Didalam lemari es dengan derajat minus 20, baru masuk saja Ariella sudah merasa kedinginan dan badannya bergemetaran.
Pintu yang begitu tebal sekali nya tertutup, didalam itu sangat sunyi.
Hal pertama yang dilakukan Ariella adalah melepas kain yang menutup matanya, tapi lampu di dalam lemari es itu tidak dinyalakan.
Berdasarkan ingatan, Ariella mencari pintu keluar, setelah meraba-raba, dia menemukan genggam tangan.
Dia tarik genggaman pintu dengan kencang tapi pintu nya tidak bergerak sama sekali.
Sekali tidak bisa, dia terus mencoba, tapi tetap tidak bisa dibuka, sepertinya pintu itu dikunci dari luar.
Setelah berusaha lama dan tidak ada guna, akhirnya Ariella menyerah.
Dia tidak tahu bisa bertahan berapa lama? Bisakah dia tahan sampai Carlson datang?
Dia mundur ke tempat yang lebih luas, memegang perutnya,, dengan suara yang kecil berkata: “Anakku, mama akan bertahan, kamu juga ya. Kita sama-sama tunggu papa datang.”
Sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan, hanya bisa menunggu. Berharap sebelum dirinya berubah menjadi es, Carlson akan datang menolong mereka.
Waktu pun berlalu, dia sudah kedinginan sampai hampir mati rasa, tapi tetap tidak ada kabar.
Ariella tidak ingin menyerah begitu saja, jadi dia meraba-raba sekitarnya.Ternyata dia sangat beruntung, dia dapatkan mantel yang digunakan militer.
Dia langsung memakai mantel itu, memang suhu badannya tidak naik, tapi setidaknya dalam waktu singkat dia tidak akan kedinginan sampai mati rasa.
Disaat yang sama, Carlson menyuruh orang pura-pura menjadi dirinya untuk mengantar uang ke tempat yang dituju oleh penculik. Lalu dia diam-diam membawa tim pasukan ke tempat dimana penculik dan Ariella berada.
Beberapa penculik sambil merokok sambil telfon, memastikan apakah uangnya sudah diambil, dan apakah yang antar uang nya adalah Cartlon sendiri.
Carlson dengan cepat melihat sekitarnya, tapi Ariella tidak terlihat. Lalu ia melihat tulisan besar “Lemari es seafood” dia langsung pikir mungkin Ariella dikurung disana.
Dengan lincah dia melewati sebuah tembok.
3 orang penculik itu langsung melihat dia, dan sedikit ketakutan oleh aura nya. Tapi dengan cepat mereka membawa tongkat dan marah-marah berkata “Cari mati kau.”
3 penculik itu menyerang, 3 tongkat secara bersamaan mengarah ke Carlson, saat tongkatnya sudah mau terkena Carlson, dengan cepat dia menghindar.
Carlson yang memakai kemeja abu dan celana bahan hitam awalnya hanya berdiri tegak, tapi disaat itu kecepatannya membuat 3 penculik itu tidak sempat berreaksi, malah tongkatnya sudah direbut oleh Carlson dan langsung memukul 3 penculik itu.
Mereka memegang bagian kepala yang dipukul, raut wajahnya semakin galak dan sekali lagi menyerang Carlson.
Kali ini Carlson tidak gunakan tongkat, dia hanya menendang dengan kaki panjangnya, 1 penculik langsung diinjak olehnya.
Dia menginjak dengan kencang lalu terdengarlah suara tulang retak dan teriakan penculik itu.
2 penculik lainnya sadar kalau mereka bukan lawan Carlson, jadi langsung kabur, baru saja lari, tidak tahu tersandung apa, 2 orang itu jatuh di lantai.
Carlson pun melangkah, 2 kaki nya masing-masing menginjak tangan 2 penculik itu dengan kencang, dan dengar teriakan yang sangat keras.
Saat Henry datang menyusul Carlson dengan tim pasukan, Carlson sudah membantai 3 penculik itu, dia melihat Carlson dan tunggu perintah: “CEO”
“Jaga orang ini baik-baik, tunggu aku saya balik dan habiskan mereka.” Setelah mengatakannya dengan kejam, Carlson langsung ke lemari es dan buka pintu.
Carlson membuka lampunya dan buka pintu, sekalinya pintu terbuka, dia melihat Ariella yang sudah gemetaran, dia langsung mendatanginya dan memeluk Ariella: “Ariella…”
Ariella yang hampir beku berusaha membuka mata nya, saat melihat Carlson yang ia tunggu begitu lama, ia langsung menangis, dengan lemah berkata: “Carlson, aku minta tolong, harus tolong anak kita, jangan sampai sesuatu terjadi kepadanya.”
“Jangan bicara lagi.” Carlson langsung menggendong Ariella keluar dari sana dan memasuki Ariella ke ambulans “Tolong dia dan anaknya.”
Staf medis yang ikut Carlson datang semua nya sudah sangat berpengalaman, sekali terima perintah Carlson, mereka langsung melakukan pertolongan.
Ariella tahu kalau Carlson datang, tapi dia hampir tidak sadar, dan tidak ada tenaga untuk membuka matanya.
Ariella ingin berbicara dengan Carlson, menyuruh dia jangan khawatir, dia dan anak mereka akan bertahan, tapi dia tidak ada tenaga untuk ngomong.
Setelah itu, Ariella sudah tidak bisa mendengar dan melihat apa-apa.
“Ariella, cepat bangun, aku tidak ijinkan kamu tidur!” Carlson memegang tanganya dan berteriak histeris.
Dia selama ini tidak tahu, ternyata ini rasa nya peduli sama seseorang, melihat orang itu senyum seperti hari yang cerah, dan melihat orang itu sedih seperti cuaca yang mendung.
Kepikiran kalau dirinya mungkin akan ditinggal oleh dia, rasanya seperti ada yang menusuk jantungnya.
Awalnya mengajak dia nikah di KUA karena merasa dia orangnya sifatnya sangat tenang, setelah disakiti dan dikhianati masih bisa hidup dengan semangat, mungkin akan hidup bersama dengan baik.
Setelah bersamanya, carlson pelan-pelan merasa, selain dia semangat dalam bekerja, dan berusaha dalam hidup, dia masih ada kelebihan lainnya.
Awalnya dia baik kepadanya hanya karena itu istrinya.
Tetapi tanpa sadar, dia menjadi semakin penting untuknya, sampai dia tidak tega untuk berpisah.
Akhirnya, dia baik kepadanya tidak hanya karena itu istrinya, tapi memang dengan tulus hati ingin dia baik.
“Ariella..” Carlson mengenggam tangannya dengan erat, sekali lagi berkata, “Kamu tenang saja, aku tidak akan biarkan kalian kenapa-napa.”
Tidak tahu lewat berapa lama, Ariella tiba-tiba melihat sinar dan wajah tampan yang familiar.
Tapi dia tidak terlihat dalam kondisi baik, dia yang suka kebersihan sekarang kumisnya sudah tumbuh dan tidak dirapikan, dalam waktu semalam terlihat tua banyak.
Melihat dia seperti ini, Ariella merasa sakit hati.
“Carlson..” Ariella dengan sulit panggil namanya.