Walaupun berakhir dengan tidak senang dengan Rico, tetapi Darwin mendapatkan hal yang penting dari Rico, petunjuk penting yang ia abaikan.
Bagaimana ia tidak kepikiran kalau Sandoro ada hubungan dengan Keluarga Shentul sekarang, bukan, bukan ia tidak pernah kepikiran, tetapi sebelumnya ia sudah pernah melacak identitas Sandoro dan sama sekali tidak ada hubungan dengan Keluarga Shentul.
Lagipula, didunia ini orang yang bermarga Shentultul sangat banyak.
Ternyata Sandoro adalah saudara kandung dari Darmawan yang juga memiliki kekuasaan dinegara A, berarti Efa juga memiliki hubungan dengan Keluarga Shentul.
Jari-jari tangan Darwin mengetuk dikursi, menyipitkan mata, dengan pandangan dingin menatap kearah luar jendela.
Hal ini lebih rumit dibandingkan yang ia pikirkan.
Apakah dia perlu memberitahu hal ini kepada Efa?
Sementara tidak perlu, setidaknya sebelum mendapatkan bukti jelas bahwa Sandoro itu memiliki hubungan dengan Keluarga Shentul alangkah baiknya untuk tidak memberitahu Efa dulu.
Sifat Efa yang terlalu mudah marah, sudah menjadi ibu seorang anak yang berusia tujuh tahun tetapi masih tidak pernah memikirkan akan berakhiran seperti apa.
Namun hal ini juga tidak sepenuhnya kesalahan dia, karena dia juga memiliki tanggung jawab karena masih memelihara temperamen Efa yang mudah marah itu.
Kalau saja dia mengurusi Efa, mungkin temperamen Efa sekarang tidak akan seperti ini. Bahkan beberapa tahun ini dia lebih tidak mengurusnya, malah diam-diam terus memprovokasi.
Ketika sedang berpikir, tiba-tiba ada telepon masuk, tanpa perlu melihat nomor, Darwin juga tahu bahwa yang menelepon adalah Carlson.
Dia bahkan tidak perlu membuka mata untuk melihat layar HP, berdasarkan perasaan mengangkat telepon: “Ngga perlu khawatir. Riella tak hanya anakmu, tetapi anak kesayangan kami semua. Kalau ada orang yang berani mengancamnya, aku pasti akan menghabiskannya duluan.”
“En.” Masih seperti gaya biasa Carlson, yang hanya akan memberikan suara pelan En, Darwin yang sangat mengertinya pun mengerutkan alis.
Darwin tidak puas dan berkata: “Abraham, kamu didepan aku ngga bisa ngomong lebih beberapa kalimat gitu? Bagaimanapun akau adalah Paman kandungmu!”
Carlsonpun menjawab dengan cepat: “Bisa.”
Darwin: “Abraham, kamu sengaja membuatku kesal ya?”
Bisa?
Ini adalah sikap bisa?
Alasan Carlson mengatakan kata bisa karena bisa kurang satu kata dari kata tidak bisa.
Carlson kembali berkata: “Aku ngga punya waktu untuk membuatmu kesal. Kamu masih ada sesuatu hal yang ingin dikatakan? Kalau ngga ada aku akan matikan teleponnya.”
Mungkin ujung kepala Darwin akan mengeluarkan api: “Abraham, ini sikap kamu memintaku untuk melakukan sesuatu?”
Dihadapan orang lain, bagaimanapun orang lain membuatnya marah, tidak bisa membuat Darwin marah sampai keubun-ubun, dia bisa mengatasinya dengan tenang, tetapi tidak dengan keponakannya, satu kalimat saja berhasil membuat dia kesal mampus.
Carlson masing dengan tenang menjawab: “Kamu tidak bersedia?”
Darwin: “……”
Oke, Dia akui memang dia sendiri yang sukarela.
Darwin kembali berkata: “Untuk saat ini ngga ada situasi yang lain, kalau ada situasi yang lain aku akan memberitahumu.”
Carlson tidak lagi bersuara, tetapi juga tidak mematikan telepon, seakan seperti dia belum mendengar informasi yang dia ingin dengar tetapi juga malas bertanya lebih banyak.
Menjadi puluhan tahun Paman Carlson, Darwin sangat mengerti dia lalu berkata: “Jangan khawatir. Riella baik-baik saja. Hari ini ia membawa Bibi kecil dan Diego pergi jalan-jalan.”
“En, kalau gitu aku akan matikan telepon.” Sudah mendengar apa yang dia dengar, Carlson tanpa menunggu panjang langsung mematikan telepon.
Darwin mendengar suara telepon dimatikan hanya bisa tertawa nangis.
