“Bukannya kamu bilang kamu sangat cinta Carlson? Bukannya kamu bilang demi dia kamu akan melakukan apapun?” Daiva menatap Ariella, dan terus melanjutkan pertanyaannya, “Ariella, ini saatnya untuk menguji seberapa cinta kamu dengan dia.”
Ariella berdiri dengan tegak, mulutnya sedikit naik dan melihat Daiva dengan tersenyum, hampir tidak peduli dengan ucapan dia, bahkan Ariella seperti tidak mendengarnya.
Ariella tidak ada ekspresi apapun, Daiva juga tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh dia, lalu dia berkata: “Kesempatan Carlson untuk melihat kembali hanya ada satu, bisa atau tidak itu semua tergantung kamu. Sekarang kesempatan ini sudah ada di depan mata kamu, kamu tidak mungkin karena keegoisan kamu sendiri jadi kamu tidak bersedia membantunya kan.”
Daiva menggunakan cara radikal, Ferdian melihat Ariella sebentar lalu dia dia langsung berkata: “Daiva, kamu tidak usah menggunakan cara seperti ini, tidak akan berguna.”
“Hehe??. membawa seorang pembantu ya??.” tatapan Daiva yang tajam seperti pisau menatap Ariella dan berkata, “iya, saat kamu meninggalkan Carlson, mata Carlson akan sembuh, dan selanjutnya dia akan ada wanita lain, saat itu terjadi kamu hanya bisa tertawa melihat mereka, kamu tentu saja tidak akan bersedia.”
“Apa yang kamu bilang itu sangat benar, minta aku meninggalkan dia, aku tentu saja tidak akan bersedia.” ucap Ariella dengan senyum, “Daiva, apakah kamu puas dengan jawaban ini?”
“Kesimpulannya kamu itu egois, di dalam hati kamu itu hanya ada kamu, bukan dia.” semakin Ariella menghadapinya dengan santai, Daiva akan semakin menggila.
Dia menunggu di dalam selama ini, hanya untuk menunggu Ariella datang mencari dia, dia mengira dia sudah pasti menang, tapi ternyata dia kalah tanpa jejak.
Ariella bukannya cinta Carlson?
Jika dia mencintai dia, mengapa tidak bersedia meninggalkan dia agar Carlson bisa melihat kembali?
Daiva tidak mengerti dengan jawaban yang diberikan oleh Ariella.
Ariella berkata dengan lembut: “Justru karena hati aku ada dia, aku tahu aku itu sangat penting bagi dia. Kesakitan dia jika aku meninggalkan dia itu akan jauh lebih besar daripada matanya tidak bisa melihat.”
“Dasar kamu wanita jelek, kamu terlalu percaya diri. Kamu bahkan tidak bersedia untuk mencobanya, bagaimana kamu tahu kalau dia akan lebih sakit kehilangan kamu daripada buta? Kesimpulannya itu kamu terlalu egois, kamu tidak bersedia berbuat sesuatu untuk dia, kamu hanya ingin kamu bisa bahagia.” Daiva tahu yang diucapkan Ariella itu fakta, tapi dia tidak mau mengakuinya.
Ariella melihat Ferdian: “Bang, maaf kamu keluar sebentar ya.”
Ferdian khawatir: “Ariella.”
Ariella berkata lagi: “Ada beberapa hal yang aku mau bicara empat mata dengan dia.”
Awalnya dia minta Ferdian untuk berbicara baik-baik dengan Daiva, tapi karena Daiva terlalu keras kepala, maka dia ingin berbicara dengan sedikit langsung, singkat dan kasar pasti akan berguna untuk orang seperti dia.
Ferdian berjalan keluar, baru berjalan beberapa langkah dia membalikan kepalanya: “Aku tunggu kamu di luar, kalau ada apa-apa panggil aku.”
Ariella menganggukkan kepalanya: “Baik.”
Setelah Ferdian pergi, Daiva langsung berbicara: “Meminta orang keluar, tujuannya agar kamu bisa menunjukkan diri kamu yang sebenarnya kan?”
“Ya. Kamu benar lagi.” Ariella sedikit tersenyum lalu menggoyangkan kepalanya menghela nafas, “Kamu orang sepintar ini, kenapa masih tidak tahu kondisi sekarang itu seperti apa?”
Daiva tertawa: “Kondisi sekarang dengan aku hubungannya apa? Aku dikurung di sini, suatu hari juga akan mati di sini.”
Ariella mendekati dia, dia berkata dengan suaranya yang lembut itu: “Daiva, kamu tidak ingin Ibu kamu sampai tua nanti tidak bisa melihat kamu kan.”
Tiba-tiba mendengar Ariella menyebut Ibunya, muka Daiva langsung sedikit berubah, tapi dengan cepat kembali menjadi normal.
Dia bilang: “Ibu aku siapa akupun tidak tahu, jangan-jangan kamu tahu?”Ariella dengan santainya mengambil satu lembar daftar dari tasnya dan dilambai-lambaikan di depan Daiva: “Daiva, walaupun kamu tidak pernah menghubungi dia, tapi kamu setiap bulan meminta orang untuk transfer uang untuk dia, semua uang yang kamu transfer aku sudah cetak, kamu mau memastikan dulu tidak?”
“Ariella kamu sebenarnya mau apa?” Daiva menghampirinya seperti orang gila, dua tangannya memukul jendela, “Kalau kamu berani menyentuh dia, aku tidak akan lepaskan kamu.”
“Daiva, kamu juga ada orang yang kamu pedulikan, aku juga punya????” ucap Ariella dengan dingin dan dinginnya bisa membuat orang kedinginan, “Demi dia aku akan lakukan apapun. Walaupun nanti aku mati, aku bersedia masuk ke neraka.”
“Kamu gila.”
“Kamu saja boleh gila, kenapa aku tidak boleh gila? Kamu bisa menggunakan orang yang penting buatku untuk mengancam aku, aku kenapa tidak boleh belajar dari kamu?”
“Kamu??..” Daiva menabrak-nabrakan dirinya, dia berharap dia bisa menghancurkan pintu di depannya itu dan menghancurkan wanita yang ada di depannya itu, tapi bagaimanapun juga dia tidak bisa menghancurkan tembok di depannya itu. Saat itu, dia bisa merasakan dengan dalam, dia itu hanya burung kecil yang dikurung di dalam penjara, mati atau hidup, itu ada di tangan orang lain. Dia berteriak dengan histeris: “Ariella, kamu sebenarnya mau apa?”
Ariella menjawabnya dengan santai: “Aku mau cara untuk menangkal virus HDR.”
Mata Daiva memerah: “Aku bisa kasih ke kamu, tapi bagaimana aku tahu kamu tidak akan menyentuh Ibu aku?”
Ariella hanya membalas dengan santai: “Aku hanya mau cara menangkal HDR.”
Dari dulu dia hanya mau cara menangkal HDR dan tidak ada pikiran untuk menyakiti orang lain, tapi kalau untuk mendapatkannya dia perlu menyakiti orang lain, demi Carlson dia akan melakukannya.
Daiva menatap Ariella dan berpikir sedikit lama, lalu berkata dengan pelan: “Sebenarnya racun yang ada di dalam dia itu bukan HDR. Racun yang aku kasih ke dia ada campuran obat lain, jadi efek racunnya dari awal sudah terjadi perubahan, walaupun orang lain mampu membuat penangkal racun HDR, pasti juga tidak dapat menangkal racun yang ada di tubuhnya.”
Mendengar ucapan Daiva, wajah Ariella masih tersenyum santai, tapi kedua tangannya itu dikepalnya dengan keras, tapi api kemarahan di hatinya itu sudah menyala dan sedang berteriak??????
Daiva menghela nafasnya: “Kalau aku tidak menambahkan obat itu mungkin dia sudah mati, kalian harusnya berterima kasih sama aku.”
Ariella mengerutkan alisnya: “Aku tahu kamu itu mendambakan dia, kamu mau selalu ada di sisinya, kamu juga sudah berada di sisinya selama beberapa tahun, kamu sendiri yang mengkhianati dia, jadi kamu tidak bisa menyalahkan dia.”
“Iya, awalnya aku yang selalu ada di sisinya dan mendapatkan kepercayaannya, kalau aku tidak mendengar perintah dari Sandoro, kalau aku lebih cepat membuka identitas aku, seharusnya aku adalah orang yang akan selalu ada di sisinya.”
Dia itu orang yang disuruh oleh Sandoro untuk berada di sisi Carlson, bersama Carlson beberapa tahun, Carlson tidak pernah memperlakukan bawahannya dengan seenaknya, lalu dia dari awal sudah menjadi penggemar setianya dia, dan dia ingin selalu melayani dia.