Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 156 Dia Sudah Hamil





Setelah pulang kerja, Ariella langsung segera pergi ke apotik untuk membeli alat tes kehamilan.





Jalan keluar dari apotik, dia sedang menjelajah di internet tentang ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menggunakan alat tes kehamilan.





Petunjuk penggunaan menetapkan bahwa, pakailah urin pertama di pagi hari saat menggunakan alat tes kehamilan, karena kadar hormon pada saat itu adalah hormon yang paling mudah untuk dideteksi.





Lagi pula juga tidak terburu-buru, dia akhirnya tunggu satu malam lagi, berharap supaya tes besok pagi bisa menghasilkan hasil yang bagus.





Di saat sedang berpikir, ada lagi panggilan masuk dari Carlson.





Dia angkat teleponnya, terdengar suaranya yang rendah dan menggairahkan berkata: “Sudah pulang kerja?”





Ariella mengangguk: “Ya, baru saja pulang kerja, lagi mau panggil taksi untuk pulang rumah.”





Carlson berkata: “Lihat belakang.”





Ariella melihat ke belakang, melihat mobil Carlson yang letaknya tidak jauh dari posisi Ariella, Ariella pun mengambil tasnya cepat-cepat, tidak tahu Carlson sudah datang berapa lama, dan apa melihat Ariella pergi ke apotik membeli sesuatu?





“Kamu kenapa?”





“Kamu, kamu sudah datang berapa lama?”





“Baru saja sampai.”





“Oh.” Ariella menghempaskan nafas, dan mematikan telepon lalu berjalan menuju Carlson.





Carlson turun mobil membukakan pintu untuk Ariella, dengan sangat gentle menutupi kepala Ariella, dan mempersilahkan Ariella untuk masuk mobil.





Setelah sudah memasangkan sabuk pengaman, Ariella bertanya: “Bukankah kamu sibuk? Kenapa cepat sekali sudah pulang kerja?”





“Sudah selesai sibuk.” Carlson menjawab.





Sebenarnya Carlson khawatir jika Ariella pulang rumah sendirian, jadi Carlson lebih awal pulang kerja.





“Carlson—-” Ariella memanggil Carlson, namun tidak tahu apa yang ingin dikatakan.





Teringat bahwa Ariella sudah mengandungi anak mereka berdua, suasana hati Ariella sangat gembira, tetapi tidak pasti bila dia benar-benar sudah mengandung, jadi Ariella juga sedikit khawatir.





“Kenapa?” Carlson menatapnya dengan keraguan.





“Tidak apa-apa.” Ariella tersenyum padanya, lebih baik tunggu sudah pasti baru beritahu Carlson, daripada nanti hasilnya ternyata tidak mengandung, lebih baik Ariella sendirian saja yang merasa kecewa.





Makanan seafood yang sangat disukai oleh Ariella disiapkan oleh Bibi Ava, melihat kepiting besar rebus yang ada di meja makan, Ariella sudah tidak tahan lagi untuk memakannya, namun Ariella sepertinya pernah mendengar kabar bahwa awal-awal kehamilan tidak boleh makan makanan seafood.





Teringat akan hal ini, Ariella langsung merapatkan kembali tangannya, matanya menatap ke kepiting besar itu, dan hampir meneteskan air liur.





Melihat tampang Ariella yang sangat kasihan, Carlson mengira jika Ariella tidak bisa makan, lalu diambil alat penjepit kepiting yang ada di sebelahnya, dengan gaya yang anggun mengambilkan daging kepiting yang segar, dan ditaruhkan di piring Ariella: “Makanlah.”





“Kamu saja makan.” Ariella kasih ke Carlson, “Aku tadi sore sudah makan, sekarang tidak lapar, makan sedikit bubur saja.”





“Beneran tidak mau makan?” Carlson mengkonfirmasi lagi. Tetapi tidak kepikiran bahwa Ariella tidak mau makan karena ada alasan lain.





Ariella menggelengkan kepalanya: “Perutku sangat kembung, tidak ingin makan.”





Carlson tidak memintanya lagi untuk makan, dan mengambilkan satu mangkuk bubur untuk Ariella: “Kalau begitu makanlah.”





“Ya.” Ariella mengangguk, dan memakannya dengan suap yang besar.





Namun, pada saat makan bubur, Ariella selalu tidak tahan melihat Carlson yang sedang makan kepiting dengan penuh kenikmatan, Ariella hanya bisa merapatkan mulutnya.





Ini adalah tindakan yang tidak disengaja, namun hal ini berarti lain dari penglihatan Carlson





Carlson bertanya: “Lagi pikirin apa?”





“Tidak ada apa-apa.” Ariella menggelengkan kepalanya, lalu menundukkan kepalanya untuk lanjut memakan buburnya.





Tetapi, Carlson tidak mengerti bahwa sebenarnya Ariella sangat ingin makan kepiting tersebut, hanya tetapi tidak berani untuk memakannya, Carlson tetap makan secara perlahan-lahan, sama sekali tidak peduli dengan perasaannya.





Ariella sudah tidak bisa tahan lagi, dengan suap yang besar buru-buru menghabiskan buburnya, dan ada sedikit nada marahnya berkata: “Aku balik kamar dulu sama Mianmian.”





“Ya.” Carlson menjawab dengan nada ringan.





