Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 604 Ayah Sudah Datang


Sebenarnya yang dipikirkan Ariella adalah ia sama sekali tidak memberitahukan namanya pada supir ini, tetapi supir ini malah memanggilnya “Nona Ariella.”


Tapi pikiran itu keluar dengan tiba-tiba dan hilang dengan tiba-tiba juga, apa yang dipikirkan Ariella belakangan ini juga sangat banyak, jadi ia tidak merasa aneh.


Ia keluar untuk melamar kerja malah bertemu dengan hal baik, mungkin ini yang biasa dikatakan orang “Apa yang kita pikirkan pasti bertolak belakang dengan kenyataannya”.


Ketika seseorang sudah bertemu dengan kesialan, keberuntungannya juga tidak akan parah lagi, jadi keberuntungan akan datang menghampirinya.


“Ibu!” Suara Riella kecil pun terdengar olehnya dan membuyarkan semua yang sedang dipikirkannya.


“Riella sudah makan siang?” Ariella menggandeng Riella kecil yang dibawa keluar oleh Puspita, mengusap kepalanya dan bertanya.


“Riella sudah makan sampai kenyang.” Riella kecil memegang perutnya, meyakinkan ibunya kalau ia sudah makan sampai kenyang.


“Iya, ini baru anak baik” Ariella senang sekali.


“Putri kamu ini, seingat aku dulu dia suka pilih-pilih makanan, tapi sekarang kenapa sedikit pun tidak pilih pilih lagi? Aku mengambilkan nasi untuknya, dia sendiri memakannya dengan lahap, tidak merepotkan siapa-siapa.” Puspita berkata dengan menunjukkan perutnya yang besar itu.


“Karena Riella mau makan banyak banyak baru bisa cepat tumbuh besar, sudah besar Riella baru bisa mencari Abang Hansel.” Ariella belum menjawab, Riella kecil yang pintar sudah menjawabnya lebih dulu.


“Riella sayang, mendengar kamu berkata begitu, kamu tahu Tante Puspita sakit hati sekali gak?” Memikirkan menantu idamannya sudah memiliki orang lain di hatinya, Puspita benar-benar sangat sedih.


“Sudah sudah, luar dingin sekali, kita masuk kedalam dulu baru ngobrol lagi.” Ariella mengeleng-gelengkan kepalanya, di dalam hati Riella kecilnya cuman ada dua orang.


Satu adalah ayahnya dan yang kedua adalah Abang Hansel.


Kalau saja pada suatu saat, Riella yang begitu berharap bisa bertemu dengan Abang Hansel mengetahui Abang Hansel sudah meninggal, apakah dia akan sangat sedih?


Setiap kali memikirkan hal ini, Ariella menggantikan Riella kecil khawatir, dia takut putri keluarganya akan sangat terpukul.


“Aku sudah sisakan makan siang untukmu, kamu makan dulu di rumahku.” Puspita menggandeng Riella kecil berjalan didepannya, lalu bertanya, “Ariella, pekerjaan hari ini bagaimana?”


“Cukup lancar, lancar sampai aku tidak berani percaya. Ada lagi aku jalan-jalan ke butik disana, aku tidak beli apa-apa tapi masih mendapat hadiah besar, mereka bukan hanya memberiku hadiah, masih mengantarku pulang.” Berkata sampai sini, Ariella masih menganggap dirinya sangat beruntung.


Puspita berkata: “Kamu kayaknya sudah mulai mendapatkan keberuntungan.”


Seperti beberapa tahun yang lalu, Ariella dikhianati Elisa dan Ivander, dia dipaksa untuk meninggalkan Kyoto, setelah menetap di Kota Pasirbumi, ia bertemu dengan Carlson.


Setiap perkara di kehidupan orang, kalau belum sampai akhirnya, tidak ada orang yang tahu pasti ini adalah sebuah keberuntungan atau kesialan.


Apa yang kelihatanya baik, bisa jadi dalam sekejap mata sudah menjadi kesialan, apa yang kelihatannya buruk, malah dalam sekejap berubah menjadi sebuah kebaikan.


“Semoga begitu!” Ariella juga merasa, kalau ia harus membayar semua karma buruk di kehidupan lampaunya, seharusnya dia sudah membayar semuanya, seharusnya ia tidak akan bertemu dengan kesialan lagi.


………….


Makan siang di rumah Puspita, Ariella merasa sedikit ngantuk, dia berpikir untuk membawa Riella kecil pulang dan tidur siang sebentar.


“Ibu, Riella masih ingin bermain di rumah Tante Puspita.” Tadi pagi Riella kecil bangun agak siang, jadi sekarang dia masih belum ngantuk, jadi ia tidak mau pulang.


Selain tidak ngantuk, masih ada satu alasan yang sangat penting yang membuat Riella mau tinggal di rumah Puspita.


Karena kemarin ayahnya bilang akan bervideo call denngannya lagi, dari tadi pagi ia terus menunggu, menunggu saat nanti dia bervideo call dengan ayahnya.


“Iya, Riella jangan ngerepotin Tante Puspita yah, jangan nangis yah.”


“Riella jamin tidak nangis.”


“Puspita, ngerepotin kamu yah.”


“Ariella, aku ini siapa, kamu bilang ngerepotin aku? Puspita melototi Ariella denga muka tidak senang, kalau Ariella masih saja berani sungkan dengan dirinya, dia tidak mau mengenalinya lagi.


“Iya iya iya, kamu adalah keluargaku yang paling baik.”Sambil tersenyum dia memeluk Ariella. Ia juga memeluk Riella kecil, ” Riella sayang, Ibu pulang dulu yah, kamu mau nurut yah.”


“Riella akan nurut-nurut sekali.”


“Baik.”Tetapi Ariella sedikit tidak rela meninggalkan Riella kecil di rumah Puspita, seolah seperti ia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Riella kecil.


“Sampai ketemu nanti Ibu!” Riella sama sekali tidak merasa tidak rela, malah ia memberikan muka yang senang, setelah melihatnya hati Ariella sedikit tidak enak.


Setelah Ariella pergi, Riella kecil langsung menarik tangan Puspita dan berkata: “Tante Puspita, bawa aku ketemu dengan Ayah.”


Puspita mengusap-usap kepala Riella: “Riella merindukan Ayah lagi?”


“Rindu.” Riella kecil mengangguk-ngangguk dengan jujur, dia benar-benar sangat merindukan ayahnya.


“Riella!”


Suara laki-laki yang lembut dan baik yang akrab di telingah Riella terdengar dari luar rumah, Riella kecil masih belum melihat orang itu tapi ia sudah tahu itu siapa.


“Ayah?”


Dia melepaskan tangan Puspita dan langsung mengikuti suara itu, ketika sudah melihat ayahnya di depan pintu, dia sama sekali tidak percaya dengan matanya sendiri.


“Riella!” Carlson memeluk Riella kecil yang berlari kearahnya dan mencium-cium wajahnya yang bulat itu, “Riella sudah tidak bisa mengenali Ayah?”


“Riella pasti mengenal Ayah!” Setelah memastikan ini adalah ayah kandungnya, Riella kecil menjulurkan tangannya dan memeluk leher Carlson dan mencium-cium muka ayahnya.


Setelah mencium ayahnya, lalu berpikir dia sudah tidak bertemu ayahnya beberapa hari, Riella kecil memonyongkan mulutnya, seperti mau menangis didepan ayahnya, membuat ayahnya untuk jangan meninggalkannya lagi.


“Riella masih berencana untuk nangis didepan Ayah?” Carlson tersenyum lembut, wajahnya memasangkan ekspresi bahagia yang hanya dikeluarkannya saat bertemu dengan anak istrinya, “Kalau Riella mau nangis, nangis saja, Ayah lihat kamu nangis.”


“Ayah ngerjain Riella! Ayah jahat!”


Bagaimana Ayah bisa berbuat begitu, Riella merasa sedih sampai sudah mau nangis, ayahnya maalah menyusuhnya untuk berakting menangis.


Dia sudah tidak ingin meladeni ayahnya!


Kenapa?


Didalam hatinya ia merasa ayahnya mengerjainya, ia tidak mau memedulikan ayahnya lagi, tetapi kedua tangan kecilnya malah memeluk leher ayahnya dengan erat, takut ayahnya pergi meninggalkannya.


“Tuan Carlson………bagaimana kalau…… kamu bawa Riella kecil kedalam dulu, di luar lumayan dingin.”


Walaupun ia sudah mengenal Carlson selama bertahun-tahun,tetapi tidak tahu kenapa, ketika ia berbicara dengan Carlson , ia selalu merasa grogi.


Ada orang yang memang sejak lahir sudah berwibawa, walaupun ia tidak melakukan apa-apa, hanya berdiri disana, bisa membuat orang secara otomoatis tidak berani bergerak.


Carlson adalah contoh yang pas untuk tipe orang seperti itu.


Didepan Puspita dan suaminya, Carlson tidak pernah memasang gayanya yang seperti BOSS, tapi karena bawaan dia membuat orang lain tidak berani dekat dengannya.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK