Ketika kembali ke kamar, hal yang dilakukan pertama kali oleh Efa adalah menekan nomor yang sangat dikenalnya.
Ketika tersambung, orang di sana langsung mengangkatnya, terdengar suara yang sangat akrab, “Terima kasih untuk mu dan anakku.”
Mendengar suaranya, Efa tersenyum bahagia, bibirnya tak bersedia mengungkapkan betapa bahagianya dia mendengar suaranya.
Efa berdehem, “Terima kasih itu butuh, membiarkan anakmu mengira aku selalu kabur dari rumah dan dia membenciku adalah hal yang penting.”
Darwin berkata, “Kalau anak itu berani benci padamu, lihat saja kalau pulang aku akan memukul pantatnya jadi merah-merah.”
“Darwin, coba kalau berani!” Darwin hanya omong saja, Efa sangat menyayangi anaknya, “Anak yang ku lahirkan tak berani ku sentuh dia, kamu coba kalau berani sentuh rambut dia.”
Darwin terdiam, yang bilang anaknya tak baik adalah Efa, yang memanjakan anaknya juga dia, perempuan kenapa suka tidak pakai logika.
Demi tidak membuat istrinya khawatir, ia berkata, “Istriku memang luar biasa, nanti anakku akan mengetahui kalau Ibunya sebenanrnya sangat lemah lembut dan penuh kasih sayang.”
Meskipun ia tau itu sedang membuatnya bahagia, tapi Efa tetap bahagia , ia tersneyum ceria dan berkata, “Pak Tua Darwin, jangan bilang omongan yang terlalu manis, tunggu kami balik ke Pasirbumi, kamu wajib membayar semuanya.”
Darwin, “Tak perlu balik ke Pasirbumi. Sekarang kamu keluar pun, aku akan membayarnya.”
Efa, “Pembohong. Mau bercanda denganku. Kamu kira aku seperti yang kemarin bisa dibodohi?”
Darwin, “Kapan aku serius membohongimu?”
Efa, “Membohongiku mesti dibedakan mana yang serius dan tidak kah?”
Darwin mengangguk, “Tentu saja.”
Efa melanjutkan, “Pak Tua Darwin, aku sekarang turun ke bawah, kalau aku turun kau tak ada, aku benar-benar akan kabur dari rumah, kamu jangan salahkan aku.”
Darwin, “Cepat datang.”
??.
Di bawah, Efa berdiri di pintu gerbang memandang kiri dan kanan, ia mencari Darwin tapi tak menemukannya.
“Dasar bodoh, ternyata ia menipuku.” Efa memakinya, membalikkan badan dan pergi, siapa yang mengira ketika dia membalikkan badan Darwin berada tepat di belakangnya.
Darwin tertawa, “Kaget gak?”
Efa tertegun, “Belajar seperti ini dariku, kamu ini kekanak-kanakan sekali?”
Darwin mengangguk, “Engga kok.”
Efa tersenyum dan memeluknya, “Pak Tua Darwin, kenapa kamu bisa datang kemari? Jangan bilang kamu menyesal menyuruhku untuk membawa anak kita ke tempat kelahiranku.”
Kalau dia tidak salah ingat, dia tak boleh sembarangan ke luar kota, ia harus dengan cepat kembali ke negara asalnya.
Dulu Efa pergi dari rumah dan pergi ke luar negeri, ia memilih luar negeri dan memakai alasan ketika Darwin mengurus visanya, emosinya sudah mereda, dengan begini menghindari kedua nya berkelahi dan merusak nama baik masing-masing.
Jangan di lihat di sering pergi dari rumah,dia pergi tersebut ada pertimbangannya, tapi setiap kali dia ingin pergi ya pergi tidak kembali.
“Kalau aku tidak mengejarmu, kalau kalian ibu dan anak di tangkap bagaimana?” Alasannya yang Darwin ingin utarakan pada Efa, sebenarnya alasan yang sebenarnya Darwin tak berani utarakan sama sekali.
Dia kali ini menyuruh Efa sekaligus membawa anaknya ke negara A adalah karena ada hubungannya dengan kematian ayah ibunya 30tahun yang lalu.
Darwin adalah orang dengan pangkat paling tinggi di Pasirbumi, ia tidak hanya tidak boleh sering ke luar negeri, kalau misalnya di sisi barisan tentaranya memasuki negara A pasti akan menimbulkan perhatian, jadi dia lebih baik menyuruh Efa duluan pergi ke negara A.
Efa menepuk pundak Darwin dan berkata, “Yahh hitung-hitung kamu masih ada kesempatan groginya. Tapi jangan khawatir lah, kalaupun aku akan di kejar orang, anakmu pasti akan ku tarik kembali.”
Darwin tersenyum dan berkata, “Ya, terima kasih karna kamu sudah melahirkan anak yang pemberani dan pintar.”
Efa, “Terima kasih dimulut sudah cukup?”
Darwin, “Tunggu kita pulang Pasirbumi aku akan membalas sepuluh kali lipat untukmu.”
Efa, “Cihh, Darwin, kamu mikir sampai ke mana? Yang ku bilang bukan tentang itu.”
Darwin bingung, “Trus?”
Efa, “Dasar goblok, udah jelas-jelas tau masih tanya.”
Melihat Efa memerah mukanya, Darwin sangat senang, dan tertawa gembira, “Sudah, yok kita naik. Aku sudah lama tidak berjumpa dengan Oriella, aku mau lihat dia kangen aku atau tidak?”
Efa tak puas dan berkata, “Darwin, kamu hanya tau Oriella saja, tidak ada bahas tentang anak kita.”
Darwin, “Kamu cemburu?”
Efa tidak mengakuinya, “Enggak kok. Aku hanya merasa kamu tidak terlalu perduli dengan anak kita.”
Darwin menghentikan langkahnya, ia menatap matanya dan dengan serius berkata, “Diego adalah anak yang kamu perjuangkan demi aku, bagaimana aku tidak mencintai dia. Di hatiku, kamu dan anakku tak ada lagi yang lebih penting.”
Dulunya Darwin tak pernah berkata kalimat yang terlalu menjijikkan, mendengarnya pertama kali mengatakan hal demikian, hati Efa luluh tapi dimulutnya masih keras, “Pak Tua Darwin, jangan bicara terlalu menjijikkan, aku tak terbiasa.”
Darwin bukannya tak suka dengan perkataan yang menjijikkan, menyuruhnya berkata dua kalimat saja ia merasa tak bebas, ia menggandeng tangan Efa dan berkata, “Yuk, kita jenguk Oriella.”
Efa di gandeng olehnya, dua orang tersebut masuk ke sebuah gang, dia berada di samping Oriella dan bersiul, “Aku masih ingat Oriella masih bayi baru lahir. Sekarang sudah bertahun-tahun lamanya, dia datang kemari mengejar cintanya.”