Ariella menggendong Mianmian di lantai dan berpikir, yang Efa bilang sama sekali tidak salah, Carlson itu orang dungu, Ariella sudah sangat jelas kelihatan lagi marah, namun Carlson tidak tahu kalau Ariella marah.





Setelah kembali ke kamar, Ariella kepikiran kalau masih ada kerjaan yang harus dikerjakan, oleh karena itu sudah malas untuk marah dengan Carlson lagi, kemudian Ariella datang ke ruang belajar kecil di kamar, lanjut mengerjakan konsep desain yang belum selesai.





Namun karena selalu kepikiran tentang anak, Ariella selalu tidak dapat berkonsentrasi, mau gambar bagaimanapun selalu tidak puas dengan hasilnya, kertas gambarnya pun terbuang satu per satu.





Carlson kembali ke kamar, lalu melihat tampang Ariella yang gelisah, langsung merangkul pundaknya bertanya: “Kamu kenapa?”





“Tidak apa-apa.” Ariella menggelengkan kepalanya, “Kamu selesaikan kerjamu saja, jangan ganggu aku.”





Setelah kata-kata ini terucapkan, Ariella merasa bahwa dia mengatakannya sangat tajam, Carlson sedang peduli sama Ariella, namun Ariella malahan bilang Carlson mengganggu dia.





Dahulu pernah mendengar orang-orang bilang bahwa bumil bisa merasa semua orang tidak enak dipandang, bahkan ada juga yang setelah melahirkan bisa merasa depresi.





Teringat semua ini, Ariella menjadi semakin khawatir, jangan sampai anak saja belum ada, tetapi sudah kena penyakit tersebut sampai marah-marah yang akhirnya mengakibatkan hubungan dia dan Carlson menjadi rusak.





Kemudian, Ariella memegang tangan Carlson, bersandar di pelukan Carlson dan memeluknya erat-erat: “Tuan Carlson, yang aku katakan tadi tidak dipikirkan dengan baik-baik, kamu jangan marah dengan aku ya.”





“Kamu kan istri aku, untuk apa aku marah sama kamu?” Carlson menggosok-gosok kepala Ariella, dalam hati mengatakan, dasar si dungu.





Meskipun terkadang tidak senang dengan Ariella, Carlson juga tidak akan menyalahkan dia.





Beberapa hari ini, Ariella berusaha untuk melakukan yang terbaik di hadapan keluarga, menjadi seorang istri yang dapat diterima, segala sesuatu ditanggung olehnya, karena dia sangat peduli dengan keluarganya.





“Kamu masih ada kesibukan tidak?” Ariella mengerang di pelukannya dan bertanya.





“Ya.” Carlson mengangguk.





“Kalau begitu, kamu kerjakan dulu.” Ariella melepaskannya, “Aku juga ada sesuatu yang harus dikerjakan.”





“Baik. Kalau ada apa-apa panggil aku.” Carlson mencium pipi merah Ariella, lalu berbalik badan dan pergi.





Melihat bayangan pundaknya, Ariella pun menyentuh bagian pipi yang diciumnya tadi, wajah Ariella malah semakin bertambah merah.





Setelah diperlakukan seperti begitu oleh Carlson, Ariella pun sementara melupakan hal tentang anak yang tidak tahu keberadaannya bagaimana, dan juga jauh lebih mudah untuk menggambar.





Akan tetapi, pada saat sedang menggambar, otak Ariella mulai beraksi kembali lagi, Ariella seakan-akan melihat sebuah boneka kecil yang mirip dengan Carlson, yang sedang tersenyum dan memanggil Ariella ibu.





“Guk guk guk……” mungkin sudah dihiraukan terlalu lama, Mianmian pun mulai menggonggong, ingin mendapatkan perhatian dari ibu.





Ariella kembali fokus, langsung memeluk Mianmian dan menggosok kepalanya: “Mianmian, kamu mau adik laki-laki atau adik perempuan?”





“Guk guk guk……” apa dia boleh bilang kalau dia tidak mau semuanya? Kalau ibu melahirkan bayi, pasti ibu sudah tidak sayang sama dia lagi, jadi dia tidak mau adik laki-laki ataupun adik perempuan.





“Mianmian kamu lagi pikirin mau adik laki-laki dan juga adik perempuan? Tetapi ibu tidak bisa sekaligus melahirkan banyak sekali, kamu pilih salah satu dulu. Lain kali ibu lahirkan satu lagi.” Lagi pula Mianmian ngerti apa yang aku bicarakan, tetapi dia tidak akan beritahu orang lain. Biarkan Ariella untuk mencari orang bercerita terlebih dahulu, supaya dia tidak memendamkan di dalam hati sendiri.





Waktu satu malam biasanya asalkan sekali memejamkan mata dan membukanya lagi, langit sudah terang lagi, namun malam ini adalah malam yang sangat panjang, bagaikan menunggu seumur hidup lamanya, dan akhirnya langit sudah terang.





Carlson tetap duduk di sebelah jendela membaca koran, Ariella langsung lari ke toilet setelah menyapa Carlson, bersiap untuk mengecek apabila dia hamil atau tidak.





Pada saat melihat alat tes kehamilan menampilkan dua garis, Ariella dengan hati yang gembira hampir teriak.





Dia sudah ada!

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK