Efa terus berteriak bahwa dia adalah orang jahat, dia terus berkata ia tidak suka dengannya lagi, ia tidak menginginkannya lagi.
Melihat mulut kecilnya yang terus berkoar-koar tanpa henti, Darwin mendorong kepalanya dan menggunakan bibirnya untuk menghentikan semua omongan Efa yang tidak ingin didengarnya
Setelah menyentuh Efa, hati Darwin langsung terkejut seolah pada akhirnya roh tubuhnya telah menemukan tempat peristirahatan yang tepat.
Dia dan Efa sudah ada sebulanan tidak bertemu, sudah bermalam-malam ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Efa.
Setiap kali ketika ia tidak bisa tidur, ia hanya dapat menggunakan sosial media untuk mendengarkan suaranya untuk mengobati luka dihatinya.
Tapi ia adalah seorang pria, terlebih lagi ia adalah seorang komandan Kota Pasirbumi, dapat mengontrol hasratnya adalah sesuatu yang sangat biasa.
Jadi ia hanya terus mengontrol dirinya sekali demi sekali, menahan dirinya untuk jangan gegabah dan menunggu Efa pulang ke sisinya.
Ketika ia sudah berhasil melewatinya dengan susah payah, disaat dia sedang merasa puas, Efa malah memberinya sebaskom air dingin.
Dia sudah merindukannya selama beberapa bulan, ketika bertemu dengan Efa ia malah mengatakan hal-hal yang membuatnya tidak senang. Pada saat itu dia marah sekali tetapi ia tidak bisa meluapkan amarahnya, tetapi pada akhirnya ia emosi sampai merobek Nizi kecil itu.
Dia takut kalau ia mendengar Efa berbicara lagi, dia pasti bisa merobeknya, jadi dia memilih untuk berjalan keluar, memberikan sedikit ruang diantara mereka untuk menenangkan emosi masing-masing.
Tetapi, Efa juga tidak mengatakan apa-apa dan langsung pergi…….
Dia adalah seorang tentara, jadi jika ia berpikir untuk keluar negeri, prosedur untuk dia meminta visa akan lebih rumit dari orang biasa, menunggu ia selesai mengurus prosedurnya dengan cara ekspres untuk pergi ke Laut Aegea, siapa sangka Nizi sudah besama dengan orang yang bernama Rico itu.
Berpikir tentang masalah itu, Darwin menggigit Efa sebagai bentuk hukuman untuknya, Darwin telah melukai lidah Efa, mereka berdua pun dapat mencium aroma darah.
“Huhu……” Darwin menyiksa dan melepaskannya, mereka terus berkelahi, tetapi saat Efa mulai melawan, Darwin langsung mengikatnya lebih erat lagi dan membuatnya tidak bisa bergerak.
Darwin menciumnya dengan kejam, dengan perlahan ia melahap nafas Efa, tetapi Efa juga tidak melawannya lagi.
Efa menyerah dan Darwin pun melepaskannya, tetapi ketika Darwin melepaskan tangannya, sebuah tamparan dari Efa langsung mendarat di pipi Darwin: ” Darwin, sebenarnya kamu anggap aku sebagai apa?”
Mengetahui Darwin sudah bersama dengan wanita lain sampai hari ini, sudah setengah bulan lebih, Efa tidak meneteskan setetes air mata pun.
Efa terus memberitahukan dirinya sendiri, tidak apa-apa, tidak apa-apa, tidak ada Darwin, ia juga bisa terus hidup dengan baik, laki-laki yang tidak punya hati dan mencari wanita lain dibelakangnya tidak pantas untuk mendapatkan cinta darinya.
Tetapi, apakah hatinya bisa selepas itu, cuman dia sendiri yang tahu. Darwin adalah laki-laki yang ingin dinikahinya sejak dia kecil, sudah berjuang mati-matian baru bisa bersama dengannya, Darwin mengkhianatinya, bagaimana hatinya tidak sakit.
Hanya saja dia memendam rasa sakit itu sendiri didalam hatinya, memilih untuk menjalani hidupnya sendiri……..atau mungkin setelah lewat beberapa hari, ia sudah bisa dengan tuntas melupakan laki-laki yang telah menyakitinya itu.
Namun, kenyataannya tidak semudah itu, dia tidak bisa melupakan laki-laki ini, hari itu ketika ia pulang ke Kota Pasirbumi, bayangan itu seperti film yang terus berputar didalam pikirannya.
Dia terus membayangkan waktu dia bersama Darwin dulu, ia ingin bertanya pada Darwin, kenapa ia tega mengkhianatinya, tetapi ia tidak berani.
Benar, semua orang mengira dia adalah orang yang mempunyai nyali besar, tidak takut dengan apapun, dia sendiri berani menerobos kemana pun, tetapi ketika ia harus berurusan dengan Darwin, dia adalah orang yang sama sekali tidak punya nyali.
Dia takut ketika ia membuka mulut untuk bertanya dan jika Darwin mengakuinya, maka ia sama sekali tidak memiliki harapan lagi, tetapi dia juga tidak bisa hidup dengan terus membohongi dirinya sendiri.
Jelas-jelas ia yang memukul Darwin, tetapi ia yang nangis dan kesakitan.
Didalam mata Darwin, Efa adalah seorang wanita yang sangat tegar, dia sudah mengenalnya bertahun-tahun, dia juga sudah melihatnya menangis beribu-ribuan kali.
Melihat air matanya mengalir, Darwin merasa setiap butir air matanya yang menetes di atas hatinya itu sangat sakit!
Darwin bahkan tidak peduli dengan tamparan dari Efa, tetapi ia malah memeluknya dan menepuk pundaknya dengan lembut, lalu dengan sangat susah ia bertanya dengan nada yang rendah: ” Efa, kasih tahu aku, sebenarnya apa yang terjadi?”
Anak ini tidak mungkin tanpa se
Bab marah-marah seperti ini, dia berbuat seperti ini membuat orang lain sangat sulit menebak apa yang terjadi, pasti terjadi apa-apa.
“Apa yang terjadi? Kamu masih berani nanya apa yang terjadi?” Bagusan tadi Darwin tidak bertanya, setelah bertanya amarah Efa malah makin membeludak, “Darwin, menurutmu, laki-laki yang mengkhianati pacarnya dan berbuat sembarangan diluar itu wajar yah?”
“Berbuat sembarangan? Siapa yang berbuat sembarangan diluar?” Meskipun Darwin adalah laki-laki yang tidak peduli dengan omongan orang, tetapi dalam hal percintaan, ia sama sekali tidak pernah berbuat sembarangan diluar sana.
“Kamu tidak berani mengakuinya?” Kalau tahu dari awal ia tidak mau mengakuinya, dia harusnya tadi membawa handphone dan merekamnya, meninggalkan sebuah bukti, membuatnya tidak bisa mengelak.
Cahaya pada malam itu sedikit gelap, tetapi suara itu terdengar dengan jelas, suara nafas seorang lelaki dan seorang perempuan yang sedang berduan itu membuat wajah orang yang mendengarnya langsung memerah.
Kalau saja bukan pacarnya sendiri yang ada dikamar itu, mungkin ia sudah mengambil sebuah bangku kecil dan melihat adegan lngsung orang yang sedang berduaan.
“Apa yang mau diakui?”, Emosi Darwin selama ini memang selalu begitu, mendengar Efa berbicara seperti itu, dia langsung marah, ” Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab, apa yang aku perbuat akan aku tanggung, aku tidak mungkin di cap hitam sama orang lain,”
“Di cap hitam sama orang lain?” Efa meneteskan air matanya, lalu berkata, ” Darwin, kamu tidak mungkin memberitahuku, malam itu ada wanita yang mencuri-curi masuk ke rumahmu dan berduaan denganmu.”
Darwin mengerutkan keningnya: “Malam itu?”
“Efa mengigit-gigit giginya: ” Malam aku pulang ke Kota Pasirbumi hari itu.”
Ingatan Darwin lumayan bagus, dia ingat malam itu ia bersusah payah untuk bertemu dengan Efa , tetapi wanita ini malah mengatakan hal yang membuatnya marah, waktu itu ia sangat marah dan langsung pergi.
Setelah Efa pergi ke New York, dia menghabiskan semua waktunya di daerah militer, semalam pun tidak pernah ia pulang.
Karena ia jarang pulang, jadi keluarganya yang baru bertunangan pun meminta izin untuk menginap di rumahnya, meminjam rumahnya beberapa hari, karena tinggal di rumahnya lebih efisien dari pada di daerah militer.
Kamar itu memang sedang kosong, jadi Darwin pun mengizinkan mereka tinggal di rumahnya, siapa sangka mereka berdua bisa berduan di rumahnya.
Setelah mengerti masalahnya, Darwin menghela nafas dan berkata: ” Itu bukan aku.”
“Darwin, kamu ini sebenarnya laki-laki atau bukan?” Darwin berkata seperti ini, bagaimana bisa mejelaskan rasa curiga di dalam hati Efa.
“Efa, aku ini laki-laki atau bukan, memangnya kamu sendiri tidak tahu?” Efa kembali marah, “Aku sudah tua begini masih belum pernah menyentuh wanita lain, belakangan ini aku bisa bersama denganmu, aku masih mencari wanita lain, apakah aku orang yang tidak tahu berterima kasih?”