Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 411 Selamanya Tidak Mengizinkan Dia Kembali





Mendengar kabar bahwa bibinya terluka, Riella sangatlah khawatir.





Ransel kecil dipunggungnya penuh dengan plester obat-obatan, penuh dengan barang-barang berharga, bersiap untuk menyembuhkan bibinya, dengan harapan bibinya bisa cepat sadar, setelah sadar mereka pun bisa bermain bersama lagi.





Dia mengambil dan membawa ransel itu, berjalan kearah samping ranjang tempat bibinya terbaring, meraih dan meniup tangannya Efa dan berkata: “Bibi, Riella berharap setelah Riella meniup bibi, rasa sakitnya pun akan hilang.”





Dulu bibi sering meniup Riella, setelah meniup Riella akan tidak merasakan sakit lagi, dia berharap setelah meniup bibi, bibi akan merasa jauh lebih sehat.





Darwin kemudian datang dan memeluk Efa lagi, meraih dan mengelus tangannya, dengan suara yang halus berkata: “Riella, cepat bilang ke bibimu, bilang kamu sangat merindukan dia, suruh dia cepat bangun sekarang.”





“Riella sangat merindukan kamu bibi.” Kata Riella dengan polos, tapi mengapa bibi masih saja menutup matanya, dan bahkan tidak menatap matanya Riella.





Kemudian dia melihat ada kain kasa yang terikat di tubuh bibinya, dia pun menangis dengan bibirnya yang kecil itu, bibi pasti sedang sangat kesakitan.





“Ada Riella yang begitu merindukan bibi, bibi pasti akan cepat sembuh.” kata Darwin sambil mengelus kepalanya, lalu menarik napas pendek.





Mungkin Efa sudah menyerah dengan dunia ini, sudah putus asa, sudah tidak ada tujuan di dunia ini, maka dari itu dia tidak ingin bangun ke dunia ini.





Selama bertahun-tahun, dia terus mengejar Darwin, tapi Darwin tidak menghiraukannya, membuat dia sangat sakit hati.





Terpikirkan ini, Darwin mulai bernapas dengan tersedak-sedak, hatinya sangat sakit sampai ke sumsum tulangnya, sakitnya tersebar ke tiap-tiap organ tubuhnya. Kalau Efa mati, dia bagaimana melanjuti hidupnya?





Di luar ruangan sakit, ada orang tua dari Efa dan Ariella, Carlson tidak ada disana, karena dia sedang bersama Henry mencari penculik itu.





Ketika Efa sedang mengalami masalah, Darwin berubah menjadi seperti orang gila. Dalam kondisinya sekarang, Efa yang tidak sadarkan diri, tidak ada hal lain yang bisa dia kerjakan, pencarian si pembunuh itu pun diambil alih oleh Carlson.





Kemarin malam saat Darwin berhasil menemukan Efa, penculik itu sudah melarikan diri, sekarang sedikit petunjuk untuk menemukan penculik itu pun tidak ada.





“Lagi-lagi tidak ada petunjuk, hampir sama dengan kejadian pembunuhan yang dialami Sandoro di sel kawasan militer kota Pasirbumi.” Carlson menyipitkan matanya, menyilangkan kakinya, ujung jarinya yang ramping itu mengetuk-ngetuk kulit sofa dengan berirama.





Pupil matanya tampak sangat tenang, tapi didalam ketenangan itu tampak juga ada tersembunyi sebuah gelombang yang bergolak-golak, tatapan yang sangat arogan.





Henry berdiri dengan polos disampingnya, beberapa kali membuka mulut ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya memilih untuk berdiam diri.





Setelah waktu yang lama, Carlson berkata suara yang berat: “Henry, kamu periksa baik-baik tiap orang yang terlibat dengan pembunuhan Sandoro.”





Pembunuh itu telah menangkap Efa, tapi pada akhirnya tidak mengambil nyawanya, jelas bukan karena waktu yang tidak cukup, dia pasti memiliki alasan lain.





“Iya.” kata Henry setelah mendengar perintahnya, tetapi tidak segera pergi melakukannya, menelan air liur dan berkata: “Tuan Carlson, ada satu masalah lagi.”





Carlson mengangkat alisnya dan menatapnya: “Tunggu apalagi? Cepat bilang!”





Walaupun Carlson tidak bisa melihatnya, tapi Henry dapat merasakan keganasan di matanya.





