuduhnya, mata Efa dulu sebuta apa sampai ia bisa menyukai laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti ini?
Hidungnya terasa masam, ingin sekali dirinya menangis, tetapi ia malah tertawa: “Benar, aku akan pergi dengannya ke negara A lalu menikah. Sejak awal dia sudah dijodohkan oleh kedua orang tuaku, kalau aku tidak menikah dengannya aku harus menikah dengan siapa.”
“Kamu berani!” Darwin menggenggam erat tangan Efa dengan sekuat tenaga seolah-olah akan meremukkan tangannya.
Tatapan matanya yang sangat jahat seperti pedang tajam, membuat Riella kecil yang digendong oleh Efa pun menangis ketakutan.