Karena mempertimbangkan keamanan Vanessa, apa yang dipertimbangkan Lourdes tentunya lebih detail daripada Miguel.
Tempat tinggalnya yang ada didaerah utara kota ini adalah hadiah orang tua Lourdes kepadanya ketika ia berumu delapan belas tahun, perumahan ini tidak ada didalam daftar aset keluarga Handaja, jadi hampir tidak ada orang yang tahu kalau mereka ada rumah didaerah ini.
Karena tidak ada orang yang tahu, dan rumah ini ada didaerah utara kota, jadi keamanannya sangat terjaga dan terrahasia.
Jadi sebelum Vanessa keluar dari rumah sakit, Lourdes menghubungi Miguel dan menggunakan namanya untuk mengantarkan Vanessa kedaerah ini.
Sebelum Vanessa tinggal disini, Lourdes sudah menyuruh orang untuk memperketat keamaMiguelsini untuk menghindari adanya informasi yang terbocorkan.
Lourdes mempertimbangkan dengan sangat baik semua yang berhubungan dengan keamanan Vanessa, dia sama sekali tidak boleh lalai, ia tidak mau menyakitinya lagi.
Lourdes sudah menutup teleponnya dan Vanessa juga sudah selesai mengganti pakaiannya.
Cuaca diluar cukup dingin, Vanessa menggenakan jaket bulu berwarna merah, ia membungkus tubuhnya yang mungil itu dengan baju bulu yang tebal itu.
Warna bajunya yang merah itu memberikan sedikit warna diwajahnya yang putih pucat itu dan membuatnya terlihat sangat cantik.
Dia bertanya: “Kita sudah boleh berangkat?”
Warna wajahnya cukup bagus, suasana hati Lourdes juga ikut menjadi baik, ia pun berjalan kededan Vanessa dan membantunya merapikan syal yang dikenakannya: “Sekarang kita sudah boleh berangkat.”
Sekarang mereka tinggal didaerah utara kota, tempat dulu dia berkencan dengan Lourdes adalah di Menara Cinta daerah selatan kota.
Mau berangkat dari daerah utara kota sampai kedaerah selatan kota butuh waktu yang cukup panjang, kalau ia mengendarai mobilnya sendiri dan kalau tidak macet itu mau memakan waktu kira-kira satu jam lebih.
Setelah mereka menaiki mobil, Lourdes membuka penghangat yang ada didalam mobil, lalu berkata: “Perjalanan ini lumayan jauh, kamu sandarkan kuris kamu dan tidur saja, nanti sudah sampai aku panggil kamu bangun.”
Vanessa menggelengkan kepalanya: “Tidak usah, aku tidak ngantuk.”
Masalah ada dua Lourdes yang tiba-tiba muncul membuat ia sangat bingung, bagaimana ia bisa tidut, tetapi ada baiknya orang yang ad disampingnya ini bisa membuat ia merasa tenang.
Lourdes membuka pintu mobil dan membiarkan Vanessa duduk disampingnya, dua orang itu secara bersamaan melihat kearah depan mobil dan tidak mengatakan apa-apa, didalam hati mereka masing-masing ada hal yang sedang dikhawatirkan.
Lourdes sedang berpikir bagaimana caranya ia bisa mengangkap orang itu, Vanessa masih sedang memikirkan laki-laki yang memiliki suara yang sama denga Lourdes.
Suara laki-laki itu adalah suara Lourdes, ia tidak mungkin salah mendengarnya…….tetapi kalau cuman suara saja yang sama masih mending, bagiamana kalau orang itu memiliki wajah yang sama dengan Lourdes?
Kalau begitu ia harus mempercayai siapa?
Berpikir sampai ke hal yang sangat penting ini, Vanessa baru menoleh dan melihat ke arah Lourdes yang sedang mengendarai mobil.
Ia sangat tidak terbiasa dengan wajah Lourdes yang ada disampingnya ini, dan juga wajah ini juga tidak setampan wajah Lourdes yang dulu, tapi kalau dilihat-lihat, wajah ini masih termasuk wajah pria yang tampan.
Sejujurnya, ia sudah memperhatikan dia beberapa hari ini, tidak peduli bagaimana ia melihatnya, ia sama sekali tidak bisa menemukan bayangan Lourdes diwajahnya, tetapi ia masih saja percaya kalau dia adalah Lourdes yang sebenarnya.
Saat dia tahu Vanessa sedang memperhatikannya, Lourdes menoleh dan melihat kearahnya: “Kenapa melihatku seperti itu, kamu mau mencari lubang diwajahku?”
Kata-kata yang keluar dari mulut Lourdes ini membuat Vanessa sedikit gemetaran, kata-kata yang sama, tahun itu, Lourdes juga mengatakan kata-kata ini kepadanya, dan terlebih lagi nada bicaranya juga sama persis.
Saat itu ia mengatakan kata-kata ini karena ia berjanji kepadanya kalau ia akan mengejarnya, dan ia memintanya untuk ketemuan.
Karena ia sedikit malu dan tidak berani melihat kearahnya, jadi ia hanya mengambil kesempatan ketika ia tidak memperhatikannya baru dia melihatnya, sekarang dia ketahuan dan apa yang dikatakannya sama seperti yang ia katakan dulu.
Benar, didalam satu tahun ini, perawakan orang ini bisa berubah seratus persen, tetapi sikapnya, cara ia berbicara, nada bicaranya itu sangat sulit untuk diubah.
Diwajahnya Vanessa sama sekali tidak bisa menemukan satu hal pun yang sama dengan Lourdes, tetapi setelah mereka bersama-sama beberapa hari ini, ia bisa membuat ia berasa kalau dia adalah Lourdes miliknya, karena apa yang ada didalam tulangnya itu tidak bisa diubah.
Dia adalah Lourdes yang sebenarnya!
Setelah ia menyimpulkan hal ini, Vanessa pun menghela nafas, dan seluruh tubuhnya terasa sangat tenang, hanya saja kalau ada Lourdes disampingnya, masih ada hal apa yang tidak bisa diselesaikan olehnya?
Jawabannya adalah— Tidak ada!
Hanya saja ia tidak tahu orang didalam telepon itu yang mau mengajaknya ketemuan itu siapa?
Dia ada maskud apa?
Apakah orang yang mau menghancurkan keluarga Handaja tahun itu?
“En, tidak bicara? Kamu beneran mau mencari lubang diwajahku?” Melihat ia yang malu, Lourdes juga tidak mengganggunya lagi, hati Lourdes merasa sedikit tidak enak.
“Tidak, aku hanya ingin melihat kamu seperti ini. Tidak melakukan hal yang lain, hanya dengan melihat kamu seperti ini, hati aku merasa sangat tenang.” Vanessa memberikan sebuah senyuman yang lembut kepadanya, hanya dengan sebuah senyuman yang lembut itu, ia sudah membuat Lourdes begitu tergila-gila sampai-sampai ia hampir menabrak mobil yang ada didepannya.
Dia langsung memutar stir mobilnya dan memberhentikan mobil itu disamping jalan, dan menyembunyikan wajahnya yang malu dari wanita yang ada disampingnya, lalu tanpa bisa menahan dirinya lagi Lourdes menjulurkan tangannya dan memegang wajah Vanessa : “Vanessa, kamu tahu kamu sedang bilang apa?”
Kali ini, Vanessa tidak lagi mengindar darinya ketika ia menyentuhnya, tetapi ia malah menjulurkan tangannya dan menggenggam erat tangan Lourdes: “Aku bilang karena ada kamu disampingku, hanya dengan merlihatmu, aku merasa begitu tenang.”
“Kamu……..” Vanessa tidak lagi meragukannya? Dia sudah lupa dengan luka yang dibuat oleh Lourdes kepadanya? Dia masih bisa mulai dari awal dan memberinya kesempatan?
Banyak sekali pertanyaan yang secara bersamaan keluar di pikiran Lourdes, sampai-sampai ia tidak berani mempercayai kata-kata yang baru didengarkan olehnya itu keluar dari mulut Vanessa.
“Apa yang aku katakan sangat aneh kah?” Vanessa menutupi mulutnya dengan tangannya dan tertawa, lalu berkata: “Ayo jalan. Kita pergi lihat dulu orang yang menelepon aku itu siapa dan lihat sebenarnya apa yang ia inginkan?
“Kamu tidak meragukan aku lagi? Lourdes dengan gugup menunggu jawaban dari Vanessa.
“Iya, au percaya padamu.” Vanessa menganggukkan kepalanya.
Setelah kata-pkata itu keluar dari mulutnya, Lourdes merasa sedikit gugup dan tangannya yang memegang stiur mobil itu pun begetar.
Ia sampai menekan terus stiru mobilnya dan membunyikan klakson mobilnya.
Vanessa akhirnya sudah kembali!
Akhirnya ia sudah kembali ke sisinya!
Melihat ekspresinya yang begitu keriangan, Vanessa pun tidak bisa menahan dirinya dan tertawa sambil menggeleng-gelnegkan kepalanya: “Jangan tekan lagi, kalau kamu menekannya lagi orang lain akan mengira ada apa-apa dengan mobil kita.”
“Baik, aku tidak menekannya lagi.” Lourdes melihat kearahnya dan tersenyum bodoh dihadapannya.
Ekspresi dan gaya Lourdes yang seperti ini lagi-lagi membuat Vanessa teringat dengan sebuah kejadaian diantara menereka waktu dulu.
Saat itu, Lourdes mengutarakan cintanya pada Vanessa dan Vanessa pun menerimanya. Ekspresi dan gayanya pada saat itu sama persis dengan gayanya saat ini, sangat bodoh, lugu dan lucu.
Lalu Vanessa berkata: “Kita masih harus pergi ke Menara .”
Lourdes menjawab: “Baik-baik, sekarang aku langsung jalan.”
Dia bilang dia akan segera jalan, tetapi metanya terus menatap ke arah Vanessa, dan jarak mereka semakin lama semakin dekat, dan ketita Lourdes hendak mencium bibrinya, Vanessa langsung menjerit: “Stop!”
Lourdes pun mundur denga ekspresi yang sangat malu, dan membuat kespresi wajahnya yang bermanja-manja padanya, seperti seorang anak yang meminta hadiah kepadanya.
Vanessa pun tidak bisa menahannya dan mengusap-ngusap kepalanya, kamu jangan nakal!
Tetapi ia juga tidak bisa berbuat seperti itu, lalu ia berkata: “Kita pergi urus masalah ini dulu. Setelah ini semua sudah selesai, kamu mau ngapain saja juga boleh.”