Tiga hari dengan cepat berlalu.
Setelah selesai menjamu tamu, keluarga Carlson mempunyai banyak waktu luang.
Dalam 3 hari ini, semuanya sering duduk dirumah berbincang-bincang, membicarakan topik yang lucu, hari-hari terlewati dengan hangat dan nyaman.
Malam sebelum imlek, semua orang di kediaman Tanjaya bangun sangat pagi, pagi hari menyuruh asisten rumah tangga mereka untuk membersihkan rumah terakhir kalinya sebelum imlek, setelah selesai makan siang, membolehkan asisten rumah tangga mereka liburan.
Keluarga Carlson sangat peduli terhadap karyawannya, mereka juga mempunyai keluarga masing-masing, setiap tahun di hari ini, selalu memberi mereka libur untuk pulang menemani keluarganya.
Di tahun- tahun sebelumnya, makan malam besar sehari sebelum imlek, akan dipersiapkan oleh ibu Carlson yang juga dibantu oleh ayah Carlson, terkadang Efa juga ikut membantu.
Kakek adalah senior mereka, umur juga sudah besar, dia tidak akan melakukan hal seperti ini lagi, dia sering berjalan-jalan ke taman menikmati pemandangannya.
Sedangkan Carlson, dia akan sibuk bekerja di ruang belajar, tidak peduli sehari sebelum imlek atau hari raya pertama, dia tetap sibuk bekerja.
Seperti apa yang diucapankan Efa, abangnya itu setiap detik mempunyai hutang yang tidak terhitung banyaknya, tertunda satu menit juga bisa mengalami kerugian yang besar, jadi biarkanlah dia sibuk bekerja.
Tahun ini juga tak terkecuali.
Hari ini Ariella yang menemani ibu Carlson menyiapkan makanan di dapur, sedangkan ayah menemani kakek duduk di taman sambil bermain catur.
Setelah Efa melewati rekonstruksi diri sendiri, dia juga kembali aktif seperti biasanya, sebentar kesini, sebentar kesana, selamanya adalah buah kebahagiaan keluarga.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, orang yang paling berbeda adalah Carlson.
Dia tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang sibuk bekerja, tetapi dia justru duduk di ruang tamu untuk membaca koran.
Sewaktu Efa berjalan melewati ruang tamu, dia juga terkejut: “Abang, apakah matahari terbit dari bagian barat hari ini?”
Di tahun sebelumnya, sewaktu jam makan malam baru bisa kelihatan bayangannya, ternyata hari ini sedari awal sudah duduk di ruang tamu membaca koran, ini adalah satu berita yang sangat amat menghebohkan.
Carlson pun tidak menghiraukannya.
Dia tidak menjawabnya, Efa juga tidak akan dengan semudah itu melepaskannya.
Efa langsung duduk disebelahnya, sambil tersenyum besar dan berkata:”Abang, hari ini tidak sibuk? Tidak mengurus pekerjaanmu lagi?”
“Kalau mau duduk maka duduklah yang benar.” Carlson menjawabnya tanpa mengangkat kepala: “Jika tidak bisa duduk dengan benar maka pergilah ke dapur untuk membantu ibu dan kakak iparmu.”
“Sepertinya kamu sedang membantu kakak ipar.” Efa pun merebut koran yang berada di tangannya, “Kalau kamu peduli dengannya maka pergilah ke dapur untuk melihatnya. Kalau hanya duduk diam disini, dia bagaimana tahu kamu lagi peduli dengannya.”
Carlson mengangkat kepalanya, dengan tatapan tegas melihat Efa: “Efa, apakah kamu ingin di hari sebelum imlek dihukum berdiri menghadap dinding?”
“Eits, apa yang kalian berdua lakukan?” Ariella memegang hidangan di tangan sambil berjalan keluar, sejenak melihat muka Carlson yang serius, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Efa langsung berkata:”Kakak, abangku sedang memedulikanmu.”
“Ya.” Ariella menganggukkan kepala, tersenyum sedikit, “Aku tahu.”
Carlson dalam sejenak menjadi cemberut, tidak berbicara dan tidak melihat mereka.
Dalam hatinya ada perasaan tidak enak, dua orang ini baru saja kenal, tetapi dalam waktu singkat ini, mereka seperti sudah menjadi satu, dan dialah yang seperti orang luar.
“Efa, ini adalah bakso buatan ibu, dia menyuruhku untuk membawanya keluar buat kamu.”Ariella sambil tersenyum berkata.
“Terima kasih kak.” Efa langsung mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut, dengan puas berkata, “Memang bakso buatan ibu paling enak.”
“Kamu sudah cuci tangan? Sewaktu makan boleh berbicara ga? Etiket yang kamu pelajari dari kecil hilang kemana?” Carlson dengan muka galak seorang abang sambil berkata.
Ariella tidak pernah melihatnya seperti ini, sewaktu melihatnya dengan pandangan mata yang sedang menilainya, ternyata dia juga bisa segalak ini.
Tetapi kegalakan seperti ini juga bukan galak pada umumnya, melainkan galak seorang abang terhadap adik.
Efa mencemberutkan bibirnya, sambil berkata: “Aku tidak mau main sama kamu yang seperti sepotong kayu lagi. aku sekarang akan pergi menemani ayah dan kakek bermain catur.”
Efa berlari keluar, di dalam ruang tamu hanya tertinggal mereka berdua.
Carlson kembali membuka koran dan mulai mambacanya dengan serius.
Ariella langsung duduk disampingnya, mengambil sebutir bakso: “Kamu mau makan ga?”
Carlson membuka mulut dan menggigit baksonya, Ariella menyimpan tangannya kembali.
Dia berkata:”Kamu lagi marah ya?”
Carlson mengerutkan dahinya:”Aku tidak marah.” Dia hanya tidak senang karena hubungan Ariella dan Efa lebih dekat dari hubungannya dan Ariella.
Ariella dengan lembut tersenyum dan bertanya lagi: “Jadi hanya tidak ingin mengakui bahwa kamu peduli denganku ya?”
Carlson mengerutkan dehinya lagi:”Bukan.”
Ariella mendekatinya lagi, dengan lembut berkata:”Carlson, sebenarnya bisa membantu ibu memasak untuk satu keluarga merupakan hal yang sangat indah bagiku.”
Makan malam keluarga adalah tradisi di malam sebelum imlek, hampir seluruh keluarga yang merayakan imlek juga akan makan bersama dengan keluarga.
Poin pentingnya bukan di makanannya, melainkan bisa menikmati waktu bersama dengan keluarga di malam ini.
Semua hal jika dilakukan oleh asisten rumah tangga maka jadi tidak bermakna, dan untuk makan malam setiap tahun akan dipersiapkan oleh ibu Carlson.
Yang dimakan bukanlah makanannya, melainkan cintanya.
Satu keluarga makan bersama, mengelilingi meja menikmati pemandangan malam.
Hampir seluruh keluarga juga melakukannya, sesuatu hal yang biasa namun hangat, ini juga termasuk sejenis kebahagiaan.
“Paling penting jika kamu bahagia.” Dia berkata.
“Makanlah.” Ariella memasukkan sebutir bakso kedalam mulutnya lagi.
Setelah dia menelannya, Ariella pun berkata:”Aku juga belum cuci tangan.”
Mengetahui dia sangat terobsesi dengan kebersihan, dia sengaja berkata begitu, setelah mengatakannya dia segera berlari menjauhinya, dan berbalik melihatnya lagi, melihat ekspresi mukanya kurang senang.
Dia berkata lagi:”Aku hanya bercanda denganmu. Tuan Carlson tolong jangan marah.”
Muka Carlson kembali cemberut lagi, tidak mau melihat kearahnya, tetapi setelah menunggunya berjalan pergi, sisi mulutnya dengan tidak sadar mulai naik membentuk senyuman.
Di hari ini, keluarga Carlson melakukan pengecualian terhadap aturan yang tidak memperbolehkan berbincang sewaktu makan, sekeluarga duduk sambil berbincang-bincang, pemandangan yang sangat bahagia dan hangat.
Setelah selesai makan malam, Ariella sadar kesehatan ibu Carlson tidak baik, maka diapun berinisiatif untuk membereskan semuanya.
Carlson tidak mungkin membiarkan istrinya sendiri untuk melakukan semuanya, dia juga menawarkan bantuannya, satu bertanggung jawab akan bersih-bersih dan satunya lagi bertanggung jawab mencuci semua piring kotor.
Ariella melihatnya dan berkata:”Sebelumnya kamu tidak pernah melakukan hal seperti ini dirumah kan?”
Carlson menggelengkan kepala:”Tak pernah.”
“Aku sangat senang.” Dia merasa dirinya sendiri sangat bahagia, sesuatu yang belum pernah dilakukannya sering dilakukan oleh Carlson sewaktu mereka berdua tinggal bersamaan.
Setelah selesai bersih-bersih, program imlek yang tayang di televisi juga segera mulai, sekeluarga pun berkumpul untuk melihatnya, berbincang-bincang sambil menonton.
Seperti mengomentari bagaimana presenter ini berbicara, bagaimana kemampuan artis yang sedang bernyanyi, topik yang dibahas sama dengan semua keluarga pada umumnya.
Sesampai bel tahun baru berbunyi, Efa dengan cepat muncul di hadapan kakek: “Kakek, Efa mendoakanmu sehat selalu, semakin muda terus ya.”
Kakek tertawa dan mengeluarkan amplop merah yang sudah dia persiapkan dari awal:”Sini, aku juga doakan Efaku bertambah cantik, bertambah pengertian.”
“Terima kasih kakek!” Efa mengambil amplop yang sangat tebal, dengan puas menciumi kakek.