Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 166 Kakak Sudah Gila





Dikarenakan ada bantuan dari Ivander, sikap Zeesha kepada Ariella masih termasuk baik, maka itu dia bisa melakukan apapun yang dia ingin.





Waktu ujian SMA, Ariella mendapatkan nilai terbaik untuk masuk ke universitas terbaik di Kyoto, namun itu kemauan Zeesha, sedangkan dia ingin belajar desain kostum.





Zeesha sangat marah karena hal ini, sekali marah, dia menghukumnya tidak boleh makan malam, serta menghukum berdiri.





Hal ini setelah diketahui oleh Ivander, dia langsung menembus tembok villanya, dan memanjat pohon untuk naik ke lantai atas rumah dia, memberikannya nasi ayam yang sudah dibungkus: “Ariella, cepat makan.”





“Ivander, kamu yang paling baik sama aku.” Dia menerima nasi kotak dan tersenyum kepadanya.





“Aku kalo tidak baik sama kamu, aku baik sama siapa lagi?” Ivander memanjakannya dengan mengelus kepalanya.





Melihat Ariella memakannya dengan lahap yang besar seperti harimau, Ivander tidak tahan untuk ketawa: “Kucing kecil makan pelan-pelan, tidak ada yang merebut dari kamu.”





Ariella menelan sepotong daging ayam, dengan sedih mengatakan: “Aku tidak makan malam, dan juga dihukum berdiri 2 jam, aku sudah kelaparan.”





“Kalau begitu juga tidak boleh makan dengan buru-buru.” Ivander berpikir lagi, lalu berkata, “Ariella, mengenai memilih universitas, kamu jangan besikeras dengan paman, kita pikirkan dengan baik lagi cara membujuknya.





“Kamu sudah bantu aku pikir caranya?” Ariella sambil memakan paha ayam sambil bertanya.





Ivander menjawab: “Kamu tidak perlu khawatir tentang hal ini, aku akan berbicara ke ayahmu, dia akan setuju.”





“Ariella, ayah sudah naik.” Elisa diam-diam memberikan kabar ini.





Ariella segera menelan makanan yang ada di dalam mulut, dan mengelap bibirnya dengan tangan: “Ivander, cepat bereskan barang-barang ini dan pergi, jangan sampai nanti aku dihukum lagi.”





“Kamu ingat yang barusan aku beritahu, jangan bersikeras dengan paman.” Ivander membawa kantongnya sambil lari sambil mengingatkannya.





Ariella terus mengganguk kepalanya.





Ivander memanjat lagi untuk pergi, kebetulan di saat Zeesha membuka pintu balkon, dengan dinginnya bertanya: “Sudah berjam-jam, apakah kamu sudah berpikir dengan baik?”





Ariella menundukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa.





Elisa kemudian menongolkan kepalanya dari kamar dan berkata: “Ayah, Ariella tadi bilang bahwa dia tahu kesalahannya. Kamu juga tahu sifat dia yang keras, dan tidak mau mengalah, jadi jangan memperdebatkan ini dengannya lagi.”





Zeesha dengan penglihatan yang tajam melihat 2 tulang ayam jatuh di lantai, sekejap mengerti bahwa barusan ada orang datang, dengan lembut mengatakan: “Baik kalau sudah tahu salah, balik kamar sana.”





Ariella kembali ke kamarnya, langsung memberikan Elisa pelukan yang besar: “Kakak, untungnya aku masih ada kalian.”





Elisa mengelus kepalanya, dengan suara lembut mengatakan: “Kamu kan tahu kesabaran ayah, lain kali lebih halus di hadapannya, bersikeras dengannya hanya akan merugikan dirimu sendiri.”





“Terima kasih, kakak!” Ariella menghembuskan nafas dengan tenang di pelukan Elisa, merasa dirinya mempunyai kakak yang baik seperti dia adalah keberuntungan yang dibawa dari kehidupan masa lampau.





Pernah, Ariella merasa seumur hidupnya bisa bergantung pada Ivander, dia adalah pahlawan yang akan melindungi dia dari belakang.





Sampai pada akhirnya, dia mulai mempunyai hubungan di antara dia dan Elisa, dua orang yang paling terpercaya, bersama-sama mengkhianati dia, mendorongnya terjun ke jurang.





Ketika mengetahui tentang hal ini, pikirannya langsung kosong, saat ini dia tidak menemukan kata-kata yang dapat mendeskripsikan suasana hatinya.





Hubungan di antara mereka bertiga, pecah dalam sekejap, tidak ada kemungkinan untuk diperbaiki kembali.





Setelah 3 tahun baru berjumpa, Ivander masih mengharapkan dia untuk kembali ke sisinya, dia bilang dia masih mencintainya.





Cinta?





Ariella mengaku bahwa dia pernah jatuh cinta pada Ivander, bahkan sudah cinta mati, jadi setelah dia mengetahui bahwa Ivander dan kakaknya yang terpercaya mempunyai suatu hubungan, dia terluka sangat dalam.





Sejak kejadian itu, dia sudah tidak percaya cinta, makanya ketika Carlson menyatakan pernikahan tanpa perasaan cinta, dia hanya membutuhkan waktu satu malam untuk memikirkannya dan setuju.





Tidak ada perasaan cinta, tidak takut dikhianati lagi, dia tidak akan merasa sakit hati.





Bahkan jika suatu hari berpisah, dia seharusnya juga tidak merasakan sakit hati.





“Ariella—”





Mendengar suara Puspita yang khawatir, Ariella kembali sadar, tersenyum menatapnya: “Tidak perlu khawatir, aku tidak apa-apa.”





Namun, dia merasa kehidupan manusia sangat rapuh, seseorang yang biasanya baik-baik saja, sekali bilang tidak ada langsung tidak ada.





Ibu seperti ini, Ivander juga demikian.





Dahulu dua orang yang paling dia peduli dalam sekejap menghilang dari hidupnya, sedikit jejak pun tidak tersisakan.





“Ariella—” Puspita dengan khawatir memanggilnya.





“Puspita, kamu kerjakan kerjaanmu saja. Kita pagi ini kerjakan pesanan dari tuan Wang.” Ariella menarik nafas dan membuka dokumen memulai bekerja.





Elisa bisa membunuh Ivander, karena keteritakan di antara mereka selama bertahun-tahun.





Bukan Ariella yang bisa khawatir saja.





Pada saat ini, ponsel dia tiba-tiba berbunyi, mengagetkan dia hingga tangannya bergetar.





Melihat nomor telepon di layar ponsel yang sepertinya pernah dikenal, akhirnya diangkat setelah berbunyi beberapa kali.





Setelah mengangkat teleponnya, terdengar suara tuan Wang berkata: “Nona Ariella, rencana kita lebih awal terselesaikan, apakah anda ingin datang ke Kyoto untuk melihat hasilnya?”Meskipun dia hanya berbicara di telepon, namun dia seakan-akan dapat melihat pria tersebut sedang tertawa.





Ariella berkata: “Selamat.”





Dia membalasnya: “Sama-sama selamat.”





Ariella menarik nafas lagi, kemudian berkata lagi: “Tuan Wang, karena tujuan kamu sudah tercapai, maka kita mulai sekarang jangan berhubungan lagi.”





Tuan Wang berkata lagi: “Elisa sudah tidak waras. Saat ini ditempatkan di rumah sakit jiwa, apakah nona tidak mau datang menjenguknya?”





Ariella tidak banyak bicara lagi, langsung dimatikan teleponnya, dia tidak ingin berhubungan dengan orang ini lagi.





Setelah selesai berbicara dengan tuan Wang, Ariella menjadi tidak bisa tenang, yang dipikirkan di otaknya semua adalah tentang orang-orang tersebut dan masalah dulu.





Keadaan seperti ini membuat Ariella tidak dapat bekerja dengan baik, ditambah dengan ketidaknyamanan tubuhnya, dia berpamitan dengan Puspita dan pulang duluan.





Setelah pulang rumah dan makan siang, Ariella menjemur di bawah matahari sebentar, akhirnya dia ngantuk parah, kemudian kembali ke kamar dan tidur.





“Ariella—”





Dia mendengar ibunya sedang memanggil dan tersenyum padanya.





“Ariella—”





Dia mendengar Ivander sedang memanggil dan juga tersenyum padanya, perlahan-lahan wajahnya berubah menjadi seram: “Aku begitu mencintai kamu, namun kamu tidak mau kembali ke sisi aku.”





“Ariella—”





Dia mendengar Elisa sedang memanggilnya, Elisa tetap seperti dulu lemah lembut tersenyum kepadanya, mendadak berubah menjadi tidak dikenali: “Kenapa hidupmu sangat bahagia, sedangkan aku harus menderita? Alasan aku hari ini bisa begini, semua karena olahmu.”





“Tidak tidak tidak—” Ariella melambaikan tangan dan mengusir bayangan di hadapannya, “Bukan aku, bukan.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK