Beberapa hari dikarenakan kondisi tubuh, Ariella selalu bangun lebih telat, biasanya sampai di kantor kira-kira sekitar jam 10 pagi.
Melihat dia datang, Puspita segera menuangkan segelas air untuknya, melihat dia membuka mulut, namun akhirnya tidak berkata apa-apa.
“Puspita, kamu ingin main tebak-tebakan dengan aku?” mereka sudah temanan bertahun-tahun, namun Ariella tidak mengerti kalau Puspita ingin menyampaikan sesuatu.”
Puspita berpikir-pikir lagi, meskipun dia tidak memberitahunya, ketika masalah ini menjadi besar, Ariella juga pasti tahu, lebih baik dia memberitahunya supaya bisa memperingatkannya.
Dia menopang Ariella duduk dulu, dilanjutkan dengan perlahan: “Ariella, mengenai Ivander, bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Kenapa mendadak menyebut nama dia?” Ariella bertanya.
Sejujurnya beberapa waktu ini pikiran dia hanya ada pada Carlson dan anaknya, sudah lama tidak mengingat masalah dulu dan orang tersebut.
Mengenai Ivander, dia sama sekali tidak ingin mendengar kabar orang ini. Kebangkrutan keluarguanya, dan apa yang terjadi dengannya, Ariella sama sekali tidak tertarik.
Puspita memerhatikan ekspresi Ariella yang terlihat tenang, kemudian dia mengatakan lagi: “Dia sudah meninggal. Satu minggu yang lalu, dibunuh oleh Elisa.”
Ariella: “…..”
Meskipun sudah tidak ada perasaan cinta lagi dengan Ivander, namun ketika mendengar kabar tersebut, hati Ariella menimbulkan perasaan campur aduk yang tidak dapat dideskripsikan.
Pernah, Ivander mengatakannya kepada Ariella: “Ariella, kamu bersedia menjadi tunangan aku adalah hal paling bahagia dan paling beruntung buat aku.”
Pernah, Ivander menepuk dadanya sendiri dan memberitahu Ariella: “Ariella, kamu tidak perlu begitu berusaha belajar dan kerja. Tunggu kamu sudah lulus, kita langsung nikah, aku punya uang untuk menafkahi kamu, aku akan membuat kamu menjadi wanita yang paling bahagia di dunia.”
Pernah, Ivander juga mengatakannya kepada Ariella: “Ariella, mengenai hal tentang Elisa, itu karena aku tidak bisa mengontrol diri untuk sesaat, namun aku selalu cinta kamu.”
Pernah, di antara mereka banyak sekali yang sudah pernah.
Ariella dari umur sangat muda sudah kenal dengan dia.
Pertama kali ketemu dengan dia, dia baru berumur sekitar 10 tahun, masih nakal, namun selalu berpakaian seperti orang dewasa.
Hari itu, setelah hujan deras.
Ariella dan Elisa selesai sekolah pulang rumah, dikarenakan bus sekolah tidak diperbolehkan untuk masuk ke daerah villa, jadi mereka setelah turun bus masih harus jalan beberapa langkah.
“Kakak, kamu suka sekolah baru tidak?” Ariella mengangkat kepalanya menatap Elisa, mengedip matanya yg berkaca.
“Suasana sekolah baru jauh lebih baik dibanding sekolah lama, aku suka tentunya.” Elisa meraba kepala Ariella, “Kalau begitu Ariella suka tidak?””Tidak suka.” Ariella memajukan bibirnya dan menggelengkan kepalanya, “Aku rindu dengan teman-teman dulu, mereka tidak akan menertawakan kakak, dan juga tidak akan menertawakan Ariella.”
“Tetapi kita sudah pindah rumah ke sini, Ariella harus suka.” Elisa berkata lagi.
Di saat Ariella ingin menjawabnya, ada mobil yang melewati mereka dengan kilat sehingga muka mereka tersembut oleh air tanah.
“Ariella—” Elisa bergegas mengeluarkan tisu basah dari tasnya, ingin membantu membersihkan Ariella.
“Yo, ini anak miskin dari mana?” terdengar suara anak nakal, munculah seseorang di hadapannya mengenakan pakaian seragam sekolah ternama di Kyoto, Ivander, memandangi kedua kakak adik dengan kesombongan.
Mendadak dipanggil anak miskin, Ariella sangat kesal, bergegas menyampari dia dan menggigit tanggannya, Ivander sudah angkat tangan dan ingin memukulnya, namun tidak bisa karena digigit.
Ketika Ariella melepaskannya, tangan Ivander di bagian digigit hingga ada bekas gigitannya.
Ariella dengan marah melototnya, malah melihat dia menertawakannya: “Kalian orang baru dari keluarga yang barusan pindah ke sini?”
Dia melototnya namun tidak menjawabnya, Elisa di sebelahnya sibuk melindunginya sambil meminta maaf: “Kakak Ivander, Ariella masih kecil tidak mengerti apa-apa, mohon kamu jangan ambil hati.”
“Ariella?” dia mengulang kata ini, kemudian melihat ke arah Elisa, “Kamu adalah kakaknya? Anak sulung dari keluarga Situmorang?”
Elisa terus mengangguk kepalanya: “Ya. Kami adalah anak dari keluarga Situmorang. Kemarin ayah membawa kami bertamu ke rumah kalian, tetapi kamu sepertinya tidak di rumah.”
“Emosional kamu masih lumayan baik, namun adik kamu ini sangat parah, lain kali minta ayah kalian ajarkan yang baik.” Ivander langsung pergi setelah mengatakannya.
“Ariella, apa kamu tidak ingat ayah pernah bilang apa?” melihat Ivander pergi, Elisa mengeluarkan tisu basah sambil membersihkan wajah Ariella sambil berkata, “Orang itu adalah pangeran dari Group Primedia, kita tidak boleh bermasalah dengan dia.”
“Kakak, tetapi dia bilang kita anak miskin.” Ariella merasa tidak adil, dengan kesal membalasnya.
Sifat Elisa lemah lembut, namun sifat Ariella sangat galak, kalau menghadapi hal yang tidak adil, Elisa selalu ingin menahannya saja, namun Ariella tidak akan.
“Dia mau bilang ya biarkan dia bilang, siapa suruh dia pangeran dari Group Primedia.” Elisa menggandeng tangan kecilnya, dan mencubit-cubit wajahnya yang lembut, “Ariella paling imut, kamu pasti tidak akan membuat ayah kecewa kan.”
“Ya.” Ariella mengganguk kepalanya, tersenyum manis kepada kakaknya yang lebih tinggi satu kepala, “Kakak, kita pulang saja.”
Karena mereka baru saja pindah ke daerah ini, orang tuanya juga tidak termasuk orang kaya, jadi mereka kakak adik selalu dibully.
Suatu hari, ketika Elisa pulang sekolah ditahan oleh beberapa anak di tengah jalan, anak-anak tersebut meledikinya: “Cih, anak orang miskin, pindah ke daerah orang kaya, tetap saja seekor bebek kecil jelek.”
Elisa hanya menundukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa, berpikir kalau ditahan nanti juga berlalu, asalkan tidak membuat masalah dengan mereka sudah cukup.
Kebetulan adegan ini dilihat oleh Ariella, dia bukan tipe orang yang bisa tahan, dilemparkan tasnya, kemudian langsung menyampari dan berkelahi dengan anak-anak tersebut.
Di saat anak-anak tersebut ditinju hingga wajahnya bengkak, munculah pangeran Group Primedia, Ivander, dia berkata: “Semuanya berhenti!”
Dia datang kemari, menarik Ariella dari lantai, kemudian memberitahu yang lain: “Lain kali siapa yang berani bully Ariella, berarti bermasalah dengan aku.”
Ariella melepaskan tangan Ivander, kemudian memeluk Elisa yang lebih tinggal satu kepala: “Kakak, kamu jangan takut, lain kali Ariella akan melindungi kamu.”
Kemudian, karena bantuan dari Ivander, tidak ada yang berani bully mereka lagi, dan juga Ariella juga menjadi orang yang tidak bisa diganggu lagi di daerah mereka.
Beberapa orang tersebut tahu, ada bantuan pangeran Group Primedia, Ivander yang membantunya dari belakang, siapapun yang berani cari masalah dengan dia lagi, berarti bermasalah dengan dia juga.