Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 376 Dia Yang Naif





“Dan lagi, Tuan muda ketiga adalah anak dari Presiden. Tidak sulit untuk memalsukan identitas. Jika ingin orang menyelidikinya maka akan sulit.” Rico tertawa dengan begitu sombong dan minta ditinju.





“Kalian tidak membuat masalah di Kota Pasirbumi, aku bisa menutup mataku. Jika kalian bertindak macam-macam, aku tidak peduli siapa kalian.”





Selesai mengatakan ucapan itu, Darwin langsung berkendara pergi, juga tidak tahu apa dia tidak ingin pemikirannya terpapar di hadapan Rico.





Rico melihat kepergian Darwin, setelah sekian lama baru menarik kembali pandangannya, dia tersenyum pelan, tersenyum dengan percaya diri dan jahat.





Efa.





Ada kontrak pernikahan di antara mereka, dan juga mereka dijodohkan oleh kedua pihak orangtua, dia tidak akan pernah menyerahkan Efa pada orang lain.





Rico mendongak, dari posisi ini kebetulan bisa melihat jendela kamar Efa, Darwin bisa memutar dari pintu masuk utama ke sini, sepertinya dulu dia sudah sering berada di bawah untuk menjada Efa.





Rico memandang ke jendela dan duduk untuk beberapa saat, kemudian baru pergi.





Tak lama setelah Rico pergi, Darwin yang sudah pergi sejak tadi kembali mengendarai mobil hitam militernya ke sini.





Sama juga, tatapannya masih terpaku pada salah satu jendela di lantai 29.





Betapa Darwin berharap orang yang ingin dilihatnya itu akan berjalan ke balkon, agar dia bisa melihat sosok itu.





Tapi, Darwin duduk di lantai bawah selama 2 jam, Efa bahkan tidak berjalan ke arah balkon seperti yang Darwin harapkan.





……





Setelah kembali ke rumah, Efa meringkuk di sofa di ruang tamu, kedua matanya terpaku melihat ke suatu tempat, sekian lama tidak mengerjapkan mata.





Dia meringkuk menjadi gumpalan, kedua tangannya memeluk lengannya sendiri dengan erat.





Dia tidak menyalakan AC di ruangan itu, cuacanya sangat panas, tapi dia merasa sangat dingin, dingin hingga membuat sekujur tubuhnya menggigil.





Dia merasa seperti anak terlantar, tidak bisa menemukan jalan pulang, dan lagi dirinya benar-benar sudah tidak memiliki keluarga.





Dia terus berada dalam postur yang sama dan tidak bergerak sama sekali, kedua kakinya sudah mati rasa karena sirkulasi darah yang buruk, tapi Efa seakan tidak bisa merasakannya.





Tubuhnya mati rasa dibandingkan dengan hatinya yang mati rasa, itu benar-benar bebeda sangat jauh.





Efa ingin berpura-pura tidak terjadi apa-apa, kembali ke negara A tanpa memikirkan apapun.





Tetapi begitu sampai di rumah, ketika menenangkan diri seirang diri, hal-hal yang tidak ingin dia pikirkan semuanya muncul di benaknya.





Ayah dan Ibu Carlson, mereka selalu mencintainya dan mengganggap Efa sebagai putri kandung mereka sendiri.





Ibunya selalu suka membelai kepalanya, dengan lembut berkata kepadanya: “Efa, Ibu sangat berharap kamu tidak tumbuh dengan begitu cepat, kamu bisa tinggal selama beberapa tahun lagi di sisi Ibu. Ketika Ibu merindukanmu, maka bisa melihatmu kapan saja. ”





Ayah juga sama, sering berkata kepadanya: “Efa adalah seorang gadis, anak gadis harus berpendidikan.”





Ketika Efa membuat masalah, Ayah berkata kepadanya: “Karakter anak laki-laki akan lebih baik jika sedikit tenang. Karakter anak perempuan itu harus lebih hidup, anak yang lebih ceria akan lebih disukai.”





Tidak peduli bagaimanapun Efa membuat masalah, agar tidak membiarkan Kakaknya yang kaku itu menghukumnya, Ayah akan selalu memikirkan cara untuk membantunya, dan setiap kali yang akan marah adalah Kakaknya yang kaku itu.





Tapi Kakaknya yang kaku itu tidak benar-benar marah padanya, karakter kakaknya yang dingin itu memang tidak terlalu dekat dengan siapa pun.





Dari masa kanak-kanak sampai dewasa, dia dididik menjadi anak laki-laki sesuai dengan ajaran keluarganya, pertama, dia harus benar-benar disiplin.





Jadi ketika Kakaknya melihat bahwa Efa selalu membuat masalah, Kakaknya pasti akan menggunakan pelajran yang telah dia pelajari padanya. Tetapi setiap kali Kakaknya tidak benar-benar ingin menghukumnya, tapi hanya menakuti Efa saja.





Efa masih ingat ada satu kali, Efa tidak sengaja jatuh, lututnya sobek dan sedikit berdarah, itu tidak serius.





Tapi Kakaknya yang kaku itu tidak tega padanya, menggendongnya kemudian bergegas ke Dokter.





Karena Kakaknya marah, jadi dia mengganti semua orang yang berada di samping Efa, kemudian menggantikannya dengan Rory yang sangat bawel tak tertandingi.





Meskipun Efa biasanya mengatai Rory begitu bawel, tapi ketika berpikir dia akan meninggalkan Kota Pasirbumi dan mungkin tidak akan bertemu lagi di masa depan, dia juga tidak rela.





Rory memang bawel, tapi dia sangat berhati-hati dalam pekerjaannya, selama itu adalah urusan Efa, maka dia akan melakukan semuanya dengan baik dan Efa tidak perlu khawatir sama sekali.





Dan masih ada Riella kecil, anak kecil itu juga Efa tidak rela meninggalkannya.





Ketika Riella kecil lahir, Ibunya tidak ada di sampingnya, Efa menganggap dirinya sebagai Ibu Riella kecil dan menyayanginya.





Efa melihat Riella kecil dari bayi, dari dia masih begitu kecil hingga perlahan-lahan tumbuh.





Begitu memikirkan tidak akan bisa bertemu lagi dengan anak kecil yang lucu itu, hati Efa terasa sakit.





Tidak tahu bagaimana keadaan Riella kecil?





Apa Kak Hansel merawatnya dengan baik setelah menyelamatkannya? Apa pengalaman ketika diculik akan meninggalkan trauma dalam ingatannya?





Dan lagi Kakak iparnya yang lembut dan baik itu, Kakaknya tertembak dan masih dalam keadaan koma, Riella kecil juga baru saja diselamatkan, bagaimana dia bisa menanggung begitu banyak?





Efa sangat ingin melihat kondisinya, sangat amat ingin melakukan apa yang bisa dia lakukan, tapi memikirkan semua itu disebabkan oleh kakeknya sendiri, dia mana mungkin punya muka untuk ke sana.





Dalam kelinglungan ini, Efa duduk dari pagi hingga malam hari.





Di luar jendela, lampu sudah menyala, kamarnya tidak menyalakan lampu, bahkan menjadi lebih sunyi dan mengerikan.





……





Tahu bahwa orangtua Carlson akan datang, mereka informasi kapan pesawat mereka tiba di Bandara Kota Pasirbumi, Ariella kemudian bersiap.





Dia mengatur sopir Carlson untuk menjemput di bandara, kemudian menelepon pelayan di rumah meminta mereka mengatur kamar sehingga Ayah dan Ibu Carlson bisa beristirahat di rumah.





Segala sesuatu yang bisa dipikirkan dan harus dilakukan, Ariella sudah sebisa mungkin memikirkannya, berharap dirinya bisa menjadi menantu perempuan yang cocok.





Di malam hari, Ayah dan Ibu Carlsin bergegas ke rumah sakit.





Setelah terbang selama lebih dari 10 jam, tubuh Ibu Carlson hampir tidak dapat betahan, tapi mereka tidak kembali ke rumah, mereka langsung datang ke rumah sakit dari bandara untuk melihat Carlson.





Bagi seorang Ibu, kondisi tubuh diri sendiri tidak jauh lebih penting daripada kondisi tubuh putranya, jika dia tidak melihat Carlson baik-baik saja, maka jika pulang pun dia tidak bisa tidur.





Karena kondisi tubuh Ibu Carlson tidak baik, Ayah Carlson tidak memberitahunya apa yang terjadi ketika menerima telepon tadi malam, hanya mengatakan bahwa Carlson ingin mereka kembali ke Kota Pasirbumi untuk melihat-lihat.





Ketika pesawat mulai mendarat, Ayah Carlson baru mengatakan alasan sebenarnya kepada istrinya.





Begitu mendengar Carlson terluka, Ibu Carlson hampir pingsan dalam pelukan Ayah Carlson.





Ibu Carlson sangat marah hingga tidak mempedulikan Ayah Carlson, putra mereka mengalami masalah, tapi dia malah tidak memberitahunya, dan menyembunyikan darinya begitu lama.





Dia tahu, suaminya tidak mengatakan kepadanya demi kebaikannya, tapi Carlson adalah anak mereka, dan lagi kondisi tubuhnya juga tidak seburuk yang dia kira.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK