Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 143 Kakek Yang Menyalahkan





Kakek melangkah keluar dengan tegas, langsung mengangkat kepala melihat ke arah Ariella, pandangan mata kakek setajam mata elang pun memfokus ke Ariella.





Pandangannya bukan seperti sedang mengukur cucu menantunya, tetapi seperti sedang mengukur seorang lawan, seperti seolah ingin melihat jelas Ariella, membuat Ariella tidak tenang.





“Kakek…..” Carlson yang melindungi Ariella, dan memanggil lagi.





“Anakku, kamu sudah menikah?” pandangan kakek dari arah Ariella berpindah kearah Carlson, pandangannya sedikit tajam, tidak terlihat ekspresi apapun.





“Iya, kakek.”Carlson memegang erat tangan Ariella, dengan serius menjawab.





Tangannya yang berada di genggaman kuat tangan Carlson, suhu tubuhnya yang sedikit demi sedikit tersebar ke Ariella, hati Ariella pelan-pelan kembali tenang.





Sambil menbasahkan bibirnya, dia segera memberikan senyuman ke Carlson dengan maksud menyuruhnya untuk tenang, dia bukan dengan mudahnya bisa terkejut seperti seorang anak kecil.





Pandangan kakek yang bolak-balik mendarat ke arah mereka berdua, lalu berkata: “Kalian sudah menikah? Sudah ada surat nikah? Atau sudah melaksanakan upacara pernikahan? Atau sudah hamil sebelum menikah?”





Kakek dengan satu nafas langsung bertanya cepat, nadanya seperti sedang memaksa jawaban.





Carlson langsung menarik Ariella, berdiri dengan tegap, menjawab dengan serius: “Kita sudah mempunyai surat nikah, kita sudah merupakan pasangan yang sah secara hukum.





“Sudah ada surat nikah? Sudah sah secara hukum?” kakek dengan pandangan yang tajam melihat ke arah mereka, dengan pelan mengulang seluruh kata yang diucapkan Carlson.





“Ya.” Carlson pun dengan singkat menjawab, tetapi saat menjawab suaranya lebih tegas, menggunakan tenaga yang lebih kuat untuk menggenggam tangan Ariella.





“Cuman hanya dengan surat nikah, siapa yang tahu kamu sudah menikah? Bahkan pesta pernikahan pun tidak dibuat, kamu bagaimana memberi tanggung jawab untuk seorang perempuan?”





Kakek membuka mulut pun langsung memarahi cucunya, pandangan yang rumit dan tajam langsung dijatuhkan ke arah Ariella, tetapi pandangannya berubah dengan cepat, membuat orang sekitar tidak sadar akan perubahannya.





Dan dengan kata-kata yang kakek ucapkan itu bisa membuat semua orang sadar bahwa dia bukan marah soal Carlson menikah tanpa memberitahunya, tetapi karena tidak melaksanakan pesta pernikahan secara publik, membuat seorang gadis merasakan kekurangannya.





“Pa, cuacanya dingin, ayok masuk dulu ke rumah.” Ayah Carlson dengan cepat maju ke depan untuk menyudahkan debatan mereka.





Orang berdua ini, satu ayahnya, satu anaknya, dia juga tidak mungkin diam saja melihat mereka berdua berdebat.





“Yayaya, ayok masuk dulu.” suara kakek pun dengan cepat mereda, pun tidak perhitungan lagi terhadap masalah itu, satu tangan menarik Carlson, satu tangan menarik Ariella, berkata: “Anakku, kamu sudah termasuk keluarga Tanjaya, jangan malu-malu lagi.”





Kakek duluan menarik tangan Ariella, itu merupakan tanda dia sudah menyetujui identitas Ariella sebagai cucu menantunya, semua orang yang sedang melihatnya dengan sejenak lega.





Apalagi Ariella, mendapatkan persetujuan dari kakek, sama dengan mendapatkan persetujuan dari seluruh keluarga, hubungan dia dengan Carlson juga bisa berlanjut dan langgeng.





Dia dengan otomatisnya langsung melirik ke arah Carlson, dan berpaspasan dengan tatapan mata Carlson yang sedang mengamatinya, tatapan mereka berdua seperti sedang berkomunikasi dengan satu sama lain, diakhiri dengan senyuman antara mereka berdua.





Kedatangan kakek membuat rumah keluarga Tanjaya tambah ramai.





Walaupun umurnya sudah tua, tetapi semangatnya masih sangat baik, suaranya pun besar, warna mukanya juga masih bagus, apalagi dengan gerakan yang kuat kelihatannya masih sangat sehat dan cekatan.





Dengan tenaga yang seperti bisa menguasai semuanya, terkadang di tubuh Carlson dia juga bisa melihat bayangan kakek, itupun sering muncul disaat Carlson bekerja.





Saat melaksanakan strategi, menguasai seluruhnya, sifatnya bak seorang raja.





Dan kakek pun lebih mudah untuk didekati daripada apa yang Ariella bayangkan, ketika berbicara dengan Ariella, dia asyik memanggilnya dengan sapaan anakku, membuat Ariella merasakan kehangatan di hatinya.





Sebelum ini, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak beberapa malam, mencemaskan tetua-tetua di keluarga Carlson tidak bisa menerimanya, setelah bertemu dengan kakek Carlson, batu besar yang seperti menimpanya pun langsung terangkat.





“Kakek, kali ini kamu pulang bisakah tinggal untuk waktu yang lebih lama?” Efa sambil memukul pundak kakek pun bertanya.





“Efa, duduk temani kakekmu berbincang bentar.” Kakek sambil menepuk tempat duduk di sebelah dia, ekspresi mukanya yang baik dan bijaksana, saat ini kakek sejenak berubah menjadi watak sang kakek yang sangat menyayangi cucunya dan bukan seperti orang yang dingin.





“Kakek, Efa merasa kamu menjadi lebih muda.” Efa sambil tertawa dengan ceria duduk di samping kakek.





“Hahaha…..” kakek pun tiba-tiba tertawa dengan sangat keras, “Cuman kamu satu-satunya yang bermulut manis dan bisa membuat aku bahagia.”





Semua orang berkumpul di ruang tamu menemani kakek berbincang, tetapi kebanyakan Efalah yang berbicara.





Dia setiap mengucapkan satu kalimat, kakek juga langsung tertawa heboh, bisa terlihat, dia sangat menyayangi cucu perempuannya.





Ayah Carlson terkadang pun ikut menimbrung satu dua kata, tetapi Carlson jika ditanya pertanyaan barulah menjawab.





Ariella berpikir, sepertinya di depan keluarga, Carlson juga sangat diam.





Anak dengan sifat seperti ini sangat sulit untuk membuat orang lain bahagia, tetapi dalam keluarga cuman ada dia satu-satunya penerus, bahkan jika dia tak berkata apa-apa, tetapi perhatian yang didapatkannya selalu yang paling besar.





Disaat berbincang, topik kakek berubah menjadi masalah yang berhubungan dengan Carlson: “Carlson, kalian sudah menikah berapa lama?”





“Empat bulan.” Carlson menjawab dengan singkat.





“Empat bulan juga bukanlah waktu yang singkat, kamu tidak ada kabar baik untuk aku kah?” kakek berkata sambil tersenyum dan bertanya.





Menanya pertanyaan sesensitif ini, Carlson memegang tangan Ariella, dan menjawab: “Hal seperti ini tidak bisa dipaksa, biarkan secara natural terjadi.”





Jawaban Carlson untuk setiap pertanyaan sangatlah formal, ini membuat Ariella lebih mengerti bahwa sifatnya yang dingin bukanlah tercipta hanya dalam satu atau dua hari saja.





Di dalam keluarga Qin yang sangat damai dan rukun, semua orang juga ikut bahagia, sisa Carlson seorang yang tetap dingin dan tenang.





Dia sangat jarang tersenyum, dan juga tidak bisa secara aktif ikut berbicara.





Setelah lewat makan malam, kakek dengan cepat kembali ke kamar untuk beristirahat.





Ariella mengikuti Carlson ke sekitar rumah berjalan-jalan, dia memegang erat tangannya, setelah berjalan untuk beberapa waktu Carlson pun berhenti, tatapannya dengan lembut nan tegas melihati Ariella.





“Kenapa?” setelah ditatapi untuk beberapa saat, Ariella menjadi malu.





“Tidak apa-apa.” Carlson mengangkat tangan dan menyelipkan anak rambut Ariella ke belakang telinganya, dan langsung memegang tangannya untuk terus berjalan kedepan.





“Bener nih tidak ada apa-apa?” Ariella tidak memercayai jawaban Carlson.





“Tiba-tiba aku ingat melihatmu.” dia berkata.





“Carlson, kenapa keluargamu semua sangatlah baik?” Ariella bertanya.





Dan keluarga dia sendiri begitu memalukan? Di dunia ini mengapa bisa ada dua keluarga yang perbedaannya sangatlah besar.





Kalimat terakhir pun tidak diucapkan oleh Ariella, tetapi Carlson tau apa yang dimaksudkan dari perkataan tadi.





Carlson langsung menarik Ariella masuk ke dalam pelukannya: “Ariella, setiap hari kamu lewati dengan sederhana, apakah kamu bisa bosan dengan semua ini?”





“Bagaimana aku bisa bosan?” Ariella pun dengan terkejut menjawab.





Bagi dia hari-hari yangsederhana adalah sesuatu yang dia dambakan dari dulu, sekarang setelah dia mendapatkannya, dia ingin benar-benar menghargainya, bagaimana bisa bosan dengan hidup seperti gini.





Dulunya Carlson tidak bisa dengan serius memikirkan persoalan ini, dan disaat itu dia hanya ingin dengan Ariella melewati hidup bersamaan untuk waktu yang sangat lama.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK