Melihat Ariella seperti rusa yang kaget, Carlson melepaskan tangannya, tersenyum: “Masih begitu lucu.”
Ingat pernah ada sekali, saat Ariella suapi dia makanan ringat, dia juga menggigit tangannya dan dia malu seperti sekarang.
Saat itu, mereka tidak ada Riella, sekarang Riella sudah umur 3 lebih, tapi sifat malunya sampai sekarang masih belum hilang.
“Dasar nakal!” Ariella mengulurkan tangan dan mencubit dia, tetapi tidak terlalu keras, tidak tahu kenapa dia merasa Carlson juga tidak sedikit menderita selama 3 tahun ini.
Bisa dilihat dari tatapan yang tulus, dia perhatian dari dalam hati.
Tapi mengapa ayahnya tidak, setiap dia lihat, tatapan ayahnya selalu yang baik, seperti dia adalah orang yang paling dipedulikan di dunia, tapi pada akhirnya?”
Ariella menggelengkan kepala, tidak ingin pikir lagi.
Waktu bisa membuktikan segalanya, perhatiannya benar atau palsu, dia tidak bisa mengecek, jadi biarkanlah waktu yang melakukannya.
Dia bisa pura-pura sesaat, tapi tidak bisa selamanya.
Ariella duduk kembali ke meja makan dan lanjut makan kastanye nya.
Saat sibuk di dapur, Carlson terus meliriknya, saat melihat dia Carlson akan mengerutkan alis, menghela dengan pelan, dia juga merasa tidak enak.
“Ariella, kamu lihatlah di sekitar rumah.” Mencari kesibukan untuk dia agar tidak terlalu banyak berpikir.
Ariella berputar di ruang tamu, dekorasi sini dan Moonriver tidak beda jauh, hanya saja tidak terlalu besar.
Lalu tiba-tiba ada rumah kecil dekat balkonnya menarik perhatian dia, dia seperti melihat anjing pomerian yang putih berguling disana.””Gukgukguk..” Anjing itu seperti menyadari keberadaan dia, lalu mengangkat kepala dan menggonggong, menggoyangkan ekornya, seperti sedang menyambut kepulangan dia.
“Mianmian?” Nama itu tiba-tiba keluar dari mulut dia. Tapi kalau dilihat-lihat, itu hanya rumah yang kosong, tidak ada keberadaan “mianmian”Mianmian?Mianmian yang sering dibawa Riella atau mianmian yang ada di ingatan dia?Ariella tidak tahu, semakin pikir semakin kacau semakin panik.”Ariella, kamu datang bantu aku sebentar.”Suara Carlson sekali lagi menarik dia dari dunia yang gelap itu, dia menghirup nafas dalam-dalam, jalan ke dia: “Ada apa yang perlu aku bantu?”Carlson dengan khawatir bertanya: “Ariella, tadi kamu kepikiran apa?”Ariella menggelengkan kepala: “Tidak ada apa-apa.”Dia pasti ada sesuatu, pasti terpikir sesuatu, hanya saja tidak ingin memberi tahu Carlson.
Carlson melihati dia, sedikit ragu tapi pada akhirnya berkata: “Ariella, beri tahu apa yang kamu pikirkan, yang kamu bingungkan, aku bantu kamu jawab.””Carlson, bolehkah kamu beri tahu hal tentang Riella?” Dia ingin tahu segalanya tentang Riella, dia sebagai ibunya sudah kelewatan pertumbuhan anaknya selama 3 tahun.
Dia bahkan tidak tahu bagaimana dia melahirkannya…Rasanya ingin memberikan segala kasih sayang yang tertinggal.
Carlson: “Apakah kamu merasa Riella sangat lucu?”Ariella: “Iya, saat melihat bocah kecil itu, aku pikir siapa yang melahirkan anak yang cantik dan lucu itu.”Carlson tertawa: “Pastilah karena itu anak kita. Papanya begitu tampan, mamanya begitu cantik, mana mungkin anaknya tidak cantik.”Ariella memutarkan mata: “Mana ada orang yang memuji dirinya seperti itu.”Carlson dengan sombong berkata: “Aku hanya tidak sengaja berkata jujur.”
Ariella tidak tahan dan tertawa: “Tuan , apakah kamu dulu juga menghibur nyonya seperti ini?”
Mendengar kata-kata Ariella, dia langsung diam, dulu dia terlalu kaku, tidak pernah bicara hal seperti ini.
Saat mereka bersama, kebanyakan Ariella yang berusaha menghibur dia, dan dia hanya menerima kehangatan yang diberikan.
Kedepannya, biarkan dia yang bicara, dia yang menghiburnya.Carlson berkata lagi: “Kalau begitu.. apakah nyonya senang?”Dia berbicara dengan hati-hati, takut kata nyonya itu sensitif baginya.
“Senang.” Tidak disangka, Ariella dengan senang mengangguk, tapi dengan kecewa berkata: “Tapi sekarang aku masih tidak bisa jadi nyonya .”
Dia berhenti sebentar dan melihat Carlson. “Carlson, kalau nyonya terus tidak ingat masa lalu, apakah kamu akan mempermasalahkannya?””Tidak akan, kita bisa ulang lagi, asalkan kamu di samping aku.” Pertama kali, dia bicara begitu terus terang.
Ariella bengong, tidak tahu mau menjawab apa. Dia langsung mengalihkan pandangan, lihat ke luar jendela dan berkata: “Eh, hujan.”Cuaca bulan 5 berubah terus, sebentar cerah, sebentar hujan.”Di jalanan banyak orang yang kehujanan, tapi semua orang cepat mencari gedung dan pergi berteduh.
Ariella dari jendela melihat pejalan kaki di seberang, seperti melihat diri dia di tengah hujan, kehujanan dan terus jalan, tidak tahu mau kemana.
Karena dia tidak ada rumah, tidak ada orang yang bisa diandalkan.
“Ariella..”Suara rendah Carlson terdengar lagi, seperti rintik hujan yang mengetuk hatinya.
Ariella tiba-tiba segar kembali, dengan rasa berslah berkata, “Maaf, aku bengong lagi.”
“Ariella, jangan menyimpan semuanya dalam hati, dan juga jangan menanggung semuanya sendiri.” Carlson menepuk dadanya. “Sini selamanya akan menjadi tempat kamu menepi.””Tuan , aku sudah lapar.”
Tidak menemukan ingatan masa lalu, Carlson masih asing buat dia, jadi sebagian hal dia tidak tahu harus gimana beri tahu dia.
Dia ingin sekali mengetahui kenapa ayahnya memberi dia narkoba? Mengapa dia hilang ingatan? Dan hal-hal ini seharusnya Carlson tidak tahu.
Dia ingat dia pernah bilang, 3 tahun lalu saat Carlson pulang, Ariella sudah tidak ada, hanya tersisa abu.
Kejadian 3 tahun lalu, saat Riella diambil dari perutnya, Carlson tidak ada disana, jadi seharusnya dia tidak tahu apa yang terjadi saat itu.
Tapi untuk mengetahui apa yang terjadi saat itu, dia harus mengingat masa lalu baru bisa sepenuhnya mengerti.
Dalam 3 tahun ini, dia asalkan tidak pikir kalau dia orang yang tidak ada masa lalu, hidup dia lumayan tenang.
Tapi bagaimana cara Carlson yang kehilangan istri melewati 3 tahun ini?