Setelah melewati kejadian kemarin, Riella kecil akhirnya mengerti, kalau Ibunya ini memang benar Ibu kandungnya, ini Ibunya yang sudah kembali dari terbang di langit.
Dia juga mulai bisa menerima kenyataan kalau ia harus belajar di TK, dan mengenal banyak orang lagi, mengenal anak-anak yang usianya hampir sama dengannya.
Pagi hari, semua orang mengantarnya ke sekolah, dia melambaikan tangan dan berpamitan sampai jumpa pada semua orang, dan masih memberikan kissbye pada orang-orang.
Tentu saja, orang yang paling paling paling ia tak tega berpisah dengannya adalah Abang Hansel yang masih setia menanti di sampingnya, masuk TK pun juga seperti itu.
Abang Hansel tak hanya mengantarnya ke sekolah, masih menepati permintaan Riella kecil untuk bersama-sama mendengarkan pelajaran di kelas, dan bermain bersama.
Dan ketika di kelas mereka duduk seorang teman “Raksasa”, banyak anak-anak yang memperhatikan dari sisi kiri dan melihat-lihat dari sisi kanan, bahkan mereka pun ingin menyentuhnya.
“Dia adalah kakak ku sendiri, kalian tak boleh menyentuhnya! “Riella kecil menghalangi teman-temannya di depan Abang Hansel, menghalangi semua orang yang mendekatinya, seperti seolah-olah Abang Hansel miliknya sendiri, siapapun yang berani menyentuhnya, akan berurusan dengannya.
Melihat Riella kecil yang lucu seperti ini, Abang Hansel tak bisa menahan tawanya juga, lalu memeluk Riella kecil ke dekapannya, mencubit pelan wajah Riella kecil, ucapnya :”Riella tenang saja, Abang Hansel hanya lah kakak milikmu saja, kau tak membiarkan orang lain menyentuh abang, abang juga tak akan membiarkan orang lain menyentuhku.”
“Abang Hansel adalah Abang Hansel milik Riella, hanya boleh di sisi Riella dan melindungi Riella.” Dalam hati Riella, sudah menjadikan Abang Hansel segalanya baginya.
Abang Hansel adalah Abang Hanselnya, kakaknya seorang diri, dia tak membiarkan orang lain memeluk Abang Hansel nya ini, siapa yang memeluknya, dia pasti akan mencari dan melawan orang itu.
“Baiklah, Abang Hansel hanya akan melindungimu, dan membantu Riella melawan orang-orang jahat.” Jawab Abang Hansel lembut, sambil mengelus-elus wajah Riella kecil.
“Riella juga akan melindungi Abang Hansel.” Dia menegakkan badannya, dan berlagak seperti orang besar.
Karena ada Abang Hansel yang sewaktu-waktu menemani di sisinya, dia tak peduli apakah ia mengenal anak-anak lain atau tidak, dia sudah tak mempedulikannya lagi, mungkin bahkan Ayah Ibunya pun di taruh di posisi belakang juga.
Mengenai Ayah Ibu Riella, anaknnya memang tak membuat mereka khawatir, tapi mereka pun juga tetap tak bisa tenang-tenang saja.
Hari ini Ariella belajar dengan lavn cukup lama, setelah pulang dia kembali mengunci dirinya di kamar dan melanjutkan gambarnya, sibuk dengan design gaun yang ia buat, dan tak punya waktu untuk memperhatikan Carlson juga.
Dia bisa seserius ini, bukan merancang untuk orang lain, melainkan untuk 3 gaun yang akan dipakai anggota keluarga sendiri, setelah ia belajar dengan tekun, muncul ide-ide baru darinya, dan bisa membuat suatu hal baru yang lebih kreatif lagi.
Carlson pun juga sama dengannya, pagi hari pergi ke Aces untuk mengurus suatu hal, siang hari pulang makan dengan Ariella di rumah.
Setelah makan Ariella sibuk dengan designnya, dan tak punya waktu untuk menemani Carlson, dan Carlson diam-diam mengambil hp Ariella sambil menunggu orang misterius itu menelepon lagi.
Bisa dibilang kebetulan juga, baru saja Carlson duduk tak lama, hp Ariella di sebelahnya berdering, dan terlihat nomer yang misterius tak bernama.
Setiap kali orang misterius ini menelepon, selalu menggunakan nomer telpon yang sudah di aktifkan beberapa tahun yang lalu, dan setiap nomer itu tak ada history telponnya, hanya saja dipotongkan per bulan untuk biaya penggunaan nomer.
Carlson menerimannya, dan dengan cepat berkata :”Kau tak usah menyembunyikan identitas mu lagi, aku sudah tahu siapa kau. Aku ingin mengajakmu keluar, bagaimana menurutmu?”
Setelah ia selesai berbicara, orang disana juga terdiam lama, dan Carlson berkata lagi :”Kau menelepon hanya untuk mendengar suara Ariella. Jika kau hanya mendengar suaranya, apa kau sudah puas? Apa kau tak ingin berkenalan dengan keluarganya? Tak peduli dengan identitas apapun kau hidup di dunia ini, setidaknya kau bisa mendengar anakmu sendiri mengucapkan sepatah kata Ayah.”
Setelah berkata seperti ini, Carlson berhenti sejenak, dan memberikan waktu untuk lawan di telponnya itu merenung, dan di saat yang sama menanti jawaban lawan bicaranya itu.
“Apa yang kau katakan, aku sama sekali tak paham.” Lawan bicaranya hanya menjawab demikian, lalu dengan cepat memutus telpon.
Mendengar telponnya di tutup, Carlson menaikan kacamatanya yang sudah turun ke hidung, lalu ia memejamkan mata sesaaat, ia sedikit kesal, karena Fernando tak mau mengakuinya.
Fernando sudah hidup dalam penyamarannya bertahun-tahun seperti itu, dan dia melakukan beberapa hal di belakang Ariella, yang ia takutkan adalah dia takut dia akan meninggalkan jalannya sendiri sejak awal, jadi untuk mengakui identitas aslinya, pasti bukanlah sebuah hal yang mudah baginya.
Asalkan Fernando setuju bertemu dengannya, pasti ia punya cara untuk membuat identitasnya yang baru, selain Ariella, tak akan ada orang yang mengenali identitas aslinya.
Dia merencanakan seperti itu, tapi bagaimana caranya agar bisa membuatFernando percaya 100% padanya, ini juga bukanlah suatu hal yang mudah.
“Tuan Carlson, kau sedang sibuk apa?” Ariella berjalan masuk dan membawa draft design yang baru saja direvisinya, dan ingin memperlihatkan pada Carlson, ia ingin tahu apakah Carlson punya saran untuknya.
“Ehm, tak peduli sesibuk apa juga tak ada yang bisa dibandingkan denganmu.” Jawab Carlson sambil tersenyum, dan berkata :”Ada hal apa yang perlu kubantu?”
Ariella menyodorkan design nya ke meja, katanya: “Aku ingin meminta bantuan presiden untuk membantuku, coba kau lihat dari gambar ini di bagian mana yang masih kurang?”
Carlson menarik Ariella, ke dalam dekapannya, lalu menundukkan kepala dan berbisik di telinga Ariella: “Presiden dari dulu tak melakukan suatu hal yang tak ada benefit untuknya, kalau kau ingin ia membantumu, coba kau pamerkan poker chips dulu padanya dan biarkan ia melihatnya.”
Ariella mengedipkan matanya, dan kaget lalu berkata :”Ah, bukankah kau sudah menerimanya dari awal? Bahkan yang besar pun, kau masih tak puas, kalau begitu aku juga tak berdaya lagi.”
“Kau mengirimkan poker chips kah?” orang semacamnya ini, bagaimana tak tahu?
“Riella kecil dan aku lah.” Jawab Ariella sambil tersenyum,”Menurutmu poker chips ini bagiamana? Apa tak cukup besar?”
“Hem, presiden sangat puas dengan poker ini.” Lalu Carlson mencium wajahnya sebentar, jawabnya lagi,” Jadi presiden memutuskan, selain membantumu melihat draft mu, akan memberikan padamu sebuah kado lagi.”
“Kado apa lagi?” jawab Ariella sambil mengedip-ngedipkan matanya, berbinar-binar menantinya.
“Aku.” Jawab Carlson sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Kamu? Bukankah dari awal kau sudah memberikan dirimu padaku. Apa maksutnya memberikannya sekali lagi?” Ariella juga pernah sekolah, orang lain menipunya ia juga tahu hal itu, mana mungkin ada hadiah yang diberikan 2 kali.
Carlson memasang raut wajah seprti anak kecil:”Dulu yang aku berikan hanya orangnya, sekarang kuberikan semuanya, aku adalah milikmu, semua milikku juga adalah milikmu.”
“Kalau begitu aku tak bisa menerimanya.” Ariella mendorong lagi gambarnya,” Tolong tuan bantu aku melihatnya dulu, aku selalu merasa ada sesuatu yang belum pas, tapi aku tak tahu dimana letak ketidak beresan itu.”
Carlson mengambil gambar dan dengan serius memelototkan matanya, pandangannya sudah cukup serius, tapi ia juga merasa gambarnya ini tak ada masalah apa-apa.
Katanya:”Tak ada masalah.”
Ariella hanya menyemberutkan bibirnya :”Harus menemukan dimana letak tak beresnya, jadi baru bisa ada kemajuan, kau tak boleh menghiburku, dan tak mengatakan apapun.”
“Memang aku melihatnya tak ada masalah apa-apa. “Carlson tak begitu paham dengan design-design seperti ini, design yang dibuat istrinya bagus-bagus saja, tak ada masalah apapun.