Dulu ketika masih muda, dia bisa membuat dua orang marah, satu papanya dan satu lagi adalah kakak kandung perempuannya.
Sekarang yang mampu membuat dia marah ada dua orang, satu Abraham dan satu lagi Efa, dan parahnya mereka berdua adalah anak yang dijaga dan dibesarkan oleh kakak kandungnya sendiri.
Bukankah ini namanya karma?
……
Melihat Carlson yang mematikan telepon seperti itu, Ariella hanya bisa speechless sambil menggelengkan kepala: “Direktur Carlson, tahukah kamu, perbuatanmu tadi akan membuat Paman marah?”
Carlson mendongakkan kepala melihat Ariella, tanpa ekspresi berkata: “Dia ingin marah yah marah, hubungannya sama aku apa?”
Perkataan ini, hanya peduli ketika istri marah, tapi tidak peduli jika orang marah karena dirinya, dia sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal ini.
Ariella speechless dan kembali menggelengkan kepala: “Direktur Carlson, kamu ngga merasa cara kamu berbicara itu ada masalah?”
Memang Pak Carlson mereka tidak memiliki perasaan, tapi memiliki kepintaran yang tinggi, jangan-jangan dia bahkan tidak bisa membedakan perkataan seperti apa yang bisa membuat orang marah.
Walaupun Carlson sedang sibuk dengan pekerjaan yang ada, tetapi ia tak lupa untuk mendongakkan kepala sebentar untuk melihat Ariella yang sedari tadi ngoceh disamping: “Ada masalah apa?”
Ternyata dia benar-benar merasa tidak ada masalah.
Ariella dibuat bingung apakah dia masih harus melanjutkan pembahasan ini.
Carlson memegang tangan Ariella dan berkata: “Aku masih ada sedikit kerjaan yang perlu diselesaikan, kamu istirahat dulu saja, ngga perlu tungguin aku.”
Untung saja Ariella yang sedari tadi sedang ngoceh, kalau saja orang lain, mungkin sejak awal sudah dilempar keluar dari jendela oleh Direktur Carlson yang kaku ini.
Carlson memiliki sebuah keanehan yang dimana kalau dia sedang bekerja orang sekitar dilarang berbicara kecuali Ariella.
Karena selama ini Ariella selalu diizinkan berbicara ketika ia bekerja, maka Ariella tidak pernah tahu bahwa Carlson memiliki sebuah keanehan ini.
Ariella berkata: “Kamu minum dulu susunya.”
Dia memang sengaja mengantarkan susu hangat untuknya, ternyata kebetulan melihat dia sedang teleponan dengan Darwin, jelas-jelas dia yang meminta orang untuk melakukan sesuatu tetapi dia malah like a boss.
Pria ini, mungkin karena kelamaan berada diposisi atas, sehingga tidak tahu cara menghadapi orang yang lebih tua padanya seperti apa.
Carlson menyeruput habis susu yang disiapkan oleh Ariella lalu berkata: “Kamu kalau merasa ada sesuatu ketidakpuasan sama aku langsung ngomong aja, aku akan mendengarkannya dengan serius.”
Ariella berkata: “Aku mana ada rasa ngga puas sama kamu.”
Carlson menyengitkan alisnya: “Kalau ngga ada ketidakpuasan, kenapa hati kamu seperti sedang ada hal yang ngga disenengin?”
Ariella: “……”
Ini orang manusia atau bukan?
Dia tidak bisa merasakan kalau Darwin marah akan perkataannya, dia bisa menerka kalau hati Ariella sedang kesal.
Ketika Ariella sedang bengong, Carlson menarik dia duduk diatas pangkuannya dan memeluknya, menundukkan kepalanya untuk bermanja dileher dia: “Ariella, kamu tahu ngga seberapa aku menyukaimu.”
Karena menyukainya, maka ia bersedia menghabiskan seluruh waktu dan tenaga untuk mengenal dia lebih dalam, jadi hanya melihat ekspresinya saja ia dapat mengetahui isi hati Ariella.
Carlson tiba-tiba berbicara manis seperti ini membuat Ariella bengong dan terdiam, apalagi ketika melihat tatapan matanya yang menggairahkan, wajah Ariella tiba-tiba memanas dan merah.
Selama ini dia tidak pernah tahu cara untuk romantis dan manja, dia tiba-tiba berbicara seperti ini, jangan-jangan dia ingin melakukan sesuatu.
Memikirkan dia ingin melakukan sesuatu dengannya, wajah Ariella merah padam seakan baru saja diisi darah.
Dia berkata: “Ngga, ngga boleh!”
Carlson tertawa kecil: “Apanya ngga boleh?”