Di perjalanan pulang, Ariella selalu memikirkan huruf-huruf itu, tapi dia sama sekali tidak mengerti.
Akhirnya dia memutuskan untuk meminta bantuan dari Carlson, otak Carlson disebut pintar seperti komputer, hal yang tidak terpikirkan oleh kita, tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh dia.
Dia memintanya untuk membantu dia memecahkan kode, tapi tidak memberitahu kalau itu adalah formula obat penangkal racunnya, kalau sudah dipecahkan dan itu bukan formulanya, dia juga tidak akan kecewa.
Setelah mengantarkan Ferdian pulang, Ariella kembali ke Moonriver, belum sampai rumah tiba-tiba ada telepon dari Carlson.
Ariella sangat jarang menyetir mobil, kemampuannya juga tidak begitu bagus, saat menyetir fokusnya tidak boleh terpecah, dia melihat sebentar lagi sampai ke rumah jadi dia tidak mengangkat teleponnya. Setelah telepon satu kali tidak diangkat, Carlson meneleponnya kedua kali, ketiga kali????. saat telepon keempat kali, mobil Ariella sudah sampai di pintu rumah.
Dia memberikan mobilnya ke satpam, saat baru mengangkat telepon, dia melihat bayangan Carlson yang tinggi tidak jauh di depannya.Muka Carlson sangat tidak bagus, dia berdiri di sana dengan tegak, dan tidak berbicara, sepertinya dia sedang marah dengan dia.
“Aku pulang.” karena diam-diam bertemu dengan Daiva, Ariella sedikit takut, dia pun tersenyum lebar-lebar ke Carlson.
Carlson tidak merespon, mukanya juga tidak ada ekspresi apa-apa, tidak tahu sebenarnya dia lagi memikirkan apa.
Ariella menghampiri dan memeluk dia, dan menempelkan kepalanya di dadanya: “Carlson, aku????”
Ucapan selanjutnya belum terucap, bibirnya langsung dicium oleh Carlson, dia menelan semua ucapan yang mau diucapkan olehnya.
“Wa????”
Mendengar suara yang manja dari Ariella, Carlson menekan pinggangnya dan dengan erat ditempel ke badannya dan ciumannya pun bertambah dalam.
Setelah itu dia baru melepaskannya, dan mencubit-cubit pipinya: “Besok-besok kalau kamu berbuat sesuatu yang membuat aku khawatir, lihat saja aku akan bagaimana.”
“Maaf!” Ariella memeluk pinggangnya, dan bicara sambil tertawa, sedikitpun tidak ada terlihat maksud untuk meminta maaf.
“Kamu pergi kemana? Kenapa tidak pakai supir dan bodyguard?” Carlson melihat dia tidak ada di rumah, keluar juga tidak membawa supir dan bodyguard, dia sangat khawatir dan meneleponnya berkali-kali tetapi tidak diangkat.
Kalau saja dia telat beberapa menit, mungkin dia akan mengerahkan semua orangnya untuk mencarinya di seluruh kota.
Ariella menatapnya, mengulurkan tangannya dan mencubit mukanya: “Wajah kamu jangan serius seperti itu ya.. wajah setampan ini kalau seperti itu jadi tidak tampan lagi.”
Carlson membalas: “Walaupun tidak tampan tapi aku itu suami kamu.”
Ariella tersenyum dengan nakal: “Jelek sekali, aku mau buang kamu.”
“Kamu jelek seperti itu saja aku tidak mau buang kamu, kamu masih berani buang aku.”
“Carlson, kamu tidak suka aku jelek!”
“Jelek dan bodoh, itu semua fakta, apa orang lain tidak boleh berkata seperti itu.”
“Ya sudah kamu cari wanita yang lebih cantik dan lebih pintar dari aku saja.” Ariella menatapnya dan bicara sambil marah.
“Aku justru suka kamu yang jelek seperti ini.” Carlson mengeluskan dia di pelukannya, dan berkata dengan sangat lembut, “Ariella, sebelum kita menemukan penculik Efa, kamu harus sering-sering di rumah, jika memang harus keluar, ingat untuk bawa orang. Kalau ada apa-apa aku harus bagaimana? Riella harus bagaimana?”
“Ya, pasti.” membuat Carlson khawatir, Ariella sangat merasa bersalah, dan mengeluskan kepalanya di dadanya: “Carlson, benar-benar maaf ya.”
Carlson mengelus kepalanya dan berkata dengan lembut: “Aku mau kamu melindungi diri kamu sendiri, bukan mau kamu minta maaf dengan aku.”
“Aku ingat, aku pasti akan perhatikan.” Ariella mengangkat kepalanya dan tersenyum dan berkata, “Oh ya, aku ada barang yang ada kode berantakan, tapi aku tidak bisa memecahkannya, kamu bisa bantu aku tidak?”
Carlson tertawa: “Mau aku bantu kamu, kamu harus belajar membuat aku senang. Kalau aku senang semuanya akan mudah.”
Ariella membuka mulutnya, dipisahkan oleh kemeja tipisnya, dia menggigitnya di depan dadanya: “Jahat! Dasar jahat! Selalu jahat sama aku!”
Mendengar suara manjanya, dan membayangan wajahnya yang memerah malu, Carlson sangat senang dan tertawa: “Ya, kamu mau aku bantu apa, kamu bilang saja aku akan mendengar.”
“Ada satu gelas, di badan gelasnya ada beberapa huruf acak, dan di badannya juga ada beberapa gambar yang aneh.” Ariella mendeskripsikan gambar dan huruf yang ada di badan gelas satu per satu.
Ariella menjelaskannya dengan sangat teliti, Carlson juga dengan serius mendengarnya, saat dia mendengar, akan ada gambar berdasarkan deskripsi Ariella yang terlihat di depan matanya.
Mendengar deskripsi Ariella, Carlson mengelus kepalanya dan tertawa: “Ibu Ariella, kamu ini sedang mengutarakan cinta ke Pak Carlson ya?”
Ariella melihatnya: “Carlson serius sedikit, aku minta kamu memecahkan kode, kamu tadi bilang apa?”
Senyuman Carlson menjadi lebih dalam: “Baik, aku akan jelaskan, kamu dengar baik-baik ya.”
Carlson baru mau bicara, tapi dia menelan ucapannya lagi: “Ariella, ucapan ini kamu tulis untuk aku?”
Dia benar-benar tidak mengira Ariella yang pemalu bisa berbicara seperti itu, dia pasti malu mengutarakan cintanya ke dia, jadi dia menggunakan kode agar dia membaca pikirannya.
Untung saja otak dia pintar, kalau saja orang lain yang tidak pintar, istrinya sepintar Ariella, pasti akan kehilangan kesempatan untuk mengutarakan rasa cinta.
“Aku sudah bilang ke kamu, ini barang dari teman, dia tidak bisa membacanya, kamu bantu aku untuk membacanya.” saat Ariella berbohong muka dia akan memerah dan detak jantungnya akan bertambah cepat, untuk menutupi kepanikannya, dia berkata lagi: “Kamu sebenarnya tahu atau tidak? Kalau kamu tidak tahu, aku bisa cari orang lain.”
Ariella punya teman siapa, Carlson paling jelas.
Puspita sedang tidak di Pasirbumi, dia punya teman siapa lagi, Carlson semakin yakin Ariella mau menggunakan barang ini untuk mengutarakan cintanya.
Berpikir seperti ini, Carlson menjadi sangat senang, dia langsung menggegang tangan Ariella dan berkata dengan lembut: “Kamu mau bilang ke aku itu semua, itu juga yang mau aku bilang ke kamu. Seumur hidup ini aku tidak akan melepaskan tangan kamu, kita akan bersama sampai tua.”
“Di badan gelasnya cuma ada maksud itu?” Ariella bertanya dengan hati-hati.
“Kamu masih ada maksud lain?” Carlson berusaha mengingat kembali deskripsi Ariella tadi, apakah dia ada terlupa bagian lainnya.
Mendengar ucapan Carlson itu, Ariella mengerti, ternyata yang mau disampaikan Daiva di gelas itu adalah cintanya dia terhadap Carlson, sama sekali bukan formula obat penangkal HDR.
Hati Ariella sekejap jatuh ke dalam gua es, tidak mudah melihat harapan, biji harapan itu baru saja mau bertumbuh, tapi tiba-tiba diinjak oleh orang.
“Kenapa?” Carlson tidak dapat melihat wajah Ariella yang tiba-tiba memucat, tapi melalui gerakan badannya dia dapat mengerti.