Dia buru-buru berkata: “Ini bersangkutan dengan Daiva. Saya mendengarnya dari bawahan komandan, Daiva tampaknya sudah menjadi gila, tiap hari berbicara asal di penjara. Dan saya terpikir, saya lebih mengenal dia, saya ingin pergi kesana untuk mendengar apa yang dia katakan, mana tahu ada informasi yang berguna.”





Setelah mendengar perkataan Henry, Carlson berkata: “Saya akan menemuinya lagi.”





Sandoro sudah mati, seisi keluarganya sudah tidak ada, sekarang hanya sisa Daiva seorang. Dan dia sedang ditahan di kawasan militer kota Pasirbumi, sangat mungkin pembunuh dari Sandoro pergi kesana mencari dia, dia bagaimana tidak menjadi gila.





Dia menjadi gila, tidak mungkin karena ingin menarik perhatian orang-orang, ingin bertemu dengan orang-orang yang ingin dia temui, jadi Carlson pun pergi menemui dia, apakah ada sesuatu yang penting dari ucapannya.





Carlson adalah seorang yang selalu melaksanakan tugasnya, dia bilang akan pergi menemui Daiva, dan di saat itu juga dia pergi tanpa menunda-nunda lagi.





Melihat Carlson tiba-tiba muncul di depan penjara itu, Daiva berlari-lari layaknya orang gila, tangannya mencoba meraih dan menangkap Carlson, tetapi Carlson mundur perlahan-lahan, dan dia hanya berhasil menangkap kehampaan didepannya.





“Carlson??” Daiva tidak lagi memanggilnya dengan panggilan tuan Carlson, hanya langsung memanggil namanya, “Apa kamu datang kesini untuk melihatku?”





Carlson tidak dapat melihat dengan jelas ekspresi dari Daiva, hanya dapat mendengar suaranya, dan Carlson tidak tahan dengan semua itu lalu menggaruk-garuk alisnya.





Hanya sedikit orang yang memanggil namanya secara langsung, orangtuanya memanggil dia Abraham, orang lain memanggil dia tuan Carlson atau lainnya, hanya Ariella yang sering memanggil dia “Carlson”.





Setiap kali dia mendengar Ariella memanggil namanya, dia selalu merasa suaranya itu jauh lebih enak didengar daripada musik terindah di dunia.





Tetapi saat ini, saat nama “Carlson” dilontarkan dari mulut Daiva, Carlson hanya merasa jijik dan menggelikan.





Dia mengerutkan dahinya, mundur selangkah lagi, menjauh dari wanita itu.





“Carlson, kamu datang untukku, pasti untuk melihatku, aku tahu kamu datang untuk melihatku, pasti benar.”





Daiva tiba-tiba tertawa, wajahnya berubah merah merona, dengan malu tersipu-sipu, seolah-olah dia telah melihat kekasihnya yang sudah lama ditunggu-tunggu.





Rupanya gila yang dikatakan Henry itu, ternyata memang segila ini.





Carlson tidak menatapnya lagi, berbalik dan berjalan pergi, dari belakang terdengar suara Daiva: “Tuan Carlson, saya punya cara menyembuhkan matamu.”





Carlson berhenti, membalikkan badan, mengucapkan sepatah kata dengan dingin: “Katakan.”





“Obat yang aku berikan, bukanlah hanya virus HDR, aku telah menambahkan obat lain kedalam obat ini.” Daiva kembali tertawa seperti orang gila, “Walaupun obat ini mampu mengatasi virus HDR, tapi itu mungkin tidak dapat sepenuhnya menyembuhkan racun yang ada ditubuhmu. Waktu tidak banyak, semakin kamu tunda, kamu mungkin tidak akan melihat lagi untuk selamanya.”





Carlson berkata dengan dingin: “Kamu berkata sebanyak ini, dengan harapan aku melepaskanmu?”





Daiva menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku hanya ingin kembali padamu, terus menjadi asistenmu, menangani semua tugas untukmu, hubungan kita masih adalah atasan dan bawahan. Aku tidak mempunyai maksud lain.”





“Hanya ini saja?” Carlson sedikit tersenyum, wajahnya terlihat memancarkan keindahan, tetapi disaat yang sama ada aura yang dingin, aura yang mengerikan.





Daiva memanggilnya kemari, tidak mungkin hanya dengan persyaratan ini, mungkin dia masih ada hal yang belum sepenuhnya dikatakan.





“Tentu saja aku masih ada syarat satu lagi.” Daiva menatap Carlson dengan kuat, menggigiti bibirnya, mengucapkan sepatah demi sepatah kata, perlahan-lahan dari mulutnya: “Suruh Ariella untuk pergi, dan jangan pernah kembali lagi.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK