Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 266 Aku Menemanimu





Tidak tahu berapa lama waktu yang sudah terlewat,seolah -olah waktu sendiri telah berhenti, Carlson baru mengakhiri ciuman yang dalam dan manis ini.





Ariella dengan muka merah masuk ke pelukannya, jantungnya yang kecil berdegup kencang tanpa henti, dan dia dengan kepala tertunduk tidak berani menatapnya.





Bagaimana bisa pria ini menghentikannya berbicara dengan cara ini, apakah dia memperlakukannya seperti ini juga dulu?





Melihat Ariella yang tampak malu dan cantik, Carlson berada dalam suasana hati yang baik, dia menundukkan kepalanya dan mencium wajahnya, lalu memeluknya erat-erat di pelukannya kemudian memanggil namanya dengan suara yang rendah : “Ariella -”





“Iya?” Ariella dengan lembut menjawabnya dan menyandarkan kepalanya pada dada Carlson, dia masih belum berani menatapnya.





Carlson dengan pelan menaruh kepalanya di kepala Ariella dan berkata dengan pelan: “Aku tidak peduli apakah kamu bisa mengingat masa lalu, kamu hanya perlu mengingat masa sekarang, aku adalah suamimu, dan Riella kecil adalah anakmu. Kami akan selalu berada di sampingmu untuk menjagamu. ”





Ariella mendongak dari pelukannya dan dengan tatapan yang penuh kepastian dan lembut. Dia berbisik, “Carlson, jika aku tidak bisa mengingat masa lalu, aku tidak akan bisa percaya kepadamu sepenuhnya, apakah kamu mengerti?”





Sebelum dia tahu bahwa dirinya sendiri diracuni, dia selalu mendapatkan perasaan yang sama setiap kali menatap ayahnya, ayahnya yang baik dan lembut, dan sangat peduli padanya di mana-mana.





Dia sangat takut, dia takut kalau Carlson juga akan seperti ayahnya, yang hanya bersikap baik di depannya, tetapi di belakangnya … Dia masih bisa bertahan jika dikhianati sekali, tetapi dia tidak tahu apa yang akan dilakukan olenya jika dia dikhianati sekali lagi.





Jika sebelum dia memulihkan ingatannya sendiri dia harus mengalami pengkhianatan berulang kali, dia rasa dia akan gila.





“Itu tidak masalah. Tidak peduli berapa lama aku harus menunggu, aku akan menunggumu. “Dia tidak perlu Ariella segera percaya kepadanya sepenuhnya , selama dia bisa melindunginya dengan baik, dan tidak membiarkan orang lain menyakitinya lagi.





Dia selalu mengatakan bahwa itu tidak masalah.





Dia selalu mengatakan bahwa dia akan menunggunya.





Dia selalu berkata untuk percaya padanya.





Sejak dia melihat dirinya kembali ke Kota Pasirbumi untuk pertama kalinya, dia selalu diam-diam berada di sisinya untuk melindunginya.





Saat dia mengalami mimpi buruk, dia akan menariknya keluar dari mimpi buruk.





Ketika dia tidak tahu bahwa dirinya kecanduan narkoba, dia juga menemaninya untuk rehabilitasi.





Ketika dia tak berdaya, dia akan selalu menjadi orang pertama yang muncul di sampingnya, dan memberitahunya – Ariella, aku di sini!





Ariella, aku di sini!





Sungguh empat kata yang sederhana, tetapi benar-benar menenangkan.





Ariella menghela nafas dalam dan mengangguk, “Iya, aku akan bekerja keras.”





Dia akan berusaha untuk memulihkan kembali ingatan masa lalu, agar bisa kembali ke sisi ayah dan anak itu sesegera mungkin, kembali sebagai istri Carlson dan ibu Riella kecil, bukan kembali sebagai Ariella yang tidak punya ingatan masa lalu sama sekali.





Hujan masih turun dengan deras, dan petir yang menyambar sesekali, cuaca sangat buruk, tetapi itu tidak mempengaruhi suasana hati Carlson yang sedang baik.





Waktu sepertinya telah kembali pada saat dia dan Ariella baru menikah, mereka makan malam bersama setelah dia pulang dari kerja, setelah itu Ariella akan duduk di ruang keluarga dan menonton acara TV sementara dia sibuk bekerja di ruang belajar.





Meskipun percakapan antara kedua orang itu jarang terjadi, tetapi mereka tahu bahwa mereka saling berdekatan, dan pasangannya akan muncul kapan pun saat dirinya membutuhkannya.





Carlson yang berada dalam ruang belajar tidak sibuk dengan pekerjaan, tetapi sedang membaca email yang dikirim kepadanya oleh Ferdian.





Dalam email dari Ferdian tertulis bahwa mereka berhasil menemukan sejenis suntikan obat yang bisa membuat seseorang kehilangan ingatan mereka.





Jenis obat ini digunakan oleh militer negara A untuk menghadapi spionase militer. Setelah disuntik, tubuh akan bereaksi dengan keras, bisa menyebabkan korban suntikan terbunuh atau hilang ingatan.





Setelah obat ini disuntik, jika dalam tiga tahun korban tidak bisa mengingat kembali ingatan mereka, maka kemungkinan untuk mengingat kembali ingatan mereka akan kurang dari lima persen.





Militer negara A melakukan uji coba kepada mata-mata yang tertangkap. Dari percobaan yang dilakukan kepada 16 orang, delapan orang tewas, dan delapan orang hilang ingatan.





Persentase kematian dan kehilangan ingatan, masing-masing hampir mencapai 50%.Dengan kata lain, jika obat ini disuntikkan, ada kemungkinan 50% korban akan meninggal.





Di antara delapan orang yang kehilangan ingatan, mereka dibagi lagi menjadi dua kelompok untuk menjalani percobaan.





Kelompok peneliti membantu Empat orang di Grup A untuk memuluhkan kembali ingatan mereka dalam tiga tahun, dan setelah tiga tahun dua dari empat orang di Grup A berhasil memulihkan ingatan masa lalu mereka, dan dua yang lain kehilangan ingatan mereka selamanya.





Dan peneliti melakukan uji coba untuk menanam ingatan baru kepada empat orang di Grup B dalam tiga tahun, dan membantu mereka mengingat ingatan mereka yang asli setelah tiga tahun. Dan hasilnya tidak ada yang berhasil memulihkan ingatan masa lalu mereka.





Suasana hati Carlson yang baik hilang setelah membaca email itu. Dan matanya yang masih menatap layar komputer tampak seolah-olah Ashura terlahir kembali, Mouse yang dipegang di tangannya hampir dihancurkan olehnya.





Jika kakeknya terbukti menggunakan obat ini untuk Ariella, maka saat itu Ariella benar- benar di ujung hidup dan mati.





Carlson ingat Ariella pernah berkata bahwa dia sakit parah tiga tahun yang lalu dan terbaring di rumah sakit selama setahun penuh.





Artinya, alasan mengapa dia terbaring selama setahun di rumah sakit, melewati kehidupan yang tidak sebaik kematian, adalah karena obat ini.





Ketika terbawa dalam Carlson pikirannya, ponsel di mejanya bergetar beberapa kali. Dia mengangkat dan menjawab, “Apa lagi yang mau kamu katakan?”





Suara Ferdian terdengar dari ponsel: “Abraham, kami tidak bisa memastikan apakah Ariella disuntik dengan obat ini, jadi kita semua tidak bisa memberinya obat penawar secara sembarangan. Jika kamu ingin 100% pasti, aku pikir kamu menanyakannya langsung kepada kakek yang sangat kamu hormati itu.”





“Tidak peduli apakah dia disuntik dengan obat ini atau tidak, tujuan utama kita adalah memulihkan ingatannya. Masalah memastikan apakah dia disuntik dengan obat ini atau tidak, aku yang akan mengurusnya. ” Setelah mengatakan kata-kata itu, Carlson menutup telepon.





Dia menggengam telepon dan menelpon ke nomor telepon lain. Dia berkata dengan dingin, “Henry, atur orang-orang untuk meminta Kakek datang ke Pasirbumi.”





Setelah melakukan semua hal, Carlson meninggalkan ruang belajar dan mencari Ariella.





Ariella sudah mandi dan tidur, tetapi karena kecanduannya terhadap narkoba masih belum bisa terpenuhnya dihilangkan dia sama sekali tidak bisa tidur.





Dia menaikkan suhu AC sampai lima belas derajat dan kemudian membungkus dirinya dalam selimut. Suhu dalam kamar sangat dingin, tetapi dia tetap berkeringat dingin, dan piyama tipisnya sudah basah kuyup oleh keringatnya.





Dia merasa sangat menderita, membuatnya ingin menghancurkan semua barang di hadapannya, tetapi dia berusaha mengendalikan dirinya sendiri. Dia tidak ingin Carlson mengkhawatirkannya lagi.





Sudah lama sejak dia menggunakan obat dan Carlson menemaninya melewati hari-hari ini. Dia juga percaya bahwa dia pasti akan bisa bertahan dan berhenti dari kecanduan narkoba.





Ketika Carlson kembali ke kamar, dia melihat Ariella yang sedang menggigil di dalam selimut di atas tempat tidur, dan hatinya sangat sakit. Dengan suara serak dia memanggil namanya.





“Ariella -”





“Carlson, jangan ke sini, cepat keluar.” Dia tidak ingin dia melihat dirinya yang terlihat menyedihkan, dan tidak ingin meninggalkan kesan buruk kepadanya.





Carlson berjalan ke sisinya dalam dua langkah, memeluknya bersama dengan selimut, dengan lembut berkata: “Ariella, jangan takut, aku akan menemanimu.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK