“Efa, terima kasih!” Walaupun tidak ingat Efa, tapi Ariella bisa merasakan Efa dengan tulus peduli kepadanya dan Riella.
“Kalian sudah pulang, kalau begitu aku balikkan Riella, aku mau pergi main.” Efa berkata lagi.
Dia memang selalu berbicara seperti itu, Carlson lalu berlata: “Bawa Rory!”
“Terima kasih, tapi kamu jaga kakak ipar dan Riella saja, aku sudah besar.”
Efa berkata dengan nada bercanda, tadi disaat dia mendengar Riella berkata kalau mamanya sudah pulang, dia seharusnya senang tapi malah tidak tahan dan sedih.
Riella menunggu 3 tahun lebih, sudah umur segitu baru tahu rasa memiliki mama, ini semua karena siapa?Belakangan ini Efa sangat malas, bukan malas juga, tapi dia ingin mengembangkan karir aktingnya. Managernya ada berikan beberapa skrip yang mirip dengan yang dulu tapi dia menolak semuanya.
Dia lebih memilih peran orang jahat, tidak apa-apa bukan peran utama, daripada peran yang sama terus.
Hidup hanya beberapa puluh tahun, buat apa mempertahankan hal yang tidak akan berubah, harus terus menantang diri agar hidup lebih berwarna.
Tentunya Darwin adalah pengecualian, dia sudah memilih orang itu. Dalam seumur hidup ini ada pria seperti itu yang dia pertahankan pun dia senang.
“Polaris, kamu mau kemana?” Efa duduk di belakang mobil tanpa berusara, seperti sedang ada pikiran, Rory menunggu sedikit lama baru bertanya.
“Kemana saja boleh.”Ini pertama kalinya Efa tidak tahu mau kemana.
Baru saja hujan berhenti, dan cuaca sudah cerah, tapi dia tetep merasa tidak nyaman.
Bukan tidak nyaman, hanya merasa hampa, tidak tahu harus kemana.
Kakak menunggu 3 tahun dan kakak ipar pulang, kalau dia?
Dia mengejar begitu lama, Darwin hanya disampingnya, tapi dia tidak bisa sentuh, berkali-kali ditolak, berkali-kali lihat dia menjauh.
Dia orang yang sangat percaya diri saja mulai meragukan, meragukan kalau Darwin sudah berumur tapi tidak menikah karena dihatinya ada orang lain, bukan karena dia.
Tetapi itu hanya sesaat, Efa dengan cepat semangat lagi, berkata: “Rory, aku suruh siapkan obatku sudah disiapkan belum?”Rory: “Polaris, kamu mau obat seperti itu untuk apa?Efa melototi dia, dengan galak berkata: “Kamu ikuti saja permintaanku, buat apa tanya begitu banyak?”Rory sedikit lamban tapi juga memberikan kepadanya: “Obat ini tidak baik, kamu jangan asal kasih orang.””Kepo.” Efa mengambil obat dan pukul kepala Rory,”Aku sadar kamu semakin lama semakin cerewet, Kalau begini terus kamu bagaimana cari istri?”Rory: “…”
Disaat Efa bosan duduk berdiri, dan berbaring, tiba-tiba ada telfon dari nomor asing.
Biasanya dia tidak angkat telfon dari nomor asing, tapi karena dia hari ini sangat bosan, jadi dia mengangkatnya.
Setelah telfon terhubung, suara pria terdengar dari telfonnya: “Polaris, aku ingin ajak kamu minum kopi, apakah kamu mau?”
“Brengsek, kamu masih berani telfon aku, tidak takut dibunuh?” Efa sangat pendendam, jadi mendengar suara ini saja dia sudah tahu siapa.
Malam itu, anak dari walikota Tuan Muda Rico, tampang lumayan, tapi ternyata melakukan seperti itu.
Efa baru saja berpikir cara balas dendam, orang itu sudah datang sendiri, mana ada alasan untuk dia tolak ajakkannya.
Tentu tidak ada!
Memberikan dia obat, pas-pasan dia mendapat obatnya, biarkan dia rasakan perasaan dikasih obat.
Efa tertawa terbahak-bahak: “Tuan Muda Rico baru saja mengajak aku minum kopi, aku benar-benar tersanjung, mana mungkin aku menolakmu.”
“Nona Polaris, kamu mau minum kopi denganku seharusnya aku yang tersanjung.” Di dalam telfon, pria ini terdengar sangat senang.
“Kamu berlebihan.” Efa berkata dengan sungkan tapi memutarkan bola mata, dalam hati berpikir: “Hari ini akan kuberitahu rasa tersanjung.”
Setelah telfon berakhir, Efa mendapat sms darinya, dan dia menyuruh Rory mengantar dia ke tempat tujuan.
Tuan Muda Rico mengajak dia bertemu di pusat kota, cafe nya juga biasa merupakan standar sejuta umat.
Rory tidak tahu kejadian lalu, Efa juga tidak berikan dia ikut, dia juga tidak memaksa, jadi dia menunggu di mobil.
“Polaris, sini.” Baru saja masuk cafe, Efa sudah melihat Tuan Muda Rico.
Dia secara reflek menurunkan topi, berharap tidak ada yang mengenali dia, kalau tidak penggemarnya akan datang.
“Maaf membuat Tuan Muda Rico menunggu lama.” Dalam hati Efa tidak merasa bersalah.
Duduk didepan Tuan Muda Rico dan berkata: “Tolong pesankan Mocha latte tanpa gula.””Tidak tahu apakah ini takdir, aku barusan pesankan kamu itu.”
Tuan Muda Rico melihat Efa dengan senyum berkata, sama sekali tidak mirip dengan pria malam itu.
“Tuan Muda Rico percaya takdir?””Kenapa tidak?””Polaris, kamu selalu suka berikan aku kejutan, dan beda dengan wanita lain.” Tuan Muda Rico menaruh tangan dibawah dagu, menatap Efa dan berkata.
Tampang pria ini tidak buruk, ditambah terus memberi tanda, bisa dibilang tidak ada perempuan yang bisa tahan, tapi ini tidak berguna untuk Efa, dia memainkan rambut yang sedikit keriting, lalu berkata: “Aku juga merasa aku beda dari wanita lain. Tuan Muda Rico harus hati-hati, jangan sampai jatuh cinta, aku sudah ada orang yang kusukai.”
“Aku tidak akan jatuh cinta, aku hanya mau kamu.” Pria itu mendekati Efa.
Omongan seperti ini pun dibicarakan begitu jelas, tapi Efa siapa, demi mendapatkan Darwin dia sudah tidak tahu malu.
Dia masih senyum dengan tenang, dan juga dekati Tuan Muda Rico: “Kalau begitu harus liat kamu ada kemampuan atau tidak.
Tetapi, Efa tidak tahan dan merasa jijik, mengapa dia sangat puas kalau bicara seperti ini dengan Darwin, kalau pria ini membuat dia ingin muntah.
Tunggu saja, dia akan rasakan diberi obat, biar dia tahu siapa orang ketiga yang tidak boleh diganggu di Pasirbumi.
Kalau Carlson dan Darwin adalah 2 orang pertama, dia adalah ketiga.