Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 157 Lahiran Yang Tidak Tertahankan





Tangan Ariella yang gemetaran memegang alat tes kehamilan itu, berusaha sangat lama baru akhirnya bisa menenangkan suasana hati dia.





Tidak bisa, mungkin saja alat tes kehamilan bisa salah waktu kita pakai, Ariella masih mau pergi periksa ke dokter, harus yakin seratus persen baru boleh beritahu Carlson.





Ariella menolak Carlson untuk mengantar dia pergi ke kantor, karena Ariella ingin pergi ke rumah sakit.





Sesampainya di rumah sakit, dan setelah menunggu sangat lama, akhirnya gantian giliran Ariella, setelah diperiksa, dokter secara pribadi memberitahu dan memastikan Ariella bahwa dia sudah hamil, Ariella sangat gembira dan dengan bahagia meneteskan air mata.





“Ibu, apakah kamu lihat? Ariella sudah punya anak sendiri, ibu sudah ada cucu. Andaikan ibu ada di sini, ibu pasti sangat senang.”





Ariella berdiri di pintu depan rumah sakit, menatap ke langit, mulutnya berucap-ucap sendiri, seolah-olah dapat melihat ibu Ariella sedang tersenyum kepadanya.





Ariella masih terendam di dalam kebahagiaan, teleponnya tiba-tiba berdering, Ariella melihat yang menelepon dia adalah nomor asing, setelah menerima telepon masuk, yang menelepon dia adalah asisten kakek Carlson, mengajak dia untuk bertemu.





Mendengar bahwa itu adalah asisten kakek Carlson, Ariella pun tidak berpikir banyak lagi.





Ariella menelepon Puspita untuk mengabarkan bahwa dia akan pergi ke kantor nanti, sekaligus memanggil taksi untuk ke tempat tujuan.





Akan tetapi, Ariella tidak pernah terpikirkan, ketika dia sampai di tempat tujuannya, orang yang dia temui adalah kakek Carlson.





Kakek Carlson bukannya sudah pulang ke Amerika kemarin?





Kenapa bisa tiba-tiba muncul di sini, apalagi ngajak untuk ketemuan?





Sebuah firasat buruk muncul dalam hati secara tiba-tiba, dia mengenggamkan tangannya dengan gugup berkata: “Kakek…..”





“Duduklah.” Kakek Carlson menunjuk ke posisi di seberang, nada bicaranya tidak beda dari dulu, tetapi ekspresi wajahnya sangat serius.





“Kakek, anda cari aku ada apa?” Ariella dengan gugup menelan air ludah, dengan hati-hati bertanya.





“Kamu lihat-lihat dulu ini.” Kakek Carlson sekali buka suara, asistennya langsung segera memberikan sebuah folder.





Ariella menatap kakek Carlson, dengan suasana hati yang gelisah dia membuka folder tersebut, setelah melihat halaman pertama, Ariella tidak membuka halaman selanjutnya lagi, dan angkat kepala melihat kakek Carlson: “Kakek, anda investigasi aku?”





Kakek Carlson dengan tenang mengatakan: “Bukan aku yang investigasi kamu, berkas ini sudah diperiksa sebelum kamu menikah.”





“Dia sudah periksa?” tiba-tiba mendengar kabar seperti ini, hati Ariella sedikit bergetar, jantung seperti ditarik oleh sebuah tali, hampir kehabisan nafas.





Namun setelah dipikirkan lebih teliti, pada saat itu Carlson pun tidak kenal dengan dia, Carlson tidak tahu apa-apa tentang Ariella, malah memutuskan untuk menikah dengannya, bahkan setelah memeriksa tentang Ariella.





Meskipun mendapat kabar bahwa masa lalu Ariella pernah ada masalah yang tidak enak dipandang, namun Carlson tetap memilih untuk percaya kepada Ariella, tidak banyak yang harus dipertimbangkan dari Ariella.





“Kamu buka halaman selanjutnya, lihatlah isi yang ada di belakang.” kata kakek Carlson sekali lagi, suaranya yang selalu tenang, yang kedengarannya seperti seorang kakek yang bijak.





Ariella tidak ingin lanjut membukanya lagi, menarik nafas dengan perlahan, berkata: “Kakek, aku tidak tahu apa maksud kakek membiarkan aku melihat semua ini?”





“Kamu lihat lagi. Jika sudah selesai lihat, kita baru bicarakan lagi.” Kakek Carlson menunjuk-nunjuk ke wajah Ariella, yang bagaikan mata obor jatuh menyinarinya.





“Aku tahu semua ini, tidak perlu melihatnya lagi.” Ariella mengepalkan tangannya, lalu berkata lagi, “Apa yang ingin anda katakan silahkan langsung beritahu aku saja.”





Berkas ini kebanyakan tentang masa lalu Ariella, tentang keluarganya, pokoknya semua orang sudah tahu tentang masalah yang tidak enak dipandang ini, Carlson pun sudah tahu, Ariella tidak merasa hal ini adalah hal yang perlu dilihat lagi.





Akan tetapi, kakek Carlson tetap bersikeras, dan berkata lagi: “Halaman depan kamu tidak perlu lihat, yang penting kamu lihat beberapa halaman belakang, kita bicarakan lagi setelah kamu selesai lihat.”





Karena kakek Carlson sangat bersikeras, Ariella akhirnya pun melihat apa yang ada di halaman belakang berkas itu, jadi dia mulai membukanya lagi.”





Ketika Ariella melihat isinya dengan baik-baik, muka dia yang awalnya merona merah mendadak berubah menjadi sangat pucat, bagaikan selembar kertas yang seakan-akan bisa robek bila disentuh.





Tidak! Tidak! Tidak!





Ini tidak mungkin! Pasti tidak mungkin!





Ariella memejamkan matanya, dia tidak bersedia untuk melihatnya lagi, dia ingin percaya bahwa yang dia lihat itu tidak benar.





Akan tetapi, kenyataan itu selalu begitu kejam, ketika dia kembali melihat berkas itu setelah menenangkan dirinya, yang dia lihat ternyata tetap sama.





Ibunya tidak pernah melewati sehari pun hari yang indah, tidak hanya menerima kekerasan dari binatang itu Zeesha, lebih parahnya lagi—-





Keterlaluan!





Zeesha lebih rendah dari binatang, kenapa dia tega melakukan hal yang memalukan seperti ini?





Demi harta, hak, dan ketenaran, dia rela “menjual” istrinya.





Ariella menggigit bibirnya, mengepalkan tangannya dengan erat, dengan begini dia baru bisa perlahan-lahan menenangkan dirinya.





Di saat Ariella mencoba untuk menenangkan suasana hatinya, dia mendengar kakek Carlson mengatakan: “Ariella, menantu yang menikah dengan keluarga kami tidak pernah kami bedakan tingkatannya, yang kami peduli hanya bila mereka pernah berbuat salah atau tidak. Masalah yang ibu kamu lalui itu, kelahiranmu, aku tahu bahwa semua ini bukan sesuatu yang bisa kamu pilih, tetapi aku tetap ingin meminta kamu untuk mengerti Carlson.”





Ariella menggigit bibirnya dengan erat, menatap kakek Carlson, tidak ada jawaban, namun secara tidak sadar mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan menegakkan pinggangnya.





Biarkan ibunya pernah melalui masalah-masalah seperti itu, biarkan kelahiran dia yang sangat begitu tidak enak dipandang, dia masih bangga akan dirinya dan memiliki harga diri, siapapun tidak layak untuk memandang rendah dia, termasuk kakek Carlson yang berdiri di hadapannya.





Setelah Carlson mendapatkan kabar tentang kelahiran Ariella, dan dia masih bersedia untuk bersama Ariella, itu menandakan bahwa Carlson menerima semua dimiliki oleh Ariella.





Carlson saja sudah bersedia, Ariella ada alasan apa untuk menolaknya.





Kakek Carlson kemudian berkata lagi: “Carlson pada umur 22 tahun sudah mengambil alih Group Aces, enam atau tujuh tahun ini telah dihabiskan hanya untuk bekerja, dapat dibilang bahwa Carlson sama sekali tidak berpikiran tentang wanita. Dia bisa mau menikah dengan kamu, itu berarti kamu tidak pernah dibandingkan dengan wanita lain. Dan juga aku tahu, kalian menikah bukan berarti kalian saling suka.”





“Memangnya kenapa bila tidak ada perasaan cinta? Asalkan kedua orang tersebut mempunyai hubungan yang baik, mau tidak ada perasaan cinta pun pasti bisa dijalankan seumur hidup.” Ariella mengatakannya dengan menegakkan punggungnya dan tegas.





“Carlson tidak tahu apa-apa tentang masa lalu kamu, tetapi masih bersedia untuk menikahkan kamu, apa ini bukan karena mengasihanimu? Kondisi seperti ini, ketika Carlson bertemu dengan seseorang yang dia suka, itu sama sekali tidak layak untuk disebut.”





Tidak ada kesempatan yang diberikan kepada Ariella untuk berbicara, kakek Carlson lanjut mengatakan: “Kalau kamu ingin yang terbaik untuk dia dan memberikan kesan yang baik, lebih baik tinggalkan dia lebih awal, itu akan lebih baik untuk satu sama lain.”





“Kakek Carlson, anda bilang Carlson sudah mengambil alih di umur 22 tahun, maksudnya apa ya?” dalam waktu yang lama, Ariella menemukan kembali suaranya.





“Apa maksudnya?” kakek Carlson mengangkat alisnya dan menatap Ariella, kemudian berkata: “Memangnya kamu tidak tahu bahwa Carlson adalah kepala pengurus Group Aces?”





Hati Ariella mendesak lagi, wajahnya kembali menjadi pucat yang tidak enak dipandang, dan mulai berbicara lagi setelah waktu yang lama: “Kamu bilang, dia, dia adalah Carlton?”





Kakek Carlson berkata: “Itu nama lain dia